Chapter 3

19.1K 1.3K 11
                                    

"Mati Gue," gerutu Prilly kelabakan menatap pintu kamar mandi yang sudah tertutup berkali kali. Membayangkannya saja membuat bulu kuduknya berdiri. Apalagi, Ah.. Tidak-tidak!

Prilly menepis pikiran kotornya yang sudah memenuhi otaknya. Matanya sesekali melirik pintu kamar mandi yang masih tertutup.

Prilly menoleh cepat ketika mendengar decitan pintu yang akan dibuka dengan langkah cepat dia mengambil sesuatu dan berlari menuju depan pintu.

***

ALI

Cklek! Baru saja tanganku membuka pintu kamar mandi, Aku sudah dikejutkan dengan sosok Prilly yang sedang berdiri dengan cantiknya didepanku.

"Ini," ucapnya memberikan satu buah bantal dan selimut padaku

"Apa??" tanyaku bingung.

"Lo pikir gue mau tidur sama lo? Huh?" Aku mengerutkan kening. Apa maksudnya coba?

"Emang kenapa? Gue ngga punya penyakit apa-apa? Ngga punya kutu juga, Santai aja," jawabku asal.

"Yaudah kalo gitu, gue aja yang tidur disofa!" ucapnya berjalan santai menuju sofa. Aku menarik bantal yang sudah ditatanya disudut sofa. Apa-apaan ini? Aku melempar bantal ditanganku dengan kesal ke ranjang. Kemudian membaringkan tubuhku memunggunginya.

"Lo tidur disini. Tenang aja gue nggak bakal macem-macem." Anjirr! Ini bahkan malam pertama. Surga dunia gagal total. Moodku sudah hancur!

"Gue ngga tanggung jawab pas lo bangun dalam kondisi yang tak semestinya," ucapku dengan nada yang cepat dan pelan.

"Apa?" terdengar suara mengintimidasi dari arah belakang. Sepertinya Prilly sudah berbaring disampingku. Aku menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Dasar aneh!" Kurasa Prilly menarik selimut yang sedang kugunakan. Aku sengaja memegangnya agar dia susah menariknya. Aku mendengar helaan nafas dari arah belakang. Aku rasa saat ini dia sedang menatapku tajam. Aku menghiraukannya. Wajar saja udara saat ini sedang dingin.

"Gue juga butuh ini, Lo itu laki-laki seharusnya mengalah," cerocos Prilly mencoba menarik selimut itu lagi.

"Menyebalkan!" desisnya karena aku tak kunjung meresponnya.

***

PRILLY

Aku merenggangkan otot-otot tubuhku saat siluet sinar matahari menyusup melewati celah-celah kamarku, tepatnya kamarku dengan Ali. Aku merasakan hembusan nafas seseorang dari arah belakang tubuhku, mencoba menyikirkan tangan pria yang telah resmi menjadi suamiku satu minggu yang lalu dari perutku dan menyibakkan selimut, segera bangun.

Sudah setengah jam Aku berkutat pada wajah cantikku. Pasalnya hari ini Mila mengabariku hari ini ada syuting iklan. Aku melirik seseorang yang masih meringkuk diranjang belum bangun juga.

"Tuan Ali yang terhormat, Sudah pagi, anda tidak pergi kekantor?" ucapku sehalus mungkin, namun Ali hanya mengeliat dan kembali menarik selimutnya, emosiku sudah memuncak, pasalnya dari tadi Ali tak kunjung bangun.

"Alliiiiii bangun!!" teriakku menarik-narik tanganya. Inilah kebiasaanku dalam seminggu ini. Harus berteriak-teriak layaknya seorang ibu yang sedang membangunkan anaknya. Aku berdecak pinggang menatapnya, namun sepertinya hasilnya gagal. Ali hanya bergumam tidak jelas.

"Yaudah terserah lo, Gue pergi dulu!!" ucapku pasrah. Biasanya dengan seperti ini berhasil. Benar saja, Ali segera melompat dari ranjang dan berjalan menghampiriku. Menangkupkan kedua tangannya di wajahku dan mengecup bibirku singkat.

"Morning sayang," Sapanya membuatku terpaku dengan apa yang dilakukan Ali. Ini juga kebiasaannya. Selalu menciumku sembarangan. Aku tidak menolaknya, bagaimana bisa aku menolak. Sementara Aku juga menikmatinya. Aku tersentak kaget ketika mendengar gelak tawanya didalam kamar mandi.

Our WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang