#22

345 37 1
                                    

Alesha menghirup napas panjang, lalu membuangnya perlahan. Kedua tangannya dia rentangkan untuk meregangkan tubuh. Mulut Alesha terbuka cukup lebar, gadis itu kini menguap karena masih mengantuk.

"Kakak Ayesa!"

Kedua tangan Alesha berhenti di atas kepalanya. Matanya yang menyipit itu menatap sekeliling, mencari suara anak kecil yang baru saja memanggil namanya.

"Plis ya, nama gue Alesha bukan Ayesa!" ujar Alesha setelah menemukan sosok anak kecil yang kini berdiri di depan pintu gerbang rumahnya. Anak kecil itu terlihat masa bodo dengan ucapan Alesha yamg lagi-lagi menegurnya.

"Ih, kak Ayesa jelek, pasti belom mandi," kata Vano seraya mengapit kedua sisi hidungnya dengan jari telunjuk dan ibu jari.

"Dih, dasar bocah sok tau! Anak siapa sih lu?" gerutu Alesha memasang wajah kesal yang dibuat-buat. Kedua tangan Alesha nampak bertolak pinggang, matanya memicing tajam menatap Vano.

"Anak papa sama bunda lah, kakak Ayesa gimana, sih!" jawab Vano jutek.

Panggilan Vano terhadap Alesha lagi-lagi membuatnya nampak mendelik protes. Begitulah anak kecil, semakin diberitahu malah semakin melakukan hal-hal yang dilarang. Walaupun tidak semua anak kecil seperti itu, tapi Vano termasuk ke dalam golongan anak kecil yang susah diberitahu.

"Vano! Kakak cariin kemana-mana, nggak taunya malah disini! Eh... Hai, Le, hehehe," Lana yang baru saja datang itu langsung menegur Vano, setelah menyadari kehadiran Alesha, Lana pun menyapanya.

Alesha tersenyum ramah menanggapi sapaan Lana. Mata Alesha nampak tertarik dengan penampilan Lana yang sedikit lebih rapi, ditambah lagi dengan sebuah sling bag berwarna pink menggantung di pundaknya.

"Mau pergi, Lan?"

Lana mengangguk. Tangannya beralih pada puncak kepala Vano, lalu mengusap kepala anak itu dengan lembut, "Iyaa, Le. Nih, si Vano rewel minta dibeliin pensil warna baru."

Alesha menganggukkan kepala sambil mendesah dengan huruf O panjang dari mulutnya. Sementara itu, Vano langsung menyambar ucapan Lana.

"Vano nggak rewel kakak!" tegas Vano tidak terima dibilang rewel oleh kakaknya.

"Nggak rewel tapi bawel," sahut Lana berbisik. Mata Vano memicing tajam sambil mendongakkan kepalanya, wajah polosnya nampak serius memperhatikan Lana yang berdiri di sampingnya. Bocah kecil itu penasaran dengan ucapan Lana yang tidak begitu terdengar.

"Kakak Lana sekarang mulai jahat ya sama Vano! Awas aja nanti Vano aduin Kakak Rara!" omel Vano dengan wajah kesalnya yang khas. Pipi mengembung, bibir bawah maju ke depan, dan mata sinis nan tajam.

Lana terkekeh sambil menunjukkan kedua jarinya ke udara, "Iya, kakak nggak jahat, kok. Jangan di aduin ke kak Rara ya, Vano kan anak baik."

***

Setelah berdebat singkat dengan gadis kecil polos yang super sok tahu, akhirnya Ravela masuk ke dalam mobil Rangga. Meskipun Ravela sempat menolaknya, tapi Rangga berhasil membuat gadis yang menurutnya keras kepala itu masuk ke dalam mobilnya.

"Lo siap?" tanya Rangga lembut, dia menatap Ravela yang sedang menunduk sambil mengatur deru napasnya.

Yah, selalu begitu, untuk yang ketiga kalinya Rangga melihat Ravela nampak ketakutan.

You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang