Ingatlah akan wajah kami
Yang berbalur keringat berlumpur
Yang dalam tiap gurat porinya telah tertutup timbunan debu dan berlumur darah pada tiap inci kening dan pipi
Tiada dapat kami ingat berapa lagi erang sakaratul maut yang menulikan gendang telinga kami
Serta tatapan meregang nyawa yang telah kami lihat
Atau berapa kali sudah kami berpapasan dengan YamaIngatlah sosok kami
Para petani buta huruf, para priyayi rendahan, barisan para orang mati yang ingin menyumbangkan daging serta tulang kami
Pasukan pedagang yang bersanding bersama rentenir. Para petani yang bersisihan dengan tengkulak. Para santri yang bergandengan dengan pemabuk
Kenangkanlah kami semua!!Kenangkanlah kami!
Ada dari kami yang tak tahu berperang
Banyak dari kami bukan prajurit
Hampir semua kami tidak pernah menghilangkan nyawa manusia
Tapi kami akan bertarung demi tanah kelahiran dan tanah kematian kamiKami tahu ajal kami tinggal menghitung masa.
Telah terbayang didepan mata kami, tengkorak putih milik saudara kami, bersanding dengan jasad bengkak milik anak kami
Telah nampak dihadapan kami, balung seputih marmer saudari kami terciprat merahnya kirmizi milik ibu kami
Kami telah mendengarnya,
Tatkala gemeretak rangka yg tertiup angin berjajar di muka benteng********
Kenangkanlah kami semua
Semua yang terhampar dingin di depan gerbang Elysium
Ingatlah akan kami
Kami yang jatuh berguguran di Asphodel
Lihatlah pada mata sayu kami
Karena kami tak lagi sanggup berkisah
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey: Sebuah Kumpulan Puisi
PoetrySebuah antologi puisi Apa yang membuat seorang manusia menjadi manusia? Berkembang biak? Tumbuh? Atau hal lain? Bagiku manusia ada karena perjalanannya. Jejak yang mereka tinggalkan. Manusia menjadi nyata melalui berbagai gejolak. Manusia berjalan d...