Part 26

70 2 0
                                    

Bidadariku

Bidadariku oh bidadariku
Engkau lebih cantik daripada bidadari
Yang membuat jantung hatiku
Seperti coklat yang meleleh di hati

Bidadariku oh bidadariku
Wajahmu bagaikan cahaya bulan
Senyummu yang indah membuatku
Meletup-letup seperti popcorn..

Begitulah kira-kira puisi karangan Resak yang ditulis oleh Firga. Firga tak kuat membacanya, ia pun tertawa terbahak-bahak.
"Lo bikin puisi norak banget isinya, lo bikin puisi romantis apa lagi laper, isinya makanan gitu.. Hahaha" kata Firga.
"Ah elo.. gak ngerti sastra deh. Gini lo bilang norak. Ckckck" kata Resak menyanggah.
"Tapi keren juga sih. Ada popcornnya lagi. Widiiihhh" kata Firga tiba-tiba antusias. Sejenak mereka bertatapan dengan tatapan semangat 45. Namun sejenak kemudian mereka tertawa terbahak-bahak. Menyadari kekonyolan mereka.
"Donatnya boleh gue makan ya" kata Firga.
"Gue minta satu" celetuk Resak.
"Gimana sih lo, barang yang sudah diberikan tidak bisa dikembalikan. Mending lo pulang aja deh gih, ntar kalo keliatan pacar lo kan gak enak juga.. ntar disangkanya apa apa lagi" kata Firga.
"Gila lo. Ah gak akan, kita kan cuma temen doang" kata Resak.
"Mmmm trus?" Kata Firga sambil mengunyah donat dengan atasnya krim stroberi susu kesukaanya.
"Ya gue minta lah donatnya" kata Resak sambil membawa donat berasa cappucino.
"Ya gak boleh lah Resak.. ihh.. haha" kata Firga. Mereka tertawa-tawa.
Tanpa mereka sadari enam pasang mata memperhatikan gerak-gerik mereka berdua.
"Lo yang sabar ya Ti" kata Ditha.
Tanpa sadar Tiara meneteskan air matanya.
"Emang bener-bener tuh kak Firga, udah tau kak Resak pacar lo. Masih aja dideketin" kata Ines.
Tiara diam saja. Hatinya cukup terbakar api cemburu di siang yang juga panas itu. Ditambah akhir-akhir ini Resak sudah jarang membalas sms,bbm ataupun lainnya darinya. Di sekolah jika dia bertemu justru Resak selalu menghindar. Tiara berkesimpulan bahwa Resak mungkin membagi cintanya dengan Firga. Maka malam harinya Tiara memutuskan hubungan cintanya dengan Resak. Resak cukup melongo menerima kenyataan itu. Namun itu kan yang Resak inginkan? Resak sebenarnya masih ragu akan perasaanya pada Tiara. Namun sudahlah kini Tiara, hanya karena hal seperti itu saja malah memutuskan hubungan cinta mereka. Mungkin Tiara terlalu cepat mengambil keputusan atau mungkin Resak bukanlah yang terbaik bagi Tiara.
Sementara itu Firga sedang berbunga-bunga menerima chat dari Haikal. Haikal berkata bahwa seminggu kemudian ia akan pulang kembali untuk menemui Firga.
Haikal: "Fir, seminggu lagi aku bakal pulang lagi. Aku bakal nemuin kamu lagi, begitu setiap minggu dalam 1 bulan ini. Abis itu aku beres PKLnya aku gak akan ke Bandung lagi Fir. Jadi setiap minggu kamu temuin aku di taman kota jam 10 pagi. Inget ya setiap minggu jam 10 pagi, jangan lupa. Pokoknya aku gak akan ngasih tau kamu lagi, kamu langsung aja kesana.Jangan khawatir aku pasti datang.
Firga: Okeee Kal. Aku ngerti kok. Setiap Minggu jam 10 pagi. Kamu juga harus ingat.
Sebenernya Firga bingung kenapa kata-kata Haikal seperti itu? Segampang itu? Seyakin itu? Bukannya ia selalu sibuk? Bagaimana kalo tiba-tiba tidak jadi?
Firga segera menepis pikirannya, ia berpikir kembali. Kalo misalkan tiba-tiba tidak jadi, Haikal pasti mengabarinya terlebih dahulu. Sekarang zaman modern Fir! Komunikasi udah gak susah! Kali ini Firga membetulkan pikirannya yang satu ini.
Ia pun akhirnya dapat tidur dengan nyenyak.

Keesokan harinya di sekolah...
Firga sedang beristirahat sambil memakan bakso favoritnya di kantin. Ia duduk dengan Rara yang juga sama sedang memakan bakso.
"Eh eh lo tau nggak. Ternyata di sini ada cewek PHO deh" kata seseorang tepat di belakang Firga.
"Iya bener.. itu tuh.. yang wajahnya sok manis dan sok imut itu" timpal seorang yang lainnya.
Firga heran kenapa anak-anak di kantin malah memandanginya. Ini ada apa sih?
"Ra, ini anak-anak kelas X kenapa sih? Ada yang nyindir-nyindir PHO. Emang siapa yang PHO?" Tanya Firga tidak peka kalo sindiran itu sebenarnya untuk dirinya.
"Nggak tau juga gue Fir, mungkin sama-sama anak kelas X kali. Mungkin mereka lagi saling sindir, gue juga gak ngerti" kata Rara.
"Ah udahlah ngapain juga mikirin masalah anak kelas X gak penting juga" kata Firga. Rara membenarkan perkataan Firga.
Setelah selesai memakan bakso, Firga langsung menuju perpustakaan. Dia berniat mencari buku untuk melengkapi referensi yang akan ia gunakan untuk mengerjakan tugas.
Saat sedang asyik mencari-cari buku, suara sindiran seperti tadi di kantin terdengar kembali. Firga mencari asal sumber suara, ternyata Ines dan Dhita. Namun Firga cuek. Mungkin mereka lagi ada masalah.
"Eh eh nes, bukanya yang PHO itu ada di sini juga ya" kata Dhita.
"Oh masa? Mana mana? Kayak gimana sih wajah PHO itu?" Tanya Ines heboh.
"Iya.. nih ya gue sebutin ciri-cirinya. Dia itu berponi depan, rambutnya diiket kuncir kuda. Pake jam tangan item. Kaos kaki putih bawah lutut dan sepatu kanvas warna abu" kata Dhita dengan nada menyindir.
Firga masih bisa mendengar kata-kata mereka berdua, lalu menyadari penampilannya. Ia menatap Dhita dan Ines.
"Oops! Dia nyadar tuh nes!" Kata Dhita.
Firga terkaget. Jadi maksud dari sindiran itu pada Firga? Firga tak terima sekaligus kurang paham mengapa mereka menyebutnya PHO.
"Maksud kalian apa? Itu sindiran buat gue?" Kata Firga.
Dhita dan Ines bertatapan lalu tertawa-tawa. Penjaga perpustakaan malah memarahi mereka bertiga karena membuat keributan. Firga berinisiatif untuk keluar.
"Kita selesein masalah kita di luar" ketus Firga sambil berjalan keluar dari perpustakaan diikuti Dhita dan Ines.

I Hate You, But I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang