#3

657 49 7
                                    

"Alesha!"

Alesha menoleh karena merasa namanya dipanggil. Dia berdiri di depan pintu gerbang rumahnya, mencari orang yang telah menyerukan namanya.

Alesha menggedikkan bahu acuh. Mungkin saja orang iseng, pikirnya. Baru saja Alesha ingin melangkah masuk ke dalam rumah, tiba-tiba saja suara itu kembali terdengar. Tapi kali ini bersamaan dengan kehadiran sosok gadis yang tak asing bagi Alesha.

"Vela!"

Kini Alesha melihat jelas Ravela tersenyum dengan gigi putih yang dipamerkan. Ravela sedikit mengatur napas karena kualahan memanggil teman barunya itu.

"Woah, jadi ini rumah lo? Dulu kan ini tempat tinggalnya Michael," kata Ravela sekedar memberitahu kalau dulu tempat ini adalah tempat tinggal tetangganya yang paling menyebalkan.

Alesha berkacak pinggang di depan Ravela, menatap penuh selidik pada gadis yang berdiri di hadapannya itu.

"Kenapa?" tanya Ravela bingung. Alesha menatapnya seakan meminta jawaban.

"Kenapa baru sekarang ya gue liat lo di lingkungan ini?" tanya Alesha. Baru saja Ravela ingin menjawab, sebuah suara mengalihkan perhatian mereka.

"Kak Rara! Hoh... Kak Rara mah gitu, sih! Jangan lari-lari dong. Vano capek tau ngejar kakak!" anak laki-laki yang berumur 5 tahun itu mengerucutkan bibirnya. Ravela terkekeh geli melihat wajah adiknya itu. Dengan gemas Ravela mencubit pipi tembam Vano.

"Eh ada kak Ayesa. Hai, kakak!" Vano melambai-lambaikan tangan mungilnya sambil tersenyum senang menatap Alesha. Sedangkan yang ditatap malah memasang wajah seakan siap menerkam.

"Alesha bukan Ayesa!" Alesha membenarkan panggilan Vano padanya.

Vano membuang wajahnya, tidak peduli dengan protesan Alesha karena Vano yang tidak bisa menyebut nama Alesha dengan benar. Entah kenapa Vano lebih suka dengan nama Ayesa dari pada Alesha.

"Vel, lo kenal Vano?" tanya Alesha, matanya tertuju pada tangan mungil Vano yang menggenggam erat tangan Ravela.

"Oh, Vano itu adiknya.."

"Aku adiknya kakak," jawab Vano dengan cepat, suaranya melengking, namun masih terdengar menggemaskan.

Ravela tertawa, dan lagi-lagi mencubit pipi Vano. "Iya, Vano adik gue."

Mulut Alesha hampir ternganga lebar. Untung saja dia sadar akan hal itu dan segera merapatkan bibirnya.

"Jadi, lo anaknya Om Darma?" tanya Alesha tak percaya. Setahu Alesha tetangganya yang bernama Darma itu hanya mempunyai dua anak, itupun semuanya laki-laki. Vano dan Rafael.

Kali ini mulut Alesha kembali terbuka dengan sempurna. Ravela menatap aneh Alesha, mata gadis itu tiba-tiba saja melotot, ditambah dengan mulut yang terlihat jelas ternganga di depan wajah Ravela. Seperti ada sesuatu yang telah membuat gadis itu terkejut.

"Le, lo kenapa sih?"

Ravela kaget, matanya ikut melotot saat Alesha tiba-tiba saja memegang kedua pipinya. Wajah Ravela di bolak-balik ke samping kiri dan kanan.

"Sumpah demi apa lo adiknya Rafael?!" suara Alesha yang melengking membuat Ravela langsung memejamkan mata. Sungguh! Lebih baik dia mendengarkan suara lengkingan Vano dari pada suara lengkingan Alesha.

Vano yang tadinya berdiri di samping Ravela langsung melangkah mundur ke belakang kakaknya karena merasa takut.

Ravela melepas paksa tangan Alesha dari wajahnya, dia mendesah sebal karena perlakuan Alesha yang sangat mengejutkan.

"Jawab gue, ih! Lo adiknya Rafael?" Alesha memaksanya untuk sekedar mengangguk. Bibir Ravela terasa kaku untuk berucap kata "ya" pada Alesha.

You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang