Chapter 6

18.7K 1.3K 16
                                    

AUTHOR

Prilly melangkahkan kakinya menuju kamar. Dibukanya pelan pintu kamar. Gelap. Mungkin Ali sudah tertidur, mengingat saat ini sudah hampir tengah malam. Ya. Prilly baru saja sampai setelah seharian ini bersama dengan Cakka. Kekasihnya. Prilly meraba dinding sebelah pintu, mencoba mencari saklar. Prilly menghela nafas ketika tangannya berhasil menemukan saklar dan dihidupkannya.

"Kenapa baru pulang?" Prilly melonjak kaget mendapati Ali tengah bersandar disofa dengan mata terpejam.

"Bukannya Gue nyuruh Lo pulang jam 8? Lo dengerkan? Kenapa sekarang baru pulang?" Ali menghela nafas. Mengapa susah sekali mengatur Prilly? Ali membuka matanya dan menatap Prilly. Prilly hanya diam. Tidak berniat menjawab. Posisinya masih sama tidak berubah.

"Pulang sama siapa?" Ali mencoba mengontrol emosinya sebisa mungkin.

"Mmm.. Sama temen," jawab Prilly sedikit bergetar.

"Siapa?" Prilly diam. Tidak mungkin dia mengatakan bahwa teman yang dimaksudnya adalah Cakka. Kekasihnya.

"Cakka? Temen yang Lo maksud Cakka?" Deg! Tenggorokan Prilly tercekat. Ali tau Cakka?

"Kenapa diem? Temen itu Cakka? Iya 'kan? Pacar Lo." Ali bangkit dari duduknya dan menghampiri Prilly, Hal ini membuat Prilly mundur kebelakang. Prilly menunduk ketika Ali tepat berada didepannya.

"Gue harap Lo sadar posisi Lo saat ini, Prill!" Ali menghela nafas, mengelus puncak kepala Prilly singkat kemudian beranjak pergi.

***

Prilly menerjapkan matanya ketika sinar matahari masuk menerobos retinanya. Matanya menyipit menatap sosok yang berada disampingnya sedang berkutik dengan laptop, tubuhnya dibiarkan bersandar pada kepala ranjang. 'tumben banget udah bangun!' batinnya.

"Udah bangun? Mandi gih, biar Gue siapin sarapan," Ali menoleh dan tersenyum kikuk. Ditutupnya dengan cepat laptop yang berada dipangkuannya, kemudian beranjak dari ranjang.

Prilly hanya bergumam tidak jelas, keningnya menaut. Bingung dengan sikap Ali barusan. Bukannya seharusnya dia marah? Aneh! Prilly tidak terlalu memikirkannya, dia segera bergegas membersihkan dirinya.

"Udah? Ini sarapan Lo." Prilly menoleh ketika mendengar suara dari arah pintu. Dilihatnya Ali sedang membawa nampan berisi segelas susu, secangkir kopi, semangkok salad dan sepiring sandwich. Setelah dirasa cukup memoles wajahnya, Prilly menghampiri Ali dan mendudukan dirinya disamping Ali.

"Maaf," lirih Prilly mengambil segelas susu buatan Ali dan meneguknya. Ali menoleh dan menatapnya bingung.

"Buat? Emang Lo punya salah sama Gue?"

"Lo kenapa sih? Aneh tau ngga. Jelas-jelas tadi malam Gue pergi sama cowok lain. Seharusnya lo marahin Gue. Tapi apa? Lo justru berbuat seolah-olah Gue ngga salah. Lo udah ngga peduli sama Gue? Gue kecewa sama Lo!" Prilly meletakkan gelasnya kasar kemudian beranjak pergi.

"Gue punya alasan. Gue mau Lo sadar Prill, Status Lo saat ini istri Gue!" desis Ali. Namun percuma Prilly tidak akan mendengar karena dia telah pergi.

***

"Kenapa Lo? Busem banget muka Lo. Mirip sama pakaian gembel," ucap Kirun meletakkan beberapa lembar kertas dihadapan Ali.

Hari ini Ali sedang ada meeting disebuah cafe tak jauh dari kantornya. Ali hanya menggeleng. tidak ada niat sekalipun untuk beribicara.

"Selamat siang Pak," sapa Pria tua menyalami mereka bergantian. Ali menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Pria tua tersebut mendudukan tubuhnya didepan Ali dan memulai berbicara.

Our WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang