True Love

85 8 2
                                    

King tidak percaya bahwa bangsanya sendiri telah melanggar peraturan yang ia buat. Kemarahannya sangat memuncak. Baginya menyentuh perbatasan kembali artinya tidak boleh menginjakan kakinya kembali di negeri awan. Bagi manusia, makhluk langit maupun makhluk laut hanyalah mitos. Seharusnya tetap begitu dan selamanya akan begitu.

"Peri cinta, pengawal gerbang perbatasan dan para kurcaci!" Sebut King satu persatu. Mereka tersigap saat menatap King.

"Kalian dilarang kembali ke kerajaan, dan kalian akan dikurung di hutan terlarang selamanya. Kalian tidak dapat keluar dari hutan terlarang. Jika ada yang ingin mencobanya, maka tubuh kalian akan terbakar. Kemampuan kalian akan kuambil dan hiduplah sebagai penjaga hutan," hukum King.

Kalius bahkan tak berani bersuara. Memang salahnya karena ia melanggar larangan King. Sedangkan para peri cinta lain merasa tidak adil. Mereka mengeluh.

"Kesalahan kami-"

"Kesalahan kalian, menyebarkan berita yang tidak seharusnya kalian sebar, dan peri penjaga, kalian telah lalai dalam tugas kalian," jelas King.

"Maafkan kami, Yang Mulia! Kami tidak akan mengulanginya lagi." Mohon mereka ampun.

"Sayang sekali, anggaplah itu pelajaran," kata King tuntas tak terbantahkan.

Para pengawal kerajaan pun mengantar mereka ke hutan terlarang, hutan yang mistis bagi para manusia. Tak ada berita apapun dari negeri laut. Laut seakan-akan kosong. Tapi sebenarnya tidak.

Pearl.

Ia datang ke perbatasan dan tanpa sengaja bertemu Grace kecil. Ya tentu saja ia tahu. Dan ia juga tahu larangan yang Queen buat.

Ia berenang ke perbatasan dan tanpa sengaja bertemu Grace yang sedang bermain. Saat mata mereka bertatapan Pearl langsung masuk ke dalam air. Grace yang sedikit kaget dengan ekor Pearl langsung lari meninggalkan tempat bermainnya.

"Setidaknya aku bisa melihatnya untuk terakhir kali," Pearl tersenyum pelan.

Saat Grace berlari, ia tanpa sengaja jatuh. Ia memegang jantungnya yang berdegup kencang. Perasaan apa ini?

"Uh, apa benar aku melihat putri duyung?" Grace menarik nafas kuat-kuat. Menerka-nerka apa yang ia lihat tadi benar.

"Ah!" Ia menekuk lututnya. Perih. Ia meniup-niup pasir yang kotor dikakinya lalu berniat berdiri tegak. Pandangannya beralih pada tangan yang terulur padanya. Ia pun mendongak dan tanpa sadar menerima uluran tangannya. Setidaknya ia sedang memerlukan bantuan dan tidak ada salahnya untuk menerima. Walau kata ibu, hati-hati kepada orang asing.

"Terima kasih," kata Grace pelan saat ia berhasil berdiri. Bocah pria kecil itu tertawa kikuk dan mengangguk tanda sama-sama.

"Namaku Blake," entah kenapa Grace merasakan banyak perasaan aneh hari ini. Atau akhir-akhir ini.

Hanya mendengar namanya hatinya berdesir. Ia mungkin masih kecil, tapi perasaan ini bukan perasaan yang kecil.

"Aku Grace, si manusia duyung!"

Blake menatap Grace aneh, lalu Grace menjawab dengan mengangkat kakinya. Tapi sepertinya Grace salah langkah. Blake hanya terpaku pada kakinya berdarah. Ia berjongkok lalu mengambil sapu tangan miliknya dari saku celananya. Lalu mengikatnya pada lutut Grace. Grace terpanah.

"Beres".

Grace menggelengkan kepalanya, ia menunjuk tanda lahirnya tepat saat Blake mendongak. "Itu!"

Blake menunduk ke arah yang ditunjuk, dan terlihat sebuah tanda lahir berbentuk putri duyung.

"Oh, jadi kau si manusia duyung yang terkenal itu!" Cetus Blake yang membuat Grace besar kepala.

Mermaid Lovèd Life [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang