"Sekuat apapun aku mencoba, aku masih belum bisa melupakannya. Ingatan akan hal itu masih membayangiku."
"Berkelahi lagi? Belum puas kamu buat papa malu? Bukannya sekolah yang benar malah kerjaannya cuma berkelahi terus. Mau jadi apa kamu hah?!"
"Yang penting nggak seperti papa."
Ren hanya melengos begitu saja melewati Andi ayahnya yang sedang memarahinya.
Ia langsung masuk kedalam kamarnya dan tak mempedulikan ayahnya yang marah-marah seperti kerasukan setan.
"Anak kurang ajar! Orang tua lagi ngomong main melengos aja. Nggak punya sopan santun!"
"Emangnya gue pernah diajarin sopan santun? Nggak pernah! Kalau ngomong ya dipikir dulu lah."
Gumam Ren setelah mendengar Andi berteriak dengan kerasnya.Ren memang berasal dari keluarga yang kaya, namun ia memiliki sifat yang nakal, sering berkelahi dan memiliki geng.
Sering pulang malam dengan wajah babak belur itu sudah biasa, bahkan ia juga sering dipukuli Andi karna tidak pernah mau mendengarkan apapun yang ia katakan.
Andi dan Medina ibunya, telah lama berpisah. Hal itu pula yang menjadi penyebab perubahan sikap Ren.
Kurangnya kasih sayang dari Andi lantaran terlalu sibuk dengan bisnisnya membuat Ren semakin bertingkah.
Ia sudah dicap sebagai siswa ternakal, terbodoh, bahkan sering bolos.
Walaupun Andi seorang pejabat, itu sangat tidak mempengaruhi apapun dalam kehidupan belajar Ren. Ia sudah terlalu dipenuhi dengan rasa benci terhadap Andi.
"Bos, pelajaran udah mau dimulai nih. Lo nggak mau ikut lagi? Bu Mona loh."
"Tolong bilangin ke Bu Mona gue nggak masuk, sakit."
"Bu, Renald Rahardian nggak bisa masuk, lagi sakit."
"Alasan apalagi? Sakit perut? Pusing? Kayak anak TK aja, pusing dikit nggak masuk. Banyak alasan."
"Gue diare, terlalu banyak makan cabe-cabean kemaren jadi mules."
"Katanya diare bu, kebanyakan makan cabe-cabean." Gelegak tawa mulai terdengar dari dalam kelasnya.
Para siswa tertawa mendengar perkataan Reza yang sedang menyampaikan wasiat dari Ren.
"Sudah Reza, tutup telponnya atau ibu sita."
Reza langsung mengakhiri percakapannya dengan Ren sebelum HP-nya disita oleh guru killer itu.
Ren masih termenung di kamarnya, senyum yang mengembang di wajahnya mulai pudar.
Rasa sakit akibat perkelahiannya masih terasa, wajahnya yang memar akan meninggalkan bekas luka.
Rasa dendam terhadap ayahnya membuat Ren melampiaskannya kepada orang-orang yang tidak bersalah dan berakhir pada perkelahian.
Bolos jam pelajaran, sering sekali dilakukannya. Bahkan untuk alasan yang tidak masuk akal.
Namun pihak sekolah masih tetap mempertahankannya karena Ren sudah di kelas dua belas, dan sebentar lagi lulus.
Dan juga karena pihak dari Dinas Pendidikan tidak memperbolehkannya dikeluarkan jadi mau tidak mau sekolah tetap mempertahankannya dan membiarkan ia lulus Ujian Nasional.
Setelah lama berdiam diri di kamar, akhirnya Ren keluar. Ayahnya sudah pergi bekerja, namun ia tak peduli.
Ren melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Ia melesat ke daerah sepi di bawah jembatan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our - Don't Forget Me (Completed)
Novela JuvenilRenald Rahardian. Si biang onar di SMA Bina Bhakti yang tidak pernah berniat untuk berhenti membuat masalah. Kemudian ia bertemu dengan siswi baru seorang gadis cantik bernama Junea Anantha. Joo panggilan akrabnya. Ren selalu membully anak baru di s...