-18-

2.7K 161 14
                                    

Seketika Angkasa bangkit dari duduknya dan mulai berjalan mendekati Audie yang duduk didepannya. Angkasa menarik tangan Audie dan membuat Audie berdiri dari duduknya. Masih dengan menggenggam tangan Audie, Angkasa perlahan-lahan menepatkan tangan Audie tepat di dadanya. Audie hanya menampilkan wajah penuh kebingungan.

"Kamu merasakan detak jantungku yang berdebar kencang ini kan?" tanya Angkasa dengan menatap mata Audie dalam.

Audie yang ditatap begitu dalam oleh Angkasa pun gugup setengah mampus. Audie pun hanya menganggukkan kepalanya saja menjawab pertanyaan Angkasa.

"Ini rasanya bila aku berada didekatmu." ucap Angkasa sembari mengecup lembut tangan Audie. Audie menganga melihat tingkah laku Angkasa yang menurutnya agak berlebihan itu, namun tidak bisa dipungkiri, wajahnya kini memanas mendapat perlakuan manis seperti tadi.

"Cihuyyyy."

"Ciiiie."

"Ihiiiiiir."

"Icikiwiiiir"

Teman-teman Angkasa pun bersiul dengan hebohnya melihat Angkasa bertingkah semanis itu. Maka tidak heran Angkasa memiliki banyak mantan.

"Lo beneran nembak Audie kayak gitu? Ih so sweet." kata Iqbal seraya menempatkan kedua tangan dipipinya. Tingkah imut Iqbal membuat Ivan ingin muntah rasanya.

Tiba-tiba Angkasa menghempaskan tangan Audie yang sedari tadi masih ia genggam. "Ya nggaklah. Mana mungkin gue ngelakuin hal konyol kayak tadi." kata Angkasa sekenanya dan ia mulai duduk di sofa dan mulai bermain dengan hp-nya mengabaikan tatapan tak percaya temannya.

Audie yang mendengar hal itu pun hanya bisa menelan ludah pahit. Iya. Mana mungkin Angkasa bisa bertinglah manis padanya. Sepertinya, impian Audie itu terlalu berlebihan. Audie menghembuskan nafasnya kasar.

"Trus lo nembaknya gimana kalo bukan gitu?" tanya Kevin penasaran.

Angkasa menatap Kevin dan menjawab "Lewat line."

"Oh." Mereka hanya mengangguk-angguk mendengar jawaban Angkasa. Sedangkan Audie hanya menampilkan senyum masamnya.

"Yang sabar ya Di. Angkasa emang gitu orangnya." ucap Iqbal seraya menepuk pundak Audie bermaksud memberi semangat pada gadis itu. Audie pun hanya mengangguk dan tersenyum.

Drrrt... Drrrt

Audie merasakan handphone nya bergetar. Dengan wajah meminta maaf, Audie segera berjalan menjauhi mereka dan melihat siapa yang menelponnya saat ini. Begitu melihat siapa yang menelponnya saat ini, ia tersenyum lebar dan tanpa basa basi ia langsung menjawabnya dengan semangat.

"Halo? Tumben nelpon kak?" Audie tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.

"Emang gak boleh ya nelpon? Gue kangen lo. Hehe." Mendengar jawaban Kak Satria, Audie tersipu malu.

"Yeee gombalan lo murahan deh kak. Pasti kalo nelpon gini ada udang di balik bakwan nih." Sungut Audie.

"Hahaha. Lo kok tau gue banget sih? Udah hafal banget sikap gue." Satria terkekeh ditelepon.

"Iyalah gue tau. Kak Satria kan tipe teman yang selalu datang disaat butuh doang" kata Audie sarkas tapi dengan nada bercanda. Terdengar suara kekehan Satria ditelepon.

Nanti malem bisa keluar gak?" tanya Satria diseberang telepon.

Audie terdiam sejenak lalu melihat jam tangan yang melingkar ditangan kanannya. Masih jam 5. "Emm... kayaknya sih bisa. Tapi gatau juga sih. Liat sikon dulu. Gimana kak?"

"Emang nanti lo ada acara ya? Kalo nanti ada acara, mending batal aja deh. Lain kali aja mungkin." Tanya Satria.

Dengan cepat-cepat Audie menyanggah perkataan Kak Satria, "Bukan itu maksud gue kak. Gue gatau nanti ada acara apa enggak sih. Nanti gue kabarin aja gimana?" jelas Audie.

BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang