"Cakka!" Prilly bergumam. Menatap pria didepannya tanpa berkedip.
"Ini Aku, Darl." Cakka menjentikkan tangannya di depan wajah Prilly. Prilly seakan tersadar, dengan cepat dirinya menarik tangan Cakka menjauh dari kerumunan orang-orang menuju rooftop gedung ini.
Sesampainya di rooftop, Prilly menghempaskan tangan Cakka kasar dan menatapnya tajam, mengisyaratkan banyak pertanyaan yang muncul diotak Prilly.
"Kemana aja Lo selama ini?" tanya Prilly memukul dada Cakka cukup keras, terbukti Cakka terhuyung kebelakang, dengan diiringi isakan pelan dari bibir Prilly.
"Lo nggak ada kabar sama sekali, Lo kemana Cakk!" teriak Prilly pecah.
"Gue disini nunggu Lo balik.." Prilly memukul kembali dada Cakka secara bertubi-tubi. Menumpahkan semua tangisnya di depan pria yang selama ini telah menggantungkannya tanpa kabar. Cakka menangkupkan tangannya di wajah Prilly mencoba menenangkan gadisnya.
"I miss you too Cakk," bisik Prilly melemah.
GREP! Dengan sekali hentakan Cakka memeluk erat tubuh Prilly, menghilangkan kerinduan yang tersirat olehnya.
"Maafin aku Prill, aku nggak bermaksud buat ninggalin kamu, Maaf aku menyesal!" lirih Cakka mengelus punggung Prilly, menangkannya.
Pelukan Prilly semakin erat. Menunggu bukanlah hal yang mudah, apalagi menunggu seseorang yang kita cintai selama 3 tahun terakhir ini. Tanpa mereka sadari, sepasang mata tengah mengawasi mereka dari kejahuan. Helaan nafas lolos dari bibirnya. Apa yang di pikirkannya terjadi hari ini.
"Terima kasih telah menungguku, aku akan menetap disini dan bekerja diperusahaan ayahku.." Cakka tersenyum, menghapus sisa air mata Prilly.
"Aku akan melamarmu, kita akan menikah," tambahnya. Prilly terkesiap.
Deg! MENIKAH? Dia sudah MENIKAH. Prilly hanya tersenyum menanggapi Cakka.
"Yaudah ayo balik nggak enak sama Mila" ajak Cakka menggandeng tangan Prilly memasuki gedung kembali.
***
"Cakka. Gimana sama Ali?" tanya Mila tanpa basa-basi ketika Cakka meninggalkan mereka ke toilet. Prilly menggeleng lemah. Dia benar-benar pusing saat ini, kepalanya berdenyut, Cakka? Dia kembali disaat dia sudah bersama dengan orang lain.
"Lo ngga bisa terus-terusan kayak gini, lo harus pilih salah satu dari mereka."
"Lo nggak curiga sama Cakka? Dia ngga pernah menghubungi Lo. Udah 5 bulan Prill. Kuliah? Ngga masuk akal," ujar Mila dengan nada tidak suka yang ketara. Prilly tidak merespon sama sekali, pandangannya jauh menatap kedepan.
"Lo harus lihat posisi lo sekarang, di depan lo udah ada pria yang lebih baik dari Cakka. Bahkan banyak wanita yang ingin diposisi lo."
"Kenapa lo jadi bela Ali sih?" decak Prilly menoleh kearah Mila. Tatapan Prilly yang tajam meminta pertanggung jawaban.
"Gue ngga bela Ali, gue bicara fakta!" tegas Mila.
"Lo dibayar berapa sampai lo mau muji-muji dia? Lo juga termasuk 'wanita' yang lo sebut itu?" ketus Prilly yang membuat Mila tambah geram.
"Gue ngga diba-" belum selesai menjawab Cakka sudah datang membuyarkan obralan mereka.
"Pada ngomongin apa sih? Serius benget. Hm?" tanya Cakka menghampiri Prilly. Merangkul pundaknya dari samping.
"Ngga apa-apa kok, pulang yuk! Aku capek.." rengek Prilly mendongak menatap Cakka, Cakka mengangguk dan mencubit hidung Prilly gemas.
"Yaudah Mil, Gue sama Prilly pulang dulu.."
