Epilog

241 13 0
                                    

"Acara itu dari kantor gue, dan gue sebagai pimpinannya," jawab Rangga yang dihadiahi pelototan besar-besaran dari Bisma.

Bisma mendesah frustasi, menatap Rangga tidak percaya. "Ini gila! Gimana bisa— Ah, ini bener-bener pertanda buat lo, Ngga!"

"Pertanda?"

Bisma mengangguk pasti sambil menjentikkan jarinya penuh keyakinan.

"Pertanda untuk lo kembali!"

Rangga melangkah mundur. Menjauh dari Bisma. Kata-kata itu sungguh tak pernah terlintas di pikirannya. Meskipun sudah beberapa kali dia bertemu dengan Ravela karena ketidaksengajaan. Namun, Rangga tidak pernah berpikir untuk kembali.

Itu semua karena Rangga telah mengucap janji. Maka dia harus menepati.

Ketika Rangga dalam keadaan sekarat, dia pernah berjanji satu hal pada Rafael. Janji yang sampai saat ini hanya diketahui oleh Joya. Janji yang membuat Rangga menyesal, namun dia sendiri tak bisa berbuat apa-apa.

"Gue janji sama lo. Ketika Rara bisa melihat dunianya, gue nggak akan pernah muncul di hadapannya lagi. Sampai kapanpun."

Itulah janji yang sampai saat ini masih mengikatnya. Itu adalah janji untuk menebus semua rasa bersalah Rangga pada Ravela dan Rafael. Janji yang pada akhirnya membuat Rangga terlilit dalam ruang kebohongan.

Hari itu. Hari dimana Ravela mendapatkan donor mata, Rangga dipindahkan ke rumah sakit luar negeri untuk melakukan operasi pada kepalanya yang mengalami pendarahan serius. Sebelum berangkat, Rangga meminta Rafael dan Joya untuk merekayasa kematiannya.

Kabar tentang Rangga yang menjadi pendonor mata untuk Ravela itu merupakan skenario tambahan yang dibuat tanpa sengaja. Ketika Rafael dan Joya mengumumkan tentang kematian Rangga di depan Bisma dan Alesha, saat itu Alesha bertanya, "Donor mata itu dari Rangga?"

Pertanyaan itu bahkan belum dijawab oleh Rafael maupun Joya. Tapi bungkamnya mereka membuat Bisma dan Alesha menyimpulkan sesuatu yang pada akhirnya menjadi skenario tambahan dalam kebohongan itu.

Saat Rangga sedang dalam perjalanan, Rafael mengiriminya pesan singkat.

Bisma sama Alesha berpikir kalo lo yang donorin mata buat Rara.

Saat itu dengan terpaksa Rangga dan Rafael setuju untuk meneruskan skenario itu. Skenario yang membuat mereka harus menutup kabar tentang kematian seseorang, yaitu Morgan.

Kalian ingat ketika Morgan hendak berangkat ke New York untuk melanjutkan kuliahnya? Pada hari keberangkatannya, Morgan mengalami kecelakaan saat menuju ke bandara. Laki-laki itu dilarikan ke rumah sakit—tempat Rangga dan Ravela dirawat—karena di rumah sakit sebelumnya peralatan serta dokter yang berada di sana masih belum cukup.

Hari itu Morgan kehilangan banyak darah. Nahasnya tak ada keluarga yang bisa dihubungi, sehingga pihak rumah sakit kebingungan dalam mengambil keputusan. Akhirnya, pihak rumah sakit menelpon secara acak beberapa nomor telepon yang ada di ponsel Morgan.

Cukup banyak kontak yang tidak aktif saat dihubungi. Sampai akhirnya, panggilan itu terhubung saat suster rumah sakit menelpon Rafael. Rafael adalah orang yang akhirnya menjadi wali Morgan di rumah sakit.

Golongan darah Morgan cukup langka, sehingga pihak rumah sakit kesulitan dalam mencari donor. Apalagi saat itu kantung darah dengan golongan yang sama seperti Morgan sedang habis. Beruntung di hari itu ada Dika yang secara sukarela mendonorkan darahnya untuk Morgan—orang tidak Dika kenal. Meskipun begitu, satu kantong darah dari Dika masih belum cukup untuk menyelamatkan Morgan. Pada akhirnya lelaki kelahiran Mei itupun meninggal dunia.

You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang