#35

309 30 2
                                    

"Mau kemana, Lan?" Lana yang sedang memoleskan lipstik berwarna nude itu menoleh pada Bunda.

Seperti yang Lana katakan sebelumnya, hari ini Lana memang pulang cepat, bahkan sangat cepat. Berbeda dengan hari-hari biasanya, dimana Lana akan bekerja seharian dan pulang sore atau hampir larut malam.

"Baru aja pulang, kok udah mau pergi lagi? Mau kemana sih emangnya?" tanya Bunda Mila penasaran.

Lana yang sudah selesai merias wajah itu tersenyum. Senyumnya terlihat menyembunyikan sesuatu. Hal itu sukses membuat Bundanya penasaran.

"Ditanya kok malah senyum-senyum? Emangnya kamu pikir Bunda bisa baca pikiran kamu? Hm?"

Lana mengibas rambutnya yang terurai. Setelah mengenakan pakaian kerjanya yang nampak elegan, kali ini Lana menggantinya dengan dress hitam tanpa lengan.

"Udah ya, Bun. Ceritanya nanti aja kalo Lana udah pulang. Dah, Bunda!" Lana mengecup pipi Bunda Mila, setelah itu Lana langsung bergegas pergi menuju tempat tujuan.

Tempat pertemuannya dengan seseorang yang menurutnya spesial. Ini pertama kalinya Lana akan menghabiskan waktu bersama orang yang tak lain adalah Rangga.

Lana menunggu di sebuah kafe yang berada di seberang pusat perbelanjaan. Setelah sampai, Lana langsung mengetikkan pesan untuk Rangga. Sekedar memberi kabar bahwa dia sudah sampai di tempat pertemuan.

Rangga D.S.: Gue otw! Sorry, tadi dosennya lama banget, jadi gue baru keluar.

Itulah pesan balasan yang Lana terima dari Rangga. Lana menghela napas sesaat, perjalanan dari kampus Rangga ke tempat ini cukup jauh. Lana pasti akan menunggu cukup lama.

Lana Anindita: Santai aja, nggak usah buru-buru. Gue tungguin kok. Btw, hati-hati di jalan :D

Tidak apa-apa. Demi Rangga, Lana rela menunggu. Lagipula, kesempatan ini tidak datang dua kali. Lana sudah beberapa kali meminta Rangga untuk jalan bersama. Dengan berbagai alasan Lana berusaha, dengan berbagai alasan pula Rangga menolaknya.

Sebenarnya, pertemuan ini bukan Lana yang meminta. Tapi Rangga lah yang lebih dulu menghubunginya. Maka dari itu, Lana tidak mau melewatkan kesempatan emas ini.

***

Sepasang earphone nampak menyumpal telinga Theo. Cowo berkumis tipis itu memejamkan mata, kepalanya sesekali mengangguk, kakinya pun terkadang menghentak ke lantai mengikuti irama lagu yang terputar dari earphone-nya. Sebenarnya, yang dia dengarkan bukanlah lagu biasa pada umumnya, melainkan rekaman suara dari hasil latihan Bisma dan Ravela.

"Gimana?" tanya Bisma memandang Theo penuh harap. Ravela yang duduk di sebelah Bisma pun sangat menantikan respon Theo terhadap rekaman mereka.

Saat menantikan Theo. Pikiran Ravela tiba-tiba saja melayang pada Rangga dan Lana. Kegelisahan menyeruak menguasai dirinya.

Tapi Ravela berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya. Walaupun hal itu sudah menjadi topik utama di dalam otaknya.

Theo melepaskan earphone-nya, kemudian dia berpikir sejenak. Setelah itu, senyumnya mengembang diikuti dengan anggukan kepalanya yang mantap.

"Keren! Gue suka dan gue yakin kita akan menang!" seru Theo optimis. Matanya nampak berbinar sambil menyalami Bisma dan Ravela.

"Gue berharap banget sama kalian, kasih penampilan terbaik kalian buat kampus kita!"

Bisma mengangguk, Ravela tersenyum, "Siap Bos!" jawab mereka kompak.

***

Rangga berjalan beriringan bersama dengan Lana. Menyusuri setiap sudut mall untuk memenuhi kesenangan mereka. Masuk dari toko yang satu ke toko lainnya. Sesekali Lana meminta pendapat Rangga terhadap barang-barang yang dilihatnya.

You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang