Hari ini aku sudah memiliki pilihan untuk pergi jauh dari kehidupan Mollie. Aku takut Mollie dan Steve terluka akibatku. Pagi-pagi buta aku meninggalkan rumah baruku beserta uang-uang sisaku untuk mereka.
Aku hanya membawa uang sekitar 1juta saja untuk jaga-jaga, hanya membawa 2 pasang pakaian, dan hoodie beserta jaketku.
Aku meninggalkan pesan kepada Mollie melalui surat yang kuletakkan di meja lampu.
Aku sudah berjalan dari pukul 3 pagi. Membawa bekal untukku makan dan tak lupa aku membawa pisau kesayanganku untuk jaga-jaga dan kunci rumah cadangan.
Aku menggunakan hoodie merahku supaya tidak terlalu terlihat pada malam hari. Meskipun terlihat sedikit tapi, setidaknya bisa menutupi beberapa bagian wajahku.
Tak lupa, aku menggunakan jam tangan yang belum lama aku beli. Aku sudah berjalan kira-kira 1 jam. Semua kenangan indah bersama Mollie, Daniel, Clara, Steve kini sudah sirna. Aku berharap Mollie dan mereka bisa saling membantu satu sama lain.
Aku berjalan menuju hutan. Hutan yang sudah tidak dikunjungi beberapa orang disekitar perumahan kami. Tempat tinggal kami masih terbilang belum menjadi kota besar karena masih terlihat pohon-pohon tumbuh menjulang keatas tanpa hambatan.
Setengah jam telah berlalu, aku melihat sebuah kabin dalam hutan ini. Entah ada apa didalam aku tidak mengetahuinya. Kabin yang berukuran 10x5 meter ini lumayan indah jika dilihat dari luar. Aku memasuki kabin tersebut melalui pintu depan.
Ciit......
Suara berdecit dari pintu yang bergesekan dengan lantainya.
Sungguh perjalanan yang melelahkan. Apalagi aku harus menghapus semua kenangan indah ku bersama mereka yang kucintai.
Aku memasuki rumah tersebut dengan santai sambil memegang pisau kesayanganku.
Kulihat sebuah ruangan berukuran 3x2 meter dengan penerangan yang seadanya.
Kubuka pintu itu dengan sangat berhati-hati karena aku tidak mengetahui apa yang ada di dalam sana.
Kre....k
Aku berhasil membuka pintu tersebut. Terlihat sebuah kamar tidur yang tertata rapi didalamnya.
Aku mendekati kasur tersebut dengan perlahan dan tetap waspada. Terlihat seorang perempuan yang tidak kukenal yang memiliki paras muka sama seperti Mollie.
Kulihat seragam sekolahnya yang ia taruh dibangku belajarnya dengan seksama. Seragam ini sama seperti seragam Mollie. Kulihat name tagnya dan disana tertulis nama "Karey".
Aku bingung kenapa perempuan secantik dia bisa tinggal ditempat terpencil ini. Hal ini mengingatkanku tentang Mollie. Aku mendekati perempuan tersebut dan membenarkan selimutnya.
Meskipun bukan seorang yang kukenal, tapi rasa sayangku tak bisa hilang kepada Mollie.
Akhirnya, aku memutuskan untuk menunggunya bangun dan menjelaskan kenapa aku berada disini.
Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Aku masih menunggunya keluar dari kamarnya.
Kudengar suara langkah kaki yang begitu jelas. Semakin jelas semakin aku ingin mengetahuinya.
Akhirnya, aku mencoba untuk mengintip dari lobang pintu. Kulihat ia tengah menari dengan baik, begitu lincah gerakan kakinya seperti seorang balet.
Tak pernah kulihat Mollie menari selihai itu. Ia membuatku teringat kepada Mollie karena paras muka mereka yang sama persis.
Tak terasa, tanganku membuka pintu tersebut membuat perempuan itu terkaget karenaku.
"Siapa kau?" tanyanya padaku.
Aku masih bengong karena mukanya yang sangat mirip dengan Mollie. Kudekati dia secara perlahan.
"Jangan mendekat!" teriaknya padaku.
Aku terus mendekatinya tanpa rasa takut. Deg dentuman keras pada jantungku membuat ku deg-degan terhadapnya. Tak sengaja kupeluk ia dari depan dan mengucapkan kata "Mollie" berkali-kali.
"Siapa kau? Namaku bukan Mollie tapi Karey. K A R E Y!" bentaknya
Aku menghiraukan apa yang ia katakan padaku. Semakin dekat maka semakin kuat aku memeluknya. Tak sengaja bibirku maju dengan sendirinya.
"Kyaa....."
Plak....
Ia menamparku sangat keras.
"Maaf Karey. Aku sedang kabur dari semua hal subuh hari tadi" kataku padanya.
"Lalu kenapa kau memelukku!?" bentaknya padaku.
"Kau mengingatkanku pada seseorang. Namanya Mollie" balasku.
Akhirnya, ia mengerti apa yang kukatakan dan aku memutuskan untuk menceritakannya dari awal.
Meanwhile in Awin new House.
~Mollie POV~Aku bangun pukul 5 pagi hari ini. Aku menepuk sebelahku dan tidak ada tanda-tanda keberadaan Awin. Ku coba membuka mataku pagi hari itu meskipun membuat mataku sakit.
Awin tidak ada! yang tersisa hanyalah guling yang ditutupi selimut. Aku mencoba mencarinya pagi hari itu.
30 menit berlalu, semua ruangan sudah kucari dan tak ada tanda-tanda keberadaannya. Aku kembali kekamar dan melihat secarik surat di meja lampu.
Aku membuka surat itu dan membacanya sebentar.
"Dear mollie,
Terima kasih sudah mau mendampingiku beberapa bulan yang indah ini. Aku tahu aku pergi tanpa memberitahumu tapi, polisi sudah mulai mencari aku dimana-mana. Aku takut hal yang tidak aku sukai menimpa kamu dan yang lainnya. Aku meninggalkanmu sisa tabunganku dan rumah ini. Semoga rumah dan uang yang kuberikan padamu ini bisa membantu. Aku sayang kamu.. kamu jaga diri ya. Aku titip Steve kekamu oke? Jangan nangis ya :) air mata kamu berharga. Love you ♡ Awin."Aku menangis, benar-benar menangis. Aku tak mengira Awin sangat peduli padaku. Semua ini ia lakukan hanya demi diriku. Aku benar-benar menangis karena hal ini.
Ia lah satu-satunya yang aku punya dan sekarang ia pergi begitu saja. Padahal aku berharap aku bisa bersama dia selamanya. Kenapa ia harus pergi disaat yang tidak tepat?
Aku menyimpan surat ini dalam laci mejaku dan kembali tidur, berharap ini hanyalah sebuah mimpi.
Akhirnya, aku kembali tidur dan berdoa supaya ia kembali kepadaku.
Hai guys...
Back again ke part 28nya yaa.
Langsung update nih biar kg penasaran. Tapi... segini dulu ya, soalnya lagi ada ganguan di otak saya wks.Baca juga cerita temen saya Shamicchi dia bikin cerita bagus loh..
Sekian dulu guys. Maaf pendek ya :).
Vote and comment = spirit for me.
(^-^)
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Falling In Love
HorrorLelaki muda yang masih duduk di bangku SMA mengidap kelainan jiwa. Hingga suatu ketika, muncul sesosok wanita di sekolahnya yang membuat ia setengah sadar akan dirinya. Kemunculan wanita ini membuat lelaki ini jatuh cinta pada jumpa pertama. Akankah...