34. The End

6.3K 196 64
                                    

~Mollie POV~

Sekitar 30 menit kami mengikuti mobil tersebut, akhirnya kami sampai di kantor polisi.

Aku jalan secara perlahan mengikuti Awin, Karey dan seorang lelaki dari belakang.

Terlihat beberapa polisi yang berada di pagar melihat diriku dengan penuh tanda tanya.

Aku terus mengikuti mereka. Daniel bersamaku disampingku. Meskipun hanya temanku, ia tetap menepati janji temannya.

Pintu telah dibuka. Karena aku sudah tidak tahan, aku langsung menghampiri Awin.

Para polisi sudah menjegat diriku, sudah hampir 10 polisi menahanku dan aku masih berusaha melihat Awin untuk terakhir kalinya.

"Pak.. beri saya waktu. Sebentar saja" mohonku pada polisi.

"Baiklah... gunakan waktumu dengan baik"

Aku langsung melihat Awin. Terlihat dirinya yang sudah kotor dengan darahnya dan para korbannya, aku meminta polisi untuk membawa handuk kecil padaku.

setelah handuk kecil itu sudah ditanganku, aku mengelap semua bekas darah yang berada dimukanya dan badannya.

Aku menangis melihat bekas luka di tubuhnya. Kaki, bahu, perut semua tertembak dan ia masih bisa bertahan.

Handuk kecil berwarna putih itu sudah mulai berubah warna menjadi merah. Aku terus meminta para polisi tersebut untuk mengeringkan handuknya dan mengelap badan Awin.

"Cepatlah.. kami ingin memasukkan ia kedalam penjara" kata salah satu polisi.

Sudah hampir 10 menit berlalu, Awin tak kunjung sadar. Aku mengecek denyut nadinya dan hasilnya nihil.

Aku dan Daniel mulai menangis lebih parah dari sebelumnya. Aku mencium jidat Awin yang sudah bersih dari darah sebelumnya.

"Kalian keterlaluan. Kalian tidak lihat keadaan dia dan dia mati sekarang! Memang tidak tahu perasaan. Mati saja kalian!" bentakku kepada para polisi.

Dengan penuh amarah aku maju kepada salah satu polisi tersebut.

Plak.....

Kutampar ia dengan sangat kencang. Sudah lama sekali aku tidak menampar orang sebelumnya.

Buk...

Pukulanku mengenai wajah salah satu polisi tersebut. Daniel yang dari tadi menahanku akhirnya berhasil. Dengan sangat tenang Daniel mengembalikan keadaanku.

"Sudahlah Moll.. kau harus merelakannya" kata Daniel padaku.

"Merelakan? haha.... gua udah masa sayang-sayangnya dan dia mati ditembak! Lu juga punya pacar pasti ngerti perasaan gua Niel!" bentakku pada Daniel.

Daniel hanya terdiam melihat diriku. Aku kembali melihat keadaan Awin.

"Kamu jangan marah-marah terus. Jangan nangis juga. Air mata kamu berguna.. terima kasih udah ada di hidup aku.. I Love You" kata Awin secara tiba-tiba.

Aku langsung memeluknya dan mencium pipinya. "Aku gamau ninggalin kamu" kataku sambil menangis.

"Niel.... tolong jagain.... dia. Kalau... lu bisa... jagain Clara... jagain die juga..." kata Awin pada Daniel.

"Siap boss" balas Daniel.

"Kamu jangan tinggalin aku" kataku pada Awin.

"Maaf... untuk kali ini... aku gabisa ngabulin... permintaan itu... aku sudah ga... kuat lagi" balas Awin terbata-bata

"Tapi kamu janji ya.. disana jangan main sama cewe lain" kataku sedikit menghiburnya.

Ia meneteskan air matanya. Dengan cepat aku menghapus air matanya.

Psychopath Falling In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang