-9-

4.8K 354 14
                                    

Sebelumnya aku mau nanya, waktu Audie POV lebih enak pake "gue" apa "aku" ya? Plis komen disini. Karena ini nanti berpengaruh dalam cerita selanjutnya. Warning! Typo!

***

Ketika gue udah sampe didalem rumah, gue dikagetkan dengan adanya Bunda yang berdiri bersedekap di depan gue.

"Pulang sama siapa kak? Kok gak dijemput sama Bagas?" tanya Bunda mengintrogasi. Sejak kejadian aku menabrak mobil milik Angkasa, Bunda memutuskan bahwa gue kalo berangkat dan pulg dianter sama kakak gue, dengan alasan agar aman.
Ya, gue punya dua kakak. Kakak perempuan yang bernama Icha sedangkan kakak laki-laki gue bernama Bagas.

"Sama temen Bund" jawab gue sekenanya.

"Cewek apa cowok?" tanya Bunda lagi.

"Ish kok nanya-nanya gitu sih Bund!"

"Bunda tanya emang gak boleh?" kata Bunda seraya menyentil dahiku.

"Cowok" jawab gue akhirnya.

"Namanya siapa?"

Gue mendengus "Ih Bunda kok kepo amat sih?"

"Kepo is care"

Gue hanya memutar bola mata gue kesal. Elah sejak kapan Bunda gue jadi gaul gini?

"Angkasa Bund" jawab gue akhirnya

"Oh"

Huft untung gak ditanyain yang aneh-aneh. Takutnya Bunda inget kalo Angkasa itu orang yang waktu itu gue tabrak mobilnya.

Gue menutuskan untuk segera ke kamar dan baru saja dua kali melangkah, Bunda tiba-tiba manggil gue "Eh tunggu kak"

"Ya? Ada apa lagi Bund?"

"Kayaknya Bunda kok pernah denger nama Angkasa ya?" kata Bunda sambil berpikir.

Mampus lo. Bunda inget kan. Gimana kalo nanti Bunda nanyanya aneh-aneh? Masih inget kan kalo dulu Bunda nuduh gue suka sama Angkasa?

Dengan segera gue menutupi sikap kaget gue dan menjawabnya santai "Ah mungkin perasaan Bunda aja deh"

"Iya ya? Mungkin cuma perasaan Bunda aja" gue hanya menggumam saja dan segera menuju ke kamar.

Hah. Untung aja Bunda gak inget. Aman dah.

***

Keesokan harinya...

"Dek bangun" bisik seseorang tepat ditelingaku yang membuatku sedikit terusik dari mimpi indahku.

Aku hanya mendengus malas "Hmmm"

"Dek bangun ih! Ini udah siang dodol" tadi ia membisikkan kata-kata, sekarang malah menjadi teriakan dan goncangan yg keras pada tubuhku. Namun aku tetap bergeming dan berkata "bodo amat"

Aku tidak rela mimpi indahku berhenti begitu saja. Karena aku sedang bermimpi berjalan berdua dengan Satria di sebuah taman yang sangat indah. Walaupun ini hanya mimpi, namun aku tetap bahagia. Gadis mana yang tidak bahagia bila ia sedang memimpikan doi atau gebetannya?

"Dek bangun, kalo gak bangun nanti snack happytos mu kakak habisin" ancam seseorang tadi.

Mau tidak mau aku segera terbangun meskipun malas. Ini semua demi snack kesukaanku. Aku tidak suka bila ada yang mengusik makanan favoritku.

"Argh iya iya" sungutku sebal pada kakakku yang membangunkanku tadi. Sepertinya duo kupret ini senang sekali mengusik hidupku.

"Kenapa sih kakak seneng banget ngerusuhin aku? Lagi enak-enak tidur juga" sungutku sebal. Bagaimana tidak sebal? Hari sabtu mu yang cerah ini seharusnya menjadi waktuku untuk bangun lebih siang.

BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang