Dua insan itu melangkahkan kaki bersama menyusuri jalanan khusus pejalan kaki di pagi hari ini. Musim gugur yang tengah menyapa kota London ini menjadi keindahan dan kenyamanan tersendiri bagi mereka—dua orang yang bersahabat sejak kecil.
“Sher, kau ingin meninum coffe?” tanya seorang laki-laki berusia sembilan belas tahun itu kepada perempuan yang berada di sampingnya.
Perempuan berbola mata biru terang itu memberikan seulas senyum lalu mengangguk antusias. “Ide bagus, Dan! Aku ingin meminun coffe latte yang kau perkenalkan padaku tempo hari,” jawabnya semangat.“Aunt, satu coffe latte dan frappuchino, ya?” pesan Daniel kepada seorang pemilik coffe shop yang tempatnya tidak terlalu jauh di dekat universitas.
“Daniel Blue?” panggil Sheryl dengan suara lembut dan cerianya seraya mendongak melihat laki-laki bertubuh jangkung yang notabene adalah sahabatnya sejak kecil. Sepasang mata biru milik Sheryl bertemu dengan sepasang iris mata abu-abu milik Daniel.“Ya?” tanya Daniel, “ada apa? Kau butuh sesuatu?” tanya Daniel penuh perhatian kepada Sheryl. Laki-laki itu mengacak rambut Sheryl pelan disusul dengan kekehan kecil.
Sheryl tertawa geli, mereka melanjutkan kembali perjalanan mereka yang beberapa meter lagi akan sampai ke kampus.“Kau tahu Dan? Aku menyukai seseorang!” seru Sheryl berbisik tepat di dekat telinga Daniel, meski dirinya harus berjinjit untuk berbisik.
Sheryl menjauhkan sedikit tubuhnya setelah mengatakan itu pada sahabatnya. Rona merah menjalar di wajahnya dan terasa sedikit memanas setelah mengatakan bahwa dirinya menyukai seseorang kepada Daniel. Sheryl tersenyum sendiri membayangkan wajah seseorang yang ia suka.
Di lain hal, lelaki yang berada di samping Sheryl itu bungkam. Dirinya terasa terpaku di tempat setelah mendengar pengutaraan dari Sheryl. Sekelabat pikiran menjalar di otaknya tentang kemungkinan-kemungkinan siapa seseorang yang mampu membuat Sheryl jatuh cinta. Dirinya kah? Atau orang lain?
Daniel memutuskan untuk bertanya kepada wanita berwajah tirus itu.“Siapa yang kau suka, Sher?” tanyanya dalam satu tarikan napas.
Rasanya lega. Tanda tanya besar di kepalanya seolah-olah hilang ditelan dengan keberanian ekstra yang dirinya lakukan hanya untuk bertanya kepada Sheryl.Sheryl menampakkan senyum lebarnya. Sebuah senyuman yang selalu sukses membuat Daniel membeku menikmati senyuman manis itu dan juga matanya yang melengkung bak bulan sabit. “Richard Green, Dan!” serunya antusias dan menatap penuh kecerian ke arah Daniel.
Dan saat itu juga Daniel terdiam. Seperti ada berjuta-juta kerikil yang terlempar hingga menyesakkan dada. Sheryl menyukai Richard? batinnya bertanya.
Daniel tersenyum samar, sebuah senyuman tipis sekaligus pahit. Ternyata, bukan dirinya yang disuka oleh Sheryl. Bukan dirinya yang dicinta oleh Sheryl. Melainkan Richard Green yang notabene menjadi sahabat mereka sejak masuk di universitas yang sama yaitu Universitas Imperial College London.
Rasanya sulit diungkapkan. Antara kecewa namun harus bahagia. Antara ingin berteriak “kenapa” namun tertahan di tenggorokan. Dan ingin senang namun tidak begitu bisa.
Danil hanya tersenyum. Memaksakan senyum manisnya untuk Sheryl.“Semoga rasa suka kau terbalaskan… Sheryl Blue,” kata-kata itu meluncur dari mulut Daniel serta disusul dengan senyum. Setidaknya, ia hanya bisa mengucapkan perkataan itu supaya Sheryl bahagia.
Melihat Sheryl yang mengangguk riang dan berucap terimakasih dan memeluk Daniel erat. Daniel tersadar, anggukan riang, ucapan terimakasih, dan pelukan hangat itu hanyalah sebatas hadiah dari sahabat. Tidak bisa lebih dari itu. Dan Daniel, tahu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Writer's Color 1 First Event
RandomKumpulan karya dari anak-anak Writer's Color 1 ● First event ● Genre Random √ COMPLETED