"Hallo, kenapa Ra?"
"Ada kabar gembira dan menyedihkan buat lo. Mau denger yang mana dulu?"
"Gembira dulu deh"
"Kabar gembiranya adalah saingan lo sekarang lagi dalam keadaan koma karna tabrakan mobil"
"Saingan? Bella maksud lo, kak?"
"Iyalah siapa lagi. Masa gue haha"
"Mampus haha. Udah koma kan? Bentar lagi juga mati dia"
"Dan lo mau denger kabar menyedihkannya?"
"Apa?"
"Ragil juga dirawat di RS karna dia donorin darah buat Bella. Padahal dia lagi gak sehat tapi ya tetep maksa buat donorin darahnya"
"Dia itu cowok bego ya. Ngapain dia donorin darah buat cewek macam Bella? Gaada bagus-bagusnya sama sekali"
"Tenang. Gue udah punya rencana. Dan gue yakin, rencana gue kali ini bisa ngilangin nyawa Bella secepatnya"
*****
"Bunda... Ragil kapan boleh jenguk Bella? Kan Ragil udah makan, sampai habis malah. Masa belum boleh sih, Bun? Bun.. ayolah bun, Ragil mau kesebelah sebentar aja..." Rengek Ragil
Andin hanya menghela nafas ketika melihat kelakuan Ragil yang menjadi manja ini. Dilihatnya anak bungsunya, ternyata ia memang sangat mencintai perempuan yang berada di kamar sebelahnya. Bagaimana jika ia melihat kondisi Bella yang buruk saat ini? Justru, itu yang pasti akan menambah beban fikiran Ragil. Dan pastinya, Ragil akan terlihat semakin kacau dan frustasi.
"Sekarang udah siang, nak. Kasian Bellanya lagi tidur. Nanti aja ya, sore jam 4. Nah nanti kamu ajak deh Bella keliling taman sini, pasti dia seneng deh" ucap Andin sambil mengelus rambut Ragil
Ragil semakin melebarkan senyumnya. Sudah terbayang, bahagianya ia disaat bundanya bilang bahwa ia bisa mengajak Bella untuk berjalan-jalan sore ke Taman.
"Oke Bunda. Tapi janji ya, sore ini Ragil boleh ajak Bella ke taman ya" mata Ragil kini semakin membinar-binar. Terpancar jelas suatu kebahagiaan disana. Kebahagiaan yang sifatnya hanya sementara. Ya, ia tak tahu keadaan Bella yang sebenarnya. Jangankan untuk jalan-jalan sore bersama Ragil, membuka mata saja Bella tak sanggup. Tak terbayang betapa kecewanya Ragil ketika nanti ia tahu kondisi Bella.
Andin sudah tak kuat menahan tangisnya. Ia langsung berlari ke luar, dan menangis sejadi-jadinya di luar ruangan. Yang lain semakin bingung, mengapa Andin menangis seperti ini. Apa yang di tangisi, toh Ragil pun sudah sadar kembali.
"Tan, kenapa tante nangis?" Tanya Nana lembut
Andin pun menoleh ke arah Nana, kemudian memeluk Nana. "Kamu pasti teman dekat Bella kan? Dan pasti kamu tau hubungan Ragil dan Bella kan? Tante sedih karena sekarang kebahagiaan Ragil tergantung dengan kondisi Bella. Tante takut, jika Bella tak sadar maka Ragil pun ikut hancur. Tante tak sanggup melihat Ragil yang nantinya seperti mayat hidup. Yang tidak memiliki gairah dalam hidupnya"
Nana pun ikut menangis di dalam pelukan Andin. Shila dan Fellin pun ikut menangis di sampingnya. Untungnya, orang tua Bella sedang ada di musholla. Jadi, mereka tak ikut dalam suasana menyedihkan ini
"Tante, jangan ngomong gitu. Kita harus berdoa semoga Bella cepet sadar. Ini demi semuanya, dan demi Ragil juga. Tante harus doain Bella, jangan bilang kayak tadi lagi ya tan. Jujur, kita semua belum sanggup kehilangan Bella. Kami, sahabatnya saja tidak rela. Apalagi Ragil, orang yang mencintai Bella. Bisa ditebak, gimana hancurnya Ragil nanti"
Ya, sekarang semuanya tergantung jalan yang diberikan oleh Allah. Jodoh,kematian sudah di tentukan. Jika memang sekarang adalah waktunya Bella pergi meninggalkan dunia, yang lain bisa apa? Tak ada yang bisa menghentikan sesuatu yang sudah di kehendaki-Nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
There's Love In My Friendzone
Novela JuvenilTapi, kita terjebak dalam satu istilah yaitu "friendzone" kenapa harus ada cinta di antara persahabatan kita? Dan kenapa lo gabisa nganggep gue untuk lebih dari seorang sahabat lo? Gue ingin lebih dari itu. Apakah gue salah? Apa gue egois karena mem...