#29

354 35 1
                                    

Ravela melihat Rangga yang duduk seorang diri di sofa ruang tengah. Cowok itu seperti tak mempunyai gairah untuk bergabung dan bergurau dengan orang-orang di sekitarnya. Yang Rangga lakukan hanya diam termenung sambil menatap layar ponselnya.

Sebenarnya tadi Ravela sempat berpapasan dengan Rangga, namun Ravela mengabaikannya, begitupula dengan Rangga yang juga mengabaikan Ravela. Ravela bersikap seperti itu bukan karena marah pada Rangga, Ravela hanya kecewa karena Rangga tidak berusaha untuk mencegahnya. Kenapa Rangga begitu pasrah? Apakah di mata Rangga, Ravela tidak memiliki arti? Apakah salah jika Ravela berharap lebih pada Rangga?

Padahal, entah sejak kapan, Ravela merasa bahwa Rangga sangat berarti untuknya. Entah sejak kapan, Ravela merasa bahwa kedekatannya dengan Rangga memiliki hubungan yang lebih dari sahabat.

"Hey, cantik!" Ravela menoleh ke sebelahnya ketika ada seseorang yang memanggil sambil menyingkapkan helaian rambutnya.

Ravela berdecak ketika melihat ada Bisma yang duduk di sebelahnya, "Gimana? Ale udah tau?" tanya Ravela.

Bisma mengangkat kedua bahunya, "Mungkin dia baru tau."

"Lo nggak ngasih tau dia?" Ravela berusaha menebak maksud dari ucapan Bisma.

Bisma menggeleng, "Gue nyuruh dia buat cari tau sendiri."

Bisma kira, Ravela akan mengerti apa maksudnya. Tapi Sayang, kali ini otak Ravela cukup lama untuk berpikir. "Maksudnya gimana, sih?" tanya Ravela bingung.

"Duh! Lo abis kejedot dimana sih, Vel?" omel Bisma sebal. Membuat Ravela semakin kesal pada cowok tengil itu.

"Bisa nggak sih lo jelasinnya secara detail?! Gue kan bukan dukun yang bisa nebak semua isi otak lo!"

Bisma menghembuskan napasnya perlahan, lalu mulai bercerita. Bisma yakin, meskipun tidak mendengar pembicaraannya dengan Ravela, Alesha pasti bisa melihat Bisma yang mulai mendekati gadis itu.

Dan, Bisma benar.

Alesha melihatnya dengan sangat jelas. Tanpa Bisma sadari dia kata-katanya memang benar, bahwa kini Alesha merasa patah hati karenanya.

***

Sejak tadi, mata Alesha terus tertuju pada Bisma yang duduk di pinggir kolam renang bersama dengan gadis yg disukainya. Gadis yang ternyata sangat tidak asing bagi Alesha, gadis yang sangat dikenalnya, gadis yang sudah Alesha anggap sebagai sahabatnya.

Alesha benar-benar tidak percaya dengan apa yang telah dia lihat. Apakah gadis yang Bisma maksud adalah Ravela? Jika iya, bagaimana bisa Bisma menyukai Ravela yang baru beberapa bulan ini hadir di dalam kehidupannya? Rasanya mustahil jika Bisma benar-benar menyukai Ravela, bagaimanapun Alesha lah yang sudah lama mengenal Bisma. Bahkan, mungkin Bisma sudah sangat lama menyukainya. Ah, ralat, Bisma tidak menyukai Alesha, tapi mencintainya.

"Mustahil!" gumam Alesha entah kepada siapa, yang jelas tak ada satu orang pun yang mendengarnya.

Alesha bingung. Apakah dia harus bahagia atau harus merasa cemas? Bahagia karena Bisma telah menemukan kebahagiaannya yang baru atau cemas karena kini Bisma telah meninggalkan Alesha untuk mengejar cintanya yang baru? Ah! Kenapa hati Alesha terus berkecamuk tanpa alasan yang jelas?

Alesha tidak pernah menyukai Bisma, untuk jatuh cinta pun rasanya mustahil. Menurut Alesha, Bisma hanyalah orang bodoh yang secara kebetulan bisa menjadi sahabat dekatnya di kampus. Tidak mungkin jika Alesha memiliki perasaan khusus pada cowok aneh seperti Bisma.

Tipe cowok yang Alesha sukai itu seperti Dicky. Dia tampan, tinggi, dan yang paling penting adalah cerdas. Yah, Alesha akui bahwa dia menyukai Dicky berawal dari kecerdasannya. Dicky jenius dan tau segalanya tentang ilmu pengetahuan. Sayangnya, cinta dan harapan Alesha harus pupus karena penolakan yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Bodohnya, kenapa Alesha begitu percaya diri untuk menyatakan cinta?

You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang