#49

283 29 11
                                    

"LO BOHONG!"

Napas Ravela yang memburu kini terasa sesak, seolah-olah ada dua buah dinding besar berduri yang menghimpit dadanya. Lebih sesak daripada saat rahasianya terungkap. Sesaknya melebihi rasa sakit saat Rafael membencinya. Pandangan Ravela yang buram karena air mata itu kini mulai menggelap, sehingga manik matanya menatap tak tentu arah.

"Terserah lo mau percaya atau nggak, tapi yang jelas itu kenyataannya!" Rangga ingin lebih tarik urat. Tapi dia sungguh tidak bisa bersikap kasar pada Ravela, meski emosinya sudah tersulut secara keseluruhan.

Ravela tak menjawab karena gadis itu sibuk mengembalikan penglihatan matanya yang kacau. Di balik kacamatanya, bola mata itu bergerak tak tentu arah. Seperti sedang mencari satu objek yang tak kunjung dia temukan.

"Mulai sekarang, jauhin gue. Lo udah tau kan kalo gue ini monster? Jadi jangan deket-deket gue lagi atau lo akan terluka!"

Detak jantung Ravela perlahan kembali normal bersamaan dengan penglihatan yang telah menemukan cahayanya. Ravela melihat Rangga pergi meninggalkannya, cowok itu berjalan menyusuri area parkir untuk menghampiri mobilnya.

"Misi! Minggir! Awas! Rem gue blong! Mobil gue nggak bisa berhenti! Awas woi! Tolong!"

Ravela menoleh pada seseorang yang berteriak di dalam sebuah mobil. Mobil yang dikendari orang itu melaju kencang. Apalagi saat ini mobil itu sedang berada di area parkir.

Di sisi lain, Bisma membolakan matanya, tak sanggup membayangkan kejadian apa yang akan dilihatnya beberapa detik ke depan. Ravela mengejar Rangga sambil berteriak memanggil namanya. Rangga menoleh tepat saat Ravela tiba di depannya. Ravela hendak mendorong Rangga, berusaha menyelamatkannya. Tapi nahas, Ravela kurang cepat. Mobil yang melaju kencang itu menghantam tubuh mereka tanpa ampun. Sampai tubuh keduanya terpental berlawanan arah.

Mobil itu hilang kendali dan menghantam mobil lainnya yang terparkir di sisi kanan. Tempat dimana tubuh Rangga terjatuh. Bukan hanya Rangga dan Ravela saja yang menjadi korban, beberapa pejalan kaki pun ikut menjadi korban. Suara hantaman demi hantaman dari mobil yang saling bertubrukan itu terdengar sangat jelas, mengejutkan para mahasiswa yang berada di dekat sana.

Alesha menutup mulutnya tidak percaya, matanya melebar bersamaan dengan air mata yang mengalir deras membasahi pipinya. Alesha melihat jelas bagaimana sadisnya mobil itu menghantam tubuh kedua temannya. Kejadian itu terjadi begitu cepat, tak ada jeda untuk sekedar berteriak meminta bantuan.

"Vela, Bis! Velaaa.."

Bisma segera menopang tubuh Alesha yang tiba-tiba saja melemas. Alesha kesulitan bernapas melihat betapa mengerikannya suasana yang ada di depan sana.

"T... TOLONG!" teriak Alesha parau.

***

Rafael sebisa mungkin menahan diri agar tidak terjatuh. Sejak dia dan teman-temannya keluar dari kelas kosong itu, suasana kampus nampak heboh membicarakan kejadian mengerikan yang terjadi di area parkiran mobil siang ini. Tangan Joya menggenggam erat tangan Rafael selama mereka berjalan menyusuri koridor kampus. Lewat genggaman tangannya, Joya berusaha memberikan energi positif untuk menguatkan cowok itu.

Keadaan di loby sangat ramai. Padat seperti sedang mengantri sesuatu. Banyak mahasiswa yang penasaran dan hendak pergi menuju area parkir. Tapi sayangnya para polisi yang datang tidak mengijinkan mereka untuk mendekati lokasi kejadian.

"Kita naik taksi aja, gimana?" tanya Theo sekaligus memberi saran. Percuma membawa mobil jika ke area parkiran saja sulitnya sudah seperti ini.

"Katanya ada yang meninggal, ya?" seorang mahasiswi berlari menghampiri teman-temannya yang berdiri tak jauh dari Rafael.

You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang