part 36

171 13 1
                                    

hallo para readers yg masih setia nunggu lanjutan cerita there's love in my friendzone ini. Masih ada kan yg nungguin? Ah terhura dd. Kalo gaada yg nungguin yo orapopo aku sadar kalo cerita ini gaje bgt yakan. Ya mangap si baru pertama kali nulis di wattpad. Sebenernya dulu pas smp aku sempet mau bikin novel gt judulnya "ketika jarak memisahkan kita" wkwk baper bgt. Udah sampe 80an halaman eh tibatiba laptop rusak dan semua hilang. Hore.. hore.. hore.. udh curhat ttg itunya. Oiya sebelumnya aku minta maaf minggu kemarin aku gak update heheh. Maaf php wkwk. Ternyata bukan doi aja yg bisa php, author juga. *apasih. Maaf minggu ini baru bisa update. Jadi sekalian 3 part ya horay. Udah ah cuap-cuapnya. Selamat baca💕

➖〰➖〰➖〰➖〰➖〰➖〰➖〰➖

"BELLA!!!" Teriak Ragil 

Kini Bella sudah berada di dalam gendongan Ragil menuju kasurnya kembali. Di panggilnya teman-teman semua tak lupa Dokter yang harus memeriksa keadaan Bella yang mungkin semakin parah ini

"Maaf, kalian semua harus tunggu di luar. Bella kembali ke masa komanya. Dan kali ini ia sangat membutuhkan donor darahnya" jelas Dokter

"Dok, biar saya yang mendonorkan darah untuk pacar saya" ucap Ragil

"Keadaan kamu tidak baik saat ini. Apa tidak ada keluarganya yang bisa mendonorkan darah?" Tanya Dokter

"Keluarganya masih dalam perjalanan, Dok. Dan mungkin butuh waktu yang lumayan lama untuk sampai disini" jelas Ezra

"Dok, saya saja Dok. Hanya saya harapan Bella saat ini, Dok" ucap Ragil lirih

Ya hanya Ragil harapan Bella satu-satunya. Yang lain sudah mencoba mencari donor darah lewat orang suruhannya namun tetap tak ditemukan. Hanya Ragil yang bisa membantu Bella saat ini.

"Baiklah, tapi kamu harus bisa menanggung resikonya setelah kamu mendonorkan darah" ucap Dokter

Ragil tersenyum lega mendengar persetujuan Dokter. "Apapun itu, Dok. Asal Bella sembuh"

Kini jam sudah menunjukkan pukul 20:00. Setelah 30 menit akhirnya Ragil di perbolehkan keluar dari ruang khusus untuk pendonoran darah.

Iqbal tersenyum lega melihat Ragil yang baru keluar dari ruangan. "Gimana? Sukses? Kita doain semoga Bella cepet sembuh"

"Aamiin Bang" jawab Ragil. Kini ia butuh senderan, dan akhirnya pundak Iqbal lah yang menjadi tumpuan kepalanya itu

"Gil? Lo pucet banget. Lo gapapa?" Tanya Nana khawatir

"Asalkan Bella sembuh, gue gapapa" jawab Ragil sambil tersenyum

"Kita ke kantin dulu deh. Lo harus makan biar gak lemes ya" ucap Fellin

"Hmm" deham Ragil

Baru saja Ragil menegakkan tubuhnya dan berdiri dari kursinya. Seakan pandangannya membuyar, kepalanya sangat pusing dan tubuh yang mulai kehilangan keseimbangan. Tak butuh waktu lama, Ragil sudah terjatuh di lantai.

"Ragil!! Lo kenapa..." ucap Nana

Nana mengecek suhu tubuh Ragil melalui dahi Ragil. Dingin, sangat dingin. Kini, ia seperti mayat hidup. Kaku dan dingin.

"Suster!!! Suster!!!" Teriak Kevin

Akhirnya kini Ragil di bawa ke ruang ICU tempat dimana Bella pun juga ada di dalamnya. Di dalam ICU, Ragil sempat sadar sebentar. Matanya terbuka, dan melihat seorang perempuan yang dicinta berada di sebelahnya. Sedang tertidur. Tidur yang sangat damai. Bahkan senyum pun terukir di saat ia tertidur di dalam masa koma-nya.

'Bella, lo harus tetap bertahan ya. Kita harus tetap bertahan' Batin Ragil lirih. Kemudian tepat setelah ia berbicara di dalam hati, matanya kembali menutup. Dan mengeluarkan bulir-bulir air mata.

***

"Kenapa sih? Kisah cinta mereka bener-bener rumit. Dulu, saat semuanya masih baik-baik aja mereka jauh-jauhan. Sekarang? Setelah semua keadaan jadi kacau? Mereka.. hiks hiks" ucap Shila. Ia tak tahan karena kisah cinta sahabatnya ini benar-benar menyedihkan.

Disaat mereka sudah saling mencintai, nyawa mereka yang kini sedang terancam. Mereka berdua sama-sama sedang berjuang untuk kembali bersama seperti dulu lagi. Kembali ke masa-masa indah. Ya, walaupun sederhana. Tetapi jika kita lakukan bersama orang yang special, pasti itu akan menjadi suatu moment yang tak terlupakan. Karena orang yang istimewa pasti akan meninggalkan kenangan yang juga istimewa.

"Disini kita cuma bisa berdoa untuk mereka. Bella, semoga dia bisa lewatin masa komanya dan semoga darah Ragil cocok sama Bella. Dan Ragil, semoga dia bisa fit lagi. Walaupun tadi kalian inget kan kata Dokter? Dia harus menanggung resiko kalau tetep mau donorin darahnya" ucap Rio

"Bener kata Rio, sekarang kita shalat berjamaah yuk" ajak Kevin

Yang lain hanya mengangguk dan mulai melangkahkan kaki ke musholla Rumah Sakit. Ya, sebesar apapun masalah yang menimpa kita. Ingat,ada Allah yang maha besar.

"Assalamualaikum warohmatullah. Assalamualaikum warohmatullah." Ucap Iqbal sebagai imam

"Zra, pimpin doa" ucap Rio

Ezra hanya mengangguk. "Ya Allah, engkau yang memberi cobaan dan engkaulah yang membantu menyelesaikannya. Engkau yang membuat sakit dan engkau pula yang membuat sehat. Ya Allah, sembuhkanlah kedua teman kami, sahabat kami, kerabat kami, saudara kami. Sembuhkanlah mereka. Sadarkanlah mereka. Kembalikan mereka seperti sedia kala, dimana mereka masih bisa tertawa lepas bersama kami. Masih bisa berkumpul bersama kami. Tapi, jika memang pergi adalah hal yang terbaik. Maka kami akan mencoba untuk ikhlas. Karena pasti semua akan kembali kepada-Mu ya Allah yang maha Penyayang. Ya Allah berikanlah yang terbaik untuk mereka. Jika umur mereka masih panjang, maka sadarkanlah mereka segera. Aamiin Ya Rabbal Alamin"

Nana, Fellin dan Shila hanya bisa terus menangis di selingan doanya. Mereka belum siap kehilangan sahabatnya. Mereka takut jika Bella memang harus pergi. Pergi meninggalkan mereka. Selama-lamanya.

Kini semuanya telah kembali ke ruang tunggu depan ICU. Tak lama, keluarga Bella pun datang dan menghampiri ketiga sahabat Bella itu.

"Tante.... hiks hiks" ucap Shila sambil memeluk Anggun

"Kamu kenapa bisa gini, Shil? Kenapa kamu pakai kursi roda? Kenapa leher kamu di perban gini?" Tanya Anggun khawatir

"Sekarang keadaan Shila gapenting. Yang penting itu keadaan Bella di dalem, Tan..  hiks hiks " ucap Shila

"Bella? Gimana kondisinya. Kenapa dia bisa masuk ICU?" Tanya Anggun lirih

"Ceritanya panjang tante" ucap Ezra

"Kamu siapa? Ragil dimana?" Tanya Anggun lagi

Ezra menghela nafas dan mulai menjawab. "Saya Ezra, teman Bella dan Ragil. Sekarang, Ragil juga ada di dalam"

----------------------------------------------------------

Kenapa ya buat nyatuin hati kita itu susah banget? Apa status kita itu emang cuma bisa jadi temen ya? Bahkan takdir pun berkehendak lain. Waktu pun sama. Mereka gak ngizinin kita untuk bersama, Ragil. Walaupun gitu, hati aku masih sama. Masih untuk kamu, Ragil Mahardika:)

'Dari perempuan yang sangat amat menyayangi dan mengharapkanmu.
-Nabila Latief

There's Love In My FriendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang