Aku pernah melihatmu
Bertakbir merdu di bawah lindungan kubah surau
Surau kecil yang hanya sepelemparan batu dari rumahmu
Aku pernah mendengarmu
Berzikir khusyuk dengan air mata yang deras menetes
Tapi disinilah kita sekarang
Hanya mampu saling mengumandangkan takbir
Dalam sorak ria riang kembang api
Dalam malam yang seakan mendoakan kemenangan
Apakah kita telah menang? Terlebih
Apakah kau telah kumenangkan?
Dalam malam ketika para malaikat dalam tangis melantunkan takbir
Hingga iblispun kan bertasbih
Apakah itu untukku?
Biarlah aku sedikit egois
Biar aku sedikit aroganTapi tetap saja
Arogansiku mulai luntur dan keserakahanku mulai memudar
Tatkala aku melihatmu
Dalam balutan baju koko biru keesokan harinya
Dalam langkah tenang menghanpiriku kemudian
Sambil kau berkata lembut
'Minal aidin wal faidzin'
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey: Sebuah Kumpulan Puisi
PoetrySebuah antologi puisi Apa yang membuat seorang manusia menjadi manusia? Berkembang biak? Tumbuh? Atau hal lain? Bagiku manusia ada karena perjalanannya. Jejak yang mereka tinggalkan. Manusia menjadi nyata melalui berbagai gejolak. Manusia berjalan d...