#23

354 37 1
                                    

Mobil Rangga berhenti di salah satu rumah dengan pagar berwarna biru tua. Rumah itu nampak usang dari luar karena warna pagarnya sudah tak secerah dulu. Namun, di balik pagar yang usang, rumah itu terlihat bersih dengan sebuah taman kecil yang tertata rapi. Rumah dengan cat berwarna putih itu membuat suasana rumah nampak begitu mewah.

"Ayo," ajak Rangga ketika mobilnya sudah terparkir di depan rumah itu. Ralat, lebih tepatnya terparkir tepat di depan pagar.

"Eh, tunggu! Ini rumah siapa? Rumah Bisma? Atau rumah lo?" tanya Ravela penasaran. Karena sejak tadi pertanyaan Ravela selalu dianggap angin lalu oleh Rangga.

"Kalo rumah gue kenapa? Kalo rumah Bisma kenapa?" Rangga bertanya balik dengan dua pertanyaan sekaligus.

Ravela memutar bola matanya. Raut wajah gadis itu terlihat kebingungan. Sedetik kemudian Ravela tertawa tanpa sebab.

"Ya, gapapa, sih. Kan kalo gue tau, nanti gue jadi gampang lapor ke polisinya," jawab Ravela, matanya mengerling jenaka. Setelah berucap seperti itu, Ravela langsung keluar dari dalam mobil.

Rangga yang masih berada di dalam mobil itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terkekeh geli karena Ravela. Gadis itu, kenapa begitu menggemaskan?

"Ah... Rara hebat! Lo udah memecahkan rekor dunia! Huaaa, kok gue seneng banget, ya?!" Ravela memekik kesenangan sambil merentangkan kedua tangannya ke udara.

Rangga yang baru keluar dari mobil itu lagi-lagi menggelengkan kepalanya. Rangga tersenyum simpul karena rona bahagia yang terpancar di wajah Ravela. Wajah polos tanpa make up itu selalu terlihat cantik di matanya.

"Dasar lebay! Baru kaya gitu aja bangga," Rangga berkomentar.

"Biarin wooo! Lo nggak tau sih, betapa besarnya moment ini buat gue. Eh iya, Rangga, tolong fotoin gue dong," Ravela merogoh ke dalam kantung celananya, lalu memberikan poselnya kepada Rangga.

"Foto?" tanya Rangga bingung.

Ravela mengangguk mantap, "Iya. Karena ini moment langka, jadi gue harus mengabadikannya. Ohya, lo munduran dong, fotoinnya seluruh badan ya, mobilnya juga harus keliatan."

Rangga mendesis kesal, lalu mundur beberapa langkah, setelah itu Rangga mulai fokus pada layar ponsel. Rangga mulai fokus mengambil beberapa foto dari beberapa pose yang Ravela lakukan di depan mobilnya.

Cekrek!

Cekrek!

Cekrek!

Tiga foto terambil. Pertama, Ravela tersenyum tipis. Kedua, dia tersenyum senang dengan memperlihatkan sederet gigi putihnya. Ketiga, Ravela masih tersenyum dengan pose kedua tangan yang saling membentang. Rangga yang mengambil foto sampai ikut tersenyum.

"Bagus nggak?" tanya Ravela. Rangga menggeser layar ponsel Ravela, lalu memperhatikan satu persatu foto hasil tangannya. Setelah itu Rangga menggelengkan kepalanya dengan raut wajah yang seakan berkata "Foto-lo-nggak-banget-sumpah"

"Jelek ya? Yaudah coba ulangin!" perintah Ravela, setelah itu dia mulai berpose. Namun, bukannya memotret, Rangga malah berjalan menghampiri Ravela dengan ponsel yang berada di depan wajahnya.

"Ih, lo ngapain disini? Munduran, nanti mobilnya nggak keliatan!" omel Ravela, namun Rangga tidak peduli akan hal itu.

"Ra, liat deh! Ini kok kaya ada..." ucapan Rangga mengantung. Hal itu langsung membuat Ravela penasaran. Ravela menghampiri Rangga, dan berdiri di sebelah cowok itu untuk melihat apa yang sedang Rangga lihat di ponselnya.

Cekrek!

Tubuh Ravela mematung dengan wajah super bodoh yang baru pertama kali Rangga lihat. Hal itu sukses membuat Rangga tertawa terpingkal-pingkal.

You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang