Pada suatu malam, Analise mengunjungi kamar pembantunya, Bik Aini. Salah satu pembantu yang sudah sangat lama bekerja bahkan sebelum Evelyn lahir. Analise berniat untuk menanyakan apa saja yang sudah dia lakukan bersama Evelyn dan apa saja tugas dari seorang Ibu yang sudah Analise lewatkan untuk Evelyn.
Tok tok tok
Analise berdiri di depan pintu kamar Bik Aini, menunggu seseorang yang berada di dalam kamar itu membuka pintu di hadapannya. Tak lama pintu itu terbuka dan nampaklah seorang wanita paruh baya dengan wajah bingungnya. "Ada apa, Nyonya?" Tanyanya.
"Aku ingin bicara padamu, Bik. Di dalam kamar mu, boleh?"
"Tentu sajaa, Nyonya." Bi Aini mempersilahkan Analise masuk ke dalam kamarnya dan langsung mengajak duduk di atas tempat tidurnya.
"Aku-- aku ingin tahu tentang-- Evelyn." Analise menatap Bik Aini yang tersenyum lembut kearahnya.
"Tidak begitu banyak yang terjadi pada Nona Evelyn, Nyonya. Nona Evelyn akan datang padaku ketika dia merasa sangat bahagia, sedih, kecewa, dan semua perasaannya."
"Contohnya?" Tanya Analise
"Ketika dia merasa bahagia karena dia mendapatkan nilai yang begitu memuaskan dari hasil ulangan hariannya. Lalu dia merasa sedih, ketika teman-temannya tidak bisa menemaninya karena ada urusan masing masing, dan karena itu ia akan datang padaku dan menghabiskan waktunya bersamaku. Kadang, Den Mehmet dan Den Enzo tidak pulang, membuat Non Evelyn semakin kesepian. Tak jarang, nona Evelyn tidur di kamarku. Dan dia datang padaku lagi saat dia merasa sangat takut dan gelisah karena akan menghadapi Ujian Nasional. Dan terakhir dia datang padaku saat dia sudah menerima hasil Ujian Nasionalnya, bahkan dia memperlihatkan kertas hasil Ujiannya padaku, Nyonya." Bik Aini bercerita pada Analise sembari membayangkan wajah Evelyn dengan segala ekspresinya.
"Sepertinya aku sudah terlalu banyak melewatkan tentang Evelyn, ya, Bik?" Lirih Analise saat membayangkan bagaimana wajah bahagia dan sedihnya Evelyn.
"Ak–aku merasa gagal menjadi seorang Ibu. Aku terlalu sibuk mengurus Isabelle, Bik. Ak–aku ... aku kecewa pada diriku sendiri. Aku ... hiks ... merasa gagal ... hiks ... menjadi seorang Ibu untuk anakku, Evelyn."
"Tidak, Nyonya. Dekatilah Evelyn, sungguh Evelyn bukanlah seseorang yang bisa marah dengan orang lain dengan waktu yang sangat lama. Semarah dan kecewanya dia dengan seseorang, dia tidak akan pernah membencinya."
"Aku sudah mengajaknya bicara kemarin. Tapi Evelyn hanya diam dan tidak menatapku sama sekali." Lirih Analise.
"Tatap Evelyn, itu adalah kelemahannya, Nyonya."
"Bahkan aku tidak tahu jika itu kelemahannya Evelyn, Bik." Analise berubah menjadi sendu.
"Sekarang lakukanlah, Nyonya." Ucap Bik Aini menyemangati Analise. Sebelum keluar dari kamar Bik Aini, Analise mengucapkan terimakasih karena memberitahu semua tentang Evelyn dan meminta maaf karena mengganggunya malam - malam seperti ini.
* * *
Evelyn cukup heran dengan kedua orangtuanya yang masih tinggal di rumah. Biasanya, kedua orangtuanya akan balik lagi ke California setelah tiga sampai sembilan hari di rumah, tetapi, kini sudah dua minggu dan orangtuanya masih tetap di rumah.
Evelyn berjalan menuju taman belakang. Taman itu adalah tempat untuk menenangkan fikirannya dari masalah yang ia hadapi.
Sesungguhnya, Evelyn merasa sangat takut jika nanti dirinya hamil, karena Evelyn tidak tahu Carter, Carter itu memakai pengaman atau tidak saat melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evelyn | #GHERALDORIGINAL
Romance[Ranking #2 dalam acak pada 18 Oktober 2016] Hamil di luar nikah, bukanlah sesuatu yang membanggakan bagi semua orang termasuk Evelyn. Evelyn sudah sangat pusing dengan semua masalah keluarganya dan sekarang di tambah dengan berita kehamilannya. Ini...