Prilly menghempaskan tubuhnya pada sofa panjang di kamar hotel yang sedang ditempatinya. Merenggangkan otot-otot tubuhnya, melakukan pemotretan dari subuh hingga siang ini membuat energinya terkuras habis.
"Prill, Lo udah izin sama Ali 'kan?" Prilly memutar bola matanya malas. Kemudian mengangguk.
"Oke, Good! Lo ngga laper? Cari makan yuk!" lagi-lagi Prilly hanya mengangguk malas, mengekori Mila menuju resto hotel.
"Lo kenapa sih dari tadi diem mulu? Kangen Lo sama Ali?" ucapan Mila berhasil membuyarkan lamunan Prilly.
"Apaan sih Lo, ngga lucu!" kesal Prilly.
"Siapa juga yang lagi ngelucu?"
"Udah ah, balik yuk!" Prilly bangkit dari duduknya diikuti Mila dibelakang.
"Mmm.. Prill, gimana sama ucapan Gue waktu itu? Lo udah nentuin pilihan Lo? Lo pilih siapa? Ali 'kan?" Mila mensejajarkan langkahnya dengan Prilly. Mendengar sederet pertanyaan Mila membuat Prilly memutar bola matanya jengah.
"Lo bisa diem ngga?" Mood Prilly benar-benar sudah hancur. Mila hanya mencibir ucapan Prilly.
"Ya siapa tau Lo pilih Cakka. Lebih kemana-mana Ali lagi. Kalau sampai Lo pilih Cakka, Gue yang akan turun tangan buat rukiyahin Lo." Prilly sama sekali tidak memperdulikan ucapan Mila, dia terus berjalan menuju kamarnya.
Prilly menghentikan langkahnya ketika matanya menangkap dua orang yang sedang merangkul mesra menuruni tangga. Sesekali sang Pria menciumi pelipis wanita yang sedang dirangkulnya. Prilly memejamkan matanya sejenak. Dadanya begitu sesak. Pria yang begitu dipujanya sedang bermesraan dengan wanita lain! Pria itu rupanya belum menyadari keberadaan Prilly.
"Cakka!" panggil Prilly saat Pria itu berpapasan dengan Prilly. Cakka menghentikan langkahnya dan menoleh kesamping. Seketika tubuhnya menegang. Dilepas cepat rangkulannya pada wanita tadi.
"Bie," panggilnya mencoba meraih tangan Prilly, namun dengan cepat Prilly menepisnya. Prilly memalingkan wajahnya ketika air mata sialannya sudah terjun bebas membasahi pipinya.
"Aku bisa jelasin, Bie.."
"Ngga perlu. Gue benci sama Lo Cakk!" Prilly berteriak didepan wajah Cakka. Dilirik sekilas wanita yang sedang bergelayut manja di lengan Cakka, kemudian beranjak pergi.
"Lo mau kemana Prill??" teriak Mila menatap punggung Prilly yang semakin menjauh.
Mila menatap Cakka dan wanita itu bergantian. Mencibir mereka berdua, kemudian berlari mengejar Prilly yang sudah jauh didepannya.
"Prill! Tunggu!" Prilly menghiraukan teriakan Mila. Dia tetap berlari mengikuti setapak jalan didepannya. Hal ini membuat Mila semakin bingung. Dia dibuat kesal karena Ali tak kunjung mengangkat teleponnya.
***
PRILLY
Aku menoleh ketika mendengar suara teriakan seseorang dari belakang. Menghentikan tanganku yang akan memegang ganggang pintu.
"Maaf Bu, Anda siapa? Bapak Ali sedang ada client," ucapnya sopan. Aku menatap wanita didepanku dari ujung kepala sampai ujung kakinya, hal ini membuatnya menunduk.
Aku gunakan kesempatan ini untuk membuka pintu didepanku dengan kasar, membuat empat orang yang sedang berada diruangan Ali menoleh menatapku.
"Maaf pak, Ibu ini.." samar-samar Aku mendengar wanita tadi mengikutiku. Aku tidak memperdulikannya, Aku justru berlari menghampiri Ali, naik dipangkuannya kemudian memeluknya erat.
Aku dapat merasakan tubuh Ali yang menegang karena ulahku yang secara tiba-tiba. Aku tidak peduli, Ku benamkan wajahku didada bidangnya. Tanganku melingkar sempurna dilehernya. Mencari posisi yang nyaman. Aku terisak pelan, kejadian tadi seolah-olah kembali berputar diotakku.
