A BOY WITH INDIGO

155 18 34
                                    

Team INDIGO

Written by:
putrinurulra
klarrjeka

Written by:putrinurulraklarrjeka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hentikan!"

Oh Tuhan, terimakasih.

Lelaki itu datang, menghentikan semua aksi keji yang menimpaku. Sedikit memberikanku rasa ketenangan di pelukannya.

Sebentar, pelukannya?

Aku baru saja dibully dan aku sudah berada di pelukan seorang lelaki?

Kamu benar-benar luar biasa, Azura.

"Kamu enggak apa-apa?" Tanya lelaki itu sambil mengeratkan pelukannya.

Aku terkejut dan dengan cepat aku menghempaskan tubuhnya dari hadapanku. "Oh i-ya, aku baik-baik saja dan terimakasih."

Lelaki itu menarik kedua ujung bibirnya. "Iya. Sama-sama cantik."

Blush! Aku baru sadar, lelaki ini memiliki mata biru yang tajam, dan lesung pipi yang dalam. Lelaki ini... benar-benar tampan.

"Kenapa melamun? Hei?" Dia melambai-lambaikan tangannya kepadaku.

Aduh, Azura! Sadar dong sadar!

"Eh... eng, enggak kok, aku enggak ngelamun. Ngelantur aja," ucapku gugup.

Lelaki itu terkekeh dan mengacak rambutku. "Kamu lucu kalo lagi gugup, Azura."

What? Kok dia tahu namaku?

"Kamu tahu namaku darimana? Kamu keturunan dukun?" Tuturku polos.

Dengan santai dia menjawab. "Jangan mengada-ngada Azura. Aku tahu namamu di name tag mu."

"Oh... Oke. Urusan kita selesai."

Baru saja kulangkahkan kakiku, dengan cepat dia mencengkal tanganku.

"Mau kemana Zura? Kita 'kan se-jurusan. Ayo pergi ke kelas."

"...."

Lelaki ini siapa sebenarnya?

Aku tidak menggunakan almamater, tentunya tidak ada name tag. Lagipula, aku tidak pernah bertemu dengannya di kampus. Mungkin anak baru.

Aku menuruti kata-katanya dan membiarkan tanganku dipegang olehnya dengan kuat.

"Tenang Azura, aku akan melindungimu.."

◇◆◇

Kelas Biro Teknologi telah selesai. Dengan gontai aku keluar dan menemukan kursi kosong yang seolah-olah mengajakku untuk duduk disana. Aku pun duduk sambil mendengarkan musik dengan memasang earphone dan sebentar aku memejamkan mataku bersama hembusan angin untuk menikmati lagu yang kudengarkan.

Writer's Color 1 First EventTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang