#2

767 60 12
                                    

Perihal ganti rugi sudah beres. Ravela berjanji pada Rangga akan menyicil biaya kerusakan mobilnya setiap hari, dan Rangga setuju akan hal itu. Rangga akan segera memperbaiki kerusakan mobilnya, masalah biaya Rangga yang akan membayarnya terlebih dahulu. Setelah itu, uangnya akan diganti sedikit demi sedikit oleh Ravela.

"Heh, cengceremen! Lo dimana, sih? Rapat aja lama banget," semprot Alesha ketika ponselnya sudah terhubung dengan Bisma.

Bisma yang kaget segera menjauhkan telinganya dari ponsel, "Shh... orang stres gini, nih. Sabar! Gue baru kelar. Rewel banget, sih. Lo kangen sama gue?"

Terdengar suara Alesha yang mendecih, "Yaudah buruan! Jadi anak laki lelet banget, sih."

Bisma segera mempercepat langkahnya atas perintah nenek lampir yang baru saja menelpon. Tidak menghabiskan waktu lama, Bisma yang gesit itu kini sudah sampai di kafe tempat Alesha, Ravela, dan Rangga berkumpul.

"Cepet, kan, gue?" Bisma duduk di sebelah Alesha dengan napas yang tersenggal-senggal.

"Tetep lama!" cibir Alesha. "Yaudah langsung aja deh, tugas ini, kan, nggak mungkin sehari langsung jadi. Nah, kita mau ngerjain dimana?"

"Di sini aja biar nggak ribet," Rangga memberi saran. Tapi saran itu langsung ditolak mentah-mentah oleh Bisma.

"Ogah! Jauh banget dari rumah gue."

"Di kafe deket rumah gue aja, gimana?" gantian, kini Bisma yang memberi saran.

"Hih! Ogah! Kafe yang banyak anak alay-nya itu, kan?" Alesha langsung bergidik geli membayangkan akan ada banyak anak sekolahan yang memasuki kafe dengan rok gantung ala mereka.

"Yaelah, Le, terus dimana dong? Lo mau ngerjain di rumah gue?" tanya Bisma, Alesha pun menggeleng dengan cepat, begitu pula dengan Rangga.

Ravela yang tak memberikan respon apapun langsung menjadi pusat perhatian Bisma.

"Eh, lo kok diem aja, sih? Nggak mau ngasih saran?" tatap mata Bisma yang tertuju pada Ravela membuat gadis itu sadar kalau Bisma sedang berbicara padanya.

Ravela mengangkat kedua bahunya, "Yah, gimana, ya? Gue bingung mau ngasih saran apa. Gue ikut kalian aja, deh. Asalkan jangan jauh-jauh ya."

"Bentar deh, rumah lo..." Bisma menunjuk Ravela, "Emang rumah lo dimana? Siapa nama lo, sih? Em..." Bisma menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil berusaha mengingat. Tapi nihil, Bisma benar-benar lupa.

"Ravela," jawab Ravela, "Gue tinggal di Perumahan Raya. Lumayan deketlah dari sini."

"Perumahan Raya?!" pekik Alesha mengagetkan Bisma. Lelaki itu mengelus-elus dadanya dan melirik Alesha seakan-akan siap untuk membunuhnya.

Ravela mengangguk, membuat ekspresi wajah Alesha berubah antusias, "Rumah gue juga di situ!"

"Ohya? Lo di blok apa? Gue di blok A7."

"Astaga. Vela! Rumah gue juga di blok A7!" Alesha semakin bersemangat. Tidak menyangka kalau ternyata mereka tinggal berdekatan.

Akan tetapi, Alesha sedikit bingung akan satu hal. Kenapa dia tidak pernah melihat Ravela selama ini? Padahal kan mereka berada di satu lingkungan yang sama.

"Vel, tapi kok gue nggak pernah liat lo, sih? Gue kenal semua orang-orang yang tinggal di blok A7, loh."

Ravela juga memikirkan hal yang sama dengan Alesha. Apakah Alesha termasuk orang baru di lingkungan rumahnya? Ah, bisa saja, kan? Lagipula sudah lebih dari setahun Ravela tidak tinggal di sana.

"Ah, nanti juga lo tau," Ravela berniat memberitahu Alesha nanti, bukan di tempat ini. Mengingat Alesha yang tinggal dekat dari rumahnya, sepertinya Ravela tidak bisa berbohong mengenai silsilah keluarganya.

You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang