Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Always stunning as usual,” puji Nila pada sahabatnya satu ini.
Khaki tersenyum sekilas pada Nila lalu melihat pantulan dirinya di cermin yang ada di depan. Raganya yang sudah dibalut dengan gaun berwarna peach selutut yang tak berlengan, juga rambut sepunggungnya yang dikucir tinggi sederhana membuatnya terlihat begitu sempurna.
“Thanks, La! Lo emang sahabat gue yang paling pengertian. Lo emang beli di mana ini gaun?” tanya Khaki seraya menyiapkan perlengkapan yang harus ia taruh di tas kecilnya.
“The power of Nila, nih. Ada deh pokoknya. Sebagai imbalan, lo harus jadi model terkena, biar gue bangga punya temen kayak lo. Gimana?” tawar Nila.
Khaki yang baru saja mengambil tasnya hanya mengangguk lalu berjalan ke tempat Nila berdiri. Gadis itu tersenyum lebar melihat sahabatnya yang sudah membantunya dalam banyak hal.
“Biru udah nungguin gue di bawah. Lo jadi nginep, ‘kan? Di rumah gue nggak ada siapa-siapa. Yah, lo tahu bukan kalau gue lebih suka hidup sendiri daripada harus memilih ikut Mama atau Papa,” Khaki memakai high heels dengan warna senadanya.
Nila mengangguk lalu menepuk pelan bahu sahabatnya itu, “Gue ngerti kok, Ki. Lo hati-hati ya! Jangan kaget kalau makanan lo habis pulang-pulang dari dinner,” tawa Nila pecah seketika.
Khaki hanya terkekeh geli lalu berjalan keluar dari kamarnya. Di luar rumah, sudah ada sebuah mobil berwarna hitam legam berhenti dengan manis. Khaki yakin kalau itu adalah mobil Biru, yah, secara, Biru selalu menjemputnya menggunakan mobil tersebut.
“Halo, Sayang. Are you really ready for this dinner tonight?” Lelaki dengan jas berwarna hitam yang di dalamnya hanya ada kemeja putih tersenyum manis ke arah kekasihnya.
“Halo, Biru. Of course i’m ready. Can’t wait for that moment, you know,” Khaki masuk ke dalam mobil setelah Biru membukakan pintu untuknya. Wanita mana yang tidak mau diperlakukan seperti itu?
Mobil Biru segera menjauh dari pekarangan rumah Khaki. Dalam perjalanan, tidak ada percakapan di antara keduanya. Khaki sibuk bersenandung kecil untuk mengurangi groginya.
Ini bukanlah dinner pertama mereka, sepasang kekasih itu sudah beberapa kali dinner. Namun yang membuat Khaki kali ini grogi adalah dinner malam ini bersama keluarga Biru. Keluarga Biru, cuy! Khaki membatin.
Biru yang menyadari kekasihnya terlihat murung, melambatkan kecepatan mobilnya, “Kamu kenapa, Sayang? Kok kelihatan grogi gitu? Ada masalah ya?” Biru tidak sempat menatap Khaki karena fokusnya tidak bisa dipecah dari jalanan.
Khaki tersentak mendengar ucapan Biru, ia tersenyum sekilas seraya menatap Biru yang tidak balik menatapnya, “Aku nggak apa, kok. Cuma grogi karena mau ketemu orangtua kamu.”