Unbelieveable

109 9 1
                                    

Grace menatap rembulan yang sangat terang benderang, bahkan cahayanya menerangi, lebih tepatnya menghiasi langit yang kelam ini. Matanya berbinar-binar, bola matanya yang biru pun membentuk lingkaran kuning disana.

Bagaimana bisa dunia terbagi menjadi tiga?

Bagaimana bisa dulu kami tidak berteman?

Kenapa kami hidup dengan kesepian? Jika ada kebahagiaan disana? Kenapa harus berlarut-larut dalam kesedihan? Jika ada mentari yang dapat menyinari hati?

Apalah guna kemampuan ini jika terasa tak memiliki apapun?

Kenapa ada rasa iri, benci, tak puas, arogan, dan sifat yang sangat tidak diharapkan tetapi terus menjadi-jadi?

Pertanyaan demi pertanyaan, ia lontarkan pada sang rembulan, ekor birunya yang gemerlap terangkat indah, rambut coklatnya berterbangan menutupi paras cantiknya.

Ia tampak seperti manusia yang selalu gelisah karena berpikir terlalu keras, dan berpikir tentang hal yang tak perlu dipikirkan. Bermimpi untuk menjadi manusia seperti manusia yang bermimpi untuk menjadi manusia yang sesungguhnya.

Tak menyadari benda asing yang menaungi laut yang sama, ia tetap menatap rembulan, berharap satu persatu pertanyaan yang telah ia lontarkan akan terjawab dengan lugas. Ia tetap tak bergeming dengan benda asing itu.

Tuuut... tutt....

Nasi telah menjadi bubur. Ia terkejut dengan klakson kapal yang menggema di lautan nan luas ini. Dengan kemampuannya, ia langsung menyelam ke dalam air. Tanpa tahu bahwa sosok lain telah ikut masuk ke dalam air bersamanya.

Ia tidak menyelam terlalu dalam, ia berhenti sejenak, menghilangkan deru nafas yang berpacu cepat, memegang dadanya kuat. Ia tidak menyangka bahwa ada kapal lewat di malam hari. Ia lupa fakta bahwa dunia telah banyak berubah.

Blup... blup....

Grace menoleh cepat dan kembali terkejut, belum selesai menenangkan diri, sekarang ia berhadapan lagi dengan manusia. Ya, manusia yang ikut menyelam bersamanya.

Grace yang takut pada manusia, Grace yang melupakan sosoknya akibat ketakutan, akhirnya berenang menjauh.

Semakin jauh, jauh, dan jauh. Tak terlihat lagi sosoknya. Kecepatan putri duyung tidak ada tandingannya dengan manusia. Malah berbanding jauh.

Tetapi, semakin jauh ia berenang, semakin sakit hatinya. Hatinya memaksakan diri untuk kembali.

Ia berenang maju dan mundur. Bimbang. Ia pun memejamkan matanya dan menenangkan diri, yang artinya ia tidak menggunakan pikiran, melainkan kata hati. Ia pun berenang kembali. Menyelamatkan manusia itu.

Sementara di atas sana, teriakan demi teriakan disorakan. "DAMIAN!"

Itulah namanya, pria yang sama dengan pangeran Grace saat sebelum ia dihukum. Saat terakhir ia menjadi manusia. Saat sebelum ia bersumpah. Pangeran perbatasannya. Impiannya sekaligus kematiannya.

♧♧♧

"Tali yang mereka buat dahulu, tali yang mereka ciptakan sendiri, mengikatkan mereka kembali", Casius Mole tetap bercerita.

"Apakah menurut kalian, kisah mereka akan berakhir indah? Jalan apa yang akan Grace pilih? Kalius atau kematian?" Tanya si kurcaci pencerita itu, Mole.

Tidak ada sahutan berarti. Tetapi para peri dan kurcaci lain sibuk bertaruh makanan. Para peri sibuk memihak Queen Aqua sedangkan para kurcaci memihak Kalius sebangsanya.

Hutan terlarang sudah menjadi rumah berhantu dan rumah yang kosong, tanpa makanan.

Mole tersenyum penuh arti. Tentu saja dalam pertaruhan ada yang menang dan ada yang kalah. Dan menurut kalian tim peri atau tim kurcaci yang akan memiliki persediaan makanan?

Vote dan comment kalian ditunggu
Terima Kasih :)

Mermaid Lovèd Life [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang