BAB 4

19.8K 959 10
                                    

"Apa-apaan ini?" Bryan terlihat marah, ketika mengetahui bahwa saat ini perusahaannya sedang mengalami penurunan penjualan.

Bagian marketing hanya menundukkan kepala, tidak berani menatap Bryan yang terlihat sangat marah itu.

Pria itu membanting laporan yang diberikan oleh kepala bagian dengan cukup keras "KENAPA BISA SEPERTI INI, HAH?"

Tika Wibisono -Kepala bagian Marketing- memberanikan diri menatap bosnya, walaupun ia saat ini sangat berdebar ketakutan "Maaf Mister sebelumnya atas penurunan yang terjadi. Ini dikarenakan persaingan yang ketat antara perusahaan lain."

"Bagimana bisa terjadi, hah? Saya membayar kalian bukan hanya untuk meminta maaf, dan menyalahkan perusahaan lain! Saya disini membayar kalian agar perusahaan ini bisa berkembang. Tapi apa yang saya dapat?" Bryan bertanya kepada karyawan marketing yang mengikuti rapat. Sungguh semua yang berada diruangan terlihat sangat tegang dan mereka sangat takut menghadapi Bryan.

Angela menatap satu persatu karyawan yang berada di dalam ruangan. Entah mengapa gadis itu merasa kasihan dengan mereka, pasalnya mereka pasti sudah bekerja semaksimal mungkin. Tetapi, saat ini mereka hanya kurang beruntung.

"Hmm, kalau boleh saya tahu perusahaan yang lain menggunakan cara apa untuk menarik perhatian konsumen?" Angela angkat bicara dengan nadanya yang sangat lembut.

Tika menghembuskan napas, berdoa dalam hati  agar ia tidak salah dalam menyampaikan pendapatnya "Menurut saya Miss, perusahaan lain menawarkan promo yang besar-besaran atau promo yang menarik perhatian konsumen, sehingga kita kehilangan beberapa konsumen."

Angela mengangguk mengerti. Ia akan berusaha membantu CEO-nya yang galak dan killer ini untuk membangun kembali citra perusahaan mereka.

"Belum lagi, pelayanan yang baik dari salah satu perusahaan saingan kita. Kami akui, kesalahan kami ketika terjun langsung terkadang kami tidak berlaku ramah kepada calon konsumen, dan mungkin itu menjadi salah satunya." Jelas salah satu karyawan marketing yang terjun langsung ke lapangan.

Bryan menaikkan sebelah alisnya. Ia kini menatap karyawan yang memberikan informasi itu dengan tajam "Berikan nama karyawan itu kepada Angela, agar karyawan yang tidak ramah itu kita berikan sangsi."

Angela merasa perasaannya tidak enak, ia yakin bahwa Bryan pasti akan melakukan apa yang ada di pikirannya.

"Sangsinya berupa apa, mister?" Tanya Tika.

"Pecat!" Hanya kata itu, mampu membuat dengkul seluruh karyawan melemas dan menyandarkan tubuhnya ke kursi.

Apa yang Angela pikirkan benar terjadi. Seharusnya tadi karyawan yang bernama Erika tidak perlu memberitahukan kepada Bryan, tentang kondisi di lapangan agar semuanya berjalan dengan lancar. Bosnya pasti tidak akan segan-segan memecat karyawan yang merugikan perusahannya.

"Mister, maaf apa tidak terlalu berlebihan? Bagaimana kalau kita berikan surat peringatan terlebih dahulu, agar karyawan itu bisa memperbaiki kesalahannya?" Angela memberikan usulnya kepada Bryan, walaupun ia tahu pasti ujung-ujung tidak akan diterima.

Bryan kini melihat kearah Angela dengan menaikkan kedua alisnya "Untuk apa? Kurasa itu tidak perlu, aku ingin tetap memecatnya dan bisa mencari karyawan yang bahkan lebih baik dari luar sana, dari pada harus mengandalkan karyawan tidak berguna yang akan selalu membuat perusahaanku rugi."

BRYAN & ANGELA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang