Meet Him

74 12 2
                                    

Bertemu dengannya adalah suatu kebahagiaan, bertemunya setelah melalui kesulitan adalah kesetiaan.

Gelap.

Apakah saat ini aku membuka mata atau belum aku juga tidak tahu tepatnya. Ataukah aku buta, aku pun tak mengerti. Di situasi tanpa cahaya seperti ini, tak banyak yang dapat diambil.

Hal ini sudah sangat biasa bagiku.

Ada cahaya? Apakah ia si pengantar surat? Apakah aku dibebaskan? Ini sudah seribu tahun?

Cahaya itu semakin mendekat. Dan menampakkan wajahnya yang tampan.

"Ekor yang indah," lilinnya mengarah pada ekorku, lalu mengarah kembali ke wajahku.

"Kau pernah mengatakannya dulu," aku tersenyum samar. Ternyata mereka tak berada di laut. Lalu, dimanakah ia sekarang?

Apa yang sedang terjadi sekarang. Rasanya ingatanku seperti terkubur dan perlu digali.

"Aku tak akan pernah berhenti mengatakannya," Blake tertawa pelan.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku sembari aku memulihkan diriku dan ingatanku.

"Menyelamatkanmu," ia tersenyum.

"Apa yang terjadi padaku?" Aku mengutarakan isi kepalaku.

"Kau jatuh ke lubang rindu. Serindu itukah dirimu padaku?" Guraunya. Aku tersenyum geli. Bagaimana bisa ia bercanda di kegelapan seperti ini. Konyol.

"Bagaimana kau bisa disini?"

"Aku? Menyelam menyelamatkanmu," ia berkata serius. Kata yang sama yang diucapkan Damian.

"Damian?" Ingatanku kembali. Memoriku seperti tersedot dalam satu detik. Kakak, aku bertemu dengannya. Lalu. Ah! Aku pingsan! Harusnya aku bertemu Queen. Entah halusinasi atau bukan aku mendengar suara Queen tapi aku rasa bukan.

"Siapa dia?" Tanya Blake tak suka.

"Kau-"

"Blake, dan siapa Damian?" Tanyanya lagi.

"Benarkah? Tapi, bukankah kau-"

"Aku datang karena kau yang memintaku".

"Aku? Bagaimana mungkin?"

"Mungkin karena kau merindukanku. Dan lagi, siapa Damian?" Blake mengulang untuk ketiga kalinya.

"Hm, dia seseorang yang kukenal. Dan sangat mirip denganmu," Grace mengulum senyum, lalu terkekeh pelan. Aku bertemu Blake di kegelapan ini. Dia memang penyelamatku.

"Kau menduakanku?"

"Tidak! Aku hanya-"

"Aku mengerti. Aku mendengar semua penyesalanmu. Tangisanmu. Semuanya," Blake tersenyum sayang.

"Kau mendengarnya?"

"Bukankah kau berteriak padaku di langit sana agar aku mendengarnya?" Blake balik bertanya.

"Mungkin".

Aku tertawa bahagia, bisakah aku disini selamanya. Walau aku tak tahu tepatnya ini dimana.

"Aku ingin menjawab semuanya, itulah sebabnya aku menemuimu. Dengar, aku tak pernah menyesal menunggumu sampai ajal menjemputku. Aku juga tak menyalahkanmu atas hal itu, jadi kau tak berhak merasa bersalah. Aku bahagia, sungguh. Kuharap kau mengenalku lebih baik, dan kuharap doamu terkabul, Grace".

"Dimana kau saat aku mencarimu," canda Grace.

"Tentu saja di hatimu," goda Blake sambil menatap Grace lamat-lamat. "Kita harus bertemu di kehidupan mendatang, dan membayar hutang cinta kita ini," Blake mengedipkan sebelah matanya. Aku terbahak pelan. Samar-samar aku mendengar suara Queen lagi.

Mermaid Lovèd Life [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang