Chapter 11

18.9K 1.3K 16
                                        

PRILLY

Aku menatap punggung Ali yang sudah memasukki rumah, meninggalkanku begitu saja tanpa sepatah katapun. Selama perjalanan hanya suara mesin mobil yang memecah keheningan, Ali mendiamiku. Damn!

Aku membuka pintu mobil Ali dan melangkahkan kaki menuju kamar. Kuedarkan pandanganku pada sekeliling ruangan ini, Ali tidak ada disini. Kemana Dia? Aku melangkahkan kakiku menuju balkon, Nihil. Ali tidak ada disini juga.

Aku memilih membersihkan make up ku terlebih dahulu. Tanpa mengganti dressku, Aku segera beranjak keruang kerjanya. Ini satu-satunya harapanku.

Aku bernafas lega saat tanganku berhasil membuka pintu ruang kerja Ali, disana terlihat jelas Ali yang sedang menatap serius laptopnya, dengan santai Aku berjalan mendekatinya dan memeluk lehernya dari belakang.

"Udah malem loh, Kamu ngga istirahat?" Kutatap layar laptopnya yang sedang memunculkan beberapa ketikan Ali. Entah apa? Aku tidak tau dan tidak ingin tau.

Lama, tidak ada jawaban dari Ali membuatku menutup begitu saja laptopnya tanpa mematikan atau bahkan menyimpannya dahulu, mungkin saja tindakanku tadi membuatnya semakin marah denganku. Aku tidak perduli!

Aku berjalan memutari Ali hingga saat ini, Dia sedang berada didepanku, kedua tanganku menangkupkan wajahnya dan mendongakannya agar menatapku.

"Maaf," lirihku menatapnya dalam, Ali masih tetap diam, tidak berniat membalas ucapanku. Dan kini Dia memalingkan wajahnya kearah lain. Aku menghela nafas pajang.

Ali menepis tanganku yang sedang berada diwajahnya. Tidak kasar, hanya menyingkirkannya. Kemudian beranjak dari duduknya meninggalkanku begitu saja. Aku tau dia sedang marah, jujur tadi refleks begitu saja, bukan keinginanku.

Aku mendesah pelan. Aku tidak suka didiami seperti ini. Aku mengekorinya menuju kamar, Kulihat Ali membaringkan tubuhnya membelakangiku. Sial! Ini semua gara-gara salad sialan itu!

Aku ikut membaringkan tubuhku disampingnya. Kupejamkan mataku sesaat, Kemudian menoleh menghadapnya.

"Li.." panggilku lirih menggoncangkan tubuhnya. Ali tidak bergumam sama sekali.

"Ali.. Aku minta maaf," panggilku. Lagi-lagi Ali tidak menjawab. Mataku sudah memanas, Aku sengaja menatap langit-langit kamarku, menahan agar air mataku tidak keluar.

"Ali.. Maafin Aku, jangan diemin Aku kayak gini!" suaraku bergetar. Dan air mataku sudah meluncur deras. Ali tak kunjung bergeming.

"Aku tau Aku salah, Aku udah keterlaluan sama Kamu." Aku terisak pelan. Tiba-tiba saja Ali membalikkan tubuhnya dan mendekapku.

"Jangan diemin Aku kayak gini," lirihku dalam dekapannya. Kupejamkan mataku ketika Ali mengelus punggungku.

Ali mengangguk kecil, kemudian melepas dekapannya. Ibu jarinya menghapus sisa air mataku. "Istri Aku cengeng banget, sih?"

Aku tertawa kecil. "Aku udah keterlaluan banget yah sama Kamu? Maaf."

"Jangan diulangin lagi," Ali mencubit gemas pipiku kemudian kembali mendekapku.

"Makasih," kukecup singkat bibirnya. Aku tau tindakanku ini bisa membuat otak mesum Ali bekerja lebih cepat.

"Cepet banget, sih?" gerutu Ali menatapku gemas.

"Bodo!" Aku meleletkan lidahku didepannya.

"Nantangin? Sini!" Ali dengan cepat menarik tubuhku mendekat sebelum Aku beranjak pergi. Tangannya meraba-raba punggungku seperti sedang mencari sesuatu.

"Ali! Geli! Kamu nyari apa, sih?"

"Resleting. Dimana, sih?" ucapnya polos. Astaga! Aku memang masih menggunakan dress yang sedang kupakai di acara makan malam tadi.

Our WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang