BAB 8

16.6K 694 13
                                    

Bryan menenguk gelas vodka yang sudah entah berapa kali ia minum. Akal sehatnya sudah hilang, sehabis pertemuan dengan Agatha. Gadis itu masih mampu membuat Bryan uring-uringan seperti ini, Bryan kira dirinya sudah berhasil melupakan perasaan kepada Agatha. Tapi, nyatanya belum.

Mengenaskan. Terlihat kuat dari luar, tapi lemah dihati.

Bryan kembali menuang vodka ke gelas. Ia sungguh ingin melupakan pertemuan tadi dengan menyalurkan ke minuman yang beralkohol, padahal sudah lama Bryan tidak meminum minuman keras seperti ini.

"Apa anda butuh teman curhat?" Tanya seseorang dengan lembut.

Pandangan Bryan yang mulai kabur, hanya menggelengkan kepala berusaha mengusir gadis itu. Tapi, bukannya pergi gadis itu malah duduk di samping Bryan.

"Kalau bisa aku tebak, kamu pasti lagi putus cinta ya?" Seorang gadia itu berusaha untuk mengakrabkan diri.

Bryan tidak mengindahkan. Ia kembali menenggak wine, hingga tubuhnya kembali merasakan hangat. Dan pandangannya semakin buram.

"Aku Vanila." Ujar Gadis itu ketika tidak mendapatkan respon apapun.

Bryan meletakkan gelas dimeja, lalu menatap gadis itu samar-samar "Aku tidak peduli."

Vanila memutarbola mata, ternyata pria disampingnya ini benar-benar pria dingin. Menyebalkan.

Vanila terdiam, tidak tahu ingin berbicara apa. Sementara Bryan mengirimkan pesan kepada sekretarisnya. Ia tidak bisa menyetir dalam keadaan mabuk seperti ini, yang ada hanya akan membahayakan diri dan juga pengendara lain.

"Kadang hidup tuh ngga adil ya? Aku suka iri sama orang yang hidupnya bahagia, kasih sayang yang diberikan orang tua berlimpah, orang tua yang selalu mempunyai waktu. Sedangkan aku? Keluargaku broken home. Papa udah nikah lagi sama perempuan lain, mama juga begitu." Vanila melampiskan kekesalan yang ada dihatinya kepada Bryan. Entah mengapa, rasanya ia sedikit lega.

Bryan hanya berdehem, tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya menatap gelas kosong dihadapannya.

"Maaf ya aku jadi curhat, sepertinya aku minum terlalu banyak." Gadis itu terkekeh diakhir kalimat.

Bryan menganggukan kepala "It's okay," Bryan menghembuskan napas "Kadang kita perlu mendapatkan masalah, agar kita bisa menjadi lebih dewasa percaya deh walaupun kamu anak broken home. Tapi kamu jauh lebih kuat dari pada anak-anak yang punya keluarga utuh, dan kamu ngga boleh iri. Lebih banyak bersyukur atas apa yang kamu punya sekarang." Bryan tersenyum kearah gadis itu.

Vanila menganggukkan kepala "Makasih ya."

"Anytime."

Bryan mengambil ponselnya yang bergetar diatas meja, layar menampilkan nama 'Sekretaris kepala batu'

Bryan menggeser layar hijau, terdengarlah suara yang cempreng disana.

"Dimana? Aku sudah diluar nih!"

Bryan sempat menjauhkan ponselnya, akibat teriakan cempreng milik sekretarisnya "Masuk kedalam."

Panggilan terputus secara sepihak.

Bryan melihat kearah sampingnya, sudah tidak ada gadis yang bernama Vanila lagi. Mungkin gadis itu sudah pergi.

Bryan ingin menuangkan vodka kedalam gelasnya, tetapi botol vodka kelimanya sudah kosong. Ah, astaga.

Bryan ingin memesan kembali vodka tersebut namun suara seseorang yang sudah sangat dihafalnya menghentikan.

"Jangan minum terus! Susah dibopongnya, ihh." Tegur Angela, saat ini sudah berada disampingnya.

BRYAN & ANGELA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang