Maaf ya saya telat posting, padahal saya udah janji mau posting satu hari satu chap, eh, mlah batal
Hari kamis kmrn koneksi internet di rumah ngadat jadi galk bisa posting, sebagai ganti hari ini saya memposting 2 chap sekaligus..........
"Mau main apa dulu?" Rey bertanya padaku sesaat setelah kami melewati gerbang masuk Dufan
"Apa yah? Ah main halilintar dulu aja ya Rey"
"Okay..." Aku segera berlari menuju tempat antri halilintar. Aku segera mengantri dengan Rey di belakangku. Keadaan Dufan setiap weekend memang selalu ramai, sebel kadang-kadang, pengen deh aku tutup Dufan ini buat aku sendiri tapi gak bisa.
"Rin..." Aku menoleh dan 'Ckrek'
"Ih curang, delete dulu akunya jelek disitu" rengekku pada Rey, iseng banget dia ngambil foto selfie ketika wajahku lagi jelek begitu
"Iya-iya, sini kita foto lagi" Rey menarik pinggangku dengan tangan kirinya, menyelipkan kepalanya di bahuku dan mengambil foto selfie kembali. Ngantri sekitar 20 menit akhirnya giliran kami naik halilintar itu dan ternyata naik halilintar itu cuma menghabiskan 5 menit-an doang...
"Rey ayo naik Kora-kora..." Aku menarik tangan Rey sambil berlari, aku seperti anak kecil kadang kadang, tapi biarlah aku sedang senang. Biarkan saja orang disekitarku iri melihat kekasihku yang tampan dan atletis ini
"Oh god, kamu hebat banget sih, salut aku" ucap Rey atau lebih tepatnya menggerutu saat kamu sedang antri kora-kora, si kapal besar yang berayun-ayun
"Hebat apanya? Aku gak ngerti" aku menjawab jujur
"Hebat lah, udah pakai wedges tinggi begitu masih bisa lari begitu cepat, gak cape apa?" masih setengah ngos-ngosan dia
"Udah bakat kalo itu mah, kasian sampe keringatan gitu" aku mengelap keringatnya yang bercucuran dengan sapu tanganku. Dia cuma tersenyum, jujur, aku lebih suka kalau pergi dengan Rey seperti ini, menggunakan wedges atau high heels karna dengan begitu aku terlihat cocok dengannya. Menggunakan sepatu ini tinggi ku menjadi sebahunya. Tiba-tiba saja dia memeluk pinggangku erat sekali
"Kenapa?" Dia cuma mengerutkan dahinya, kesal sepertinya, pada siapa?
"Gak ada apa apa. Ayo maju, tuh antriannya udah jalan" aku maju tapi masih bingung kenapa dia seperti orang kesal begitu. Tiba-tiba akal isengku muncul, aku mengambil ponselnya yang tadi sesudah selfie dia titipkan di tasku karna tidak di izinkan untuk dibawa saat main halilintar, takut nanti ponselnya jatuh kata pegawainya.
'Ckrek' Rey melongo ketika bunyi itu keluar dari ponselnya. Aku terkikik melihatnya
"Iseng deh kamu" ucapnya mengecup pipiku
"Abis kamu, mukanya di tekuk begitu. Ada apaan sih?"
"Gak ada apa-apa, lagi dong selfienya, akunya lagi jelek tadi" mengalihkan pembicaraan dia, ya sudahlah biarkan saja
"Habis ini main niagara gara, sama arung jeram yah" pintaku pada Rey yang hanya dijawab dengan 'okey'.
Menepati janji setelah main kora-kora kami benar-benar main niagara-gara dan arung jeram. Tetap saja sebelum naik, waktu ngantri lebih tepatnya, kami selalu berselfie ria di ponsel Rey, karna ponselku hancur, setelah aku lempar ke cermin kemarin. Mudah-mudahan papa mau beliin yang baru nanti.
"Aku ke kamar mandi dulu ya Rin, kamu tunggu sini jangan kemana-mana nanti kita cari makanan buat lunch"katanya usai bermain arung jeram
"Okay bos" aku menjawab sambil memainkan ponsel milik Rey. Si pemilik ponsel sudah berlari menuju toilet. 15 menit menunggu Rey masih belum kembali, aku putuskan untuk menyusulnya.
Jrreng... Jrreng... Pemandangan yang aku lihat di depanku saat ini membuat waktu terasa berhenti. Bagaimana tidak, di depan mataku kekasihku dan mantan kekasihku adu jotos dengan seorang wanita macam super model sibuk teriak-teriak disebelahnya. Sementara pengunjung lain? Ya jadi penonton saja. Aku mengumpulkan keberanian dan menarik Rey agar menjauh. Sudah susah payah aku menarik Rey menjauh, manusia tidak tahu diri itu malah ingin memukul Rey kembali. Dan jadilah aku melepas wedgesku dan 'PLAK...' Wedges cantikku mendarat di kepalanya
"Aw..." Ringisnya. Aku memakai wedgesku kembali
"Mudah-mudahan wedges gue bisa menyadarkan otak lo!" Sindirku ketus "are you okay, honey?" Aku menyentuh pipi Rey yang sedikit merah sementara Rey sedikit membulatkan mata birunya heran mendengarku memanggilnya honey. Aku mendengar manusia monyet itu mendekat
"Stop disitu Rick, lo gak berhak maju satu langkahpun dari tempat lo berdiri" ujarku tanpa membalikan badanku, aku hanya fokus mengelap sudut bibir Rey yang sedikit berdarah dengan sapu tanganku
"Dia siapa kamu?" Erick-nama mantanku itu- bertanya, aku pun berbalik
"Emang kurang jelas buat lo, atau kuping lo udah budek karna kebanyakan ngegombalin cewek?!" Tanyaku sarkastik
"Hei, jaga ucapan lo, emang lo siapa bentak bentak pacar gue kayak gitu?!" wanita yang berteriak-teriak tadi
"Oh hai, kenalin gue Karina Katajima, anak ketiga sekaligus putri tunggal Ryuichi Katajima, dan gue pacarnya dulu" dengan penuh penekanan dalam kata pacar dan dulu. Sepertinya mendengar nama keluarga dan ayahku saja dia sudah cukup tercengang ditambah dengan statement yang mengatakan aku ini mantan dari pacarnya itu
"Oh mantan" nada bicaranya seperti mengejek
"Iya mantan, and i think you'll be his next ex soon" jawabku dia hanya menatapku dengan pandangan bingung
"Oh maaf, kebiasaan, maksud gue, kayaknya lo bakal berpangkat ex juga bentar lagi, dan kenalin dia Reymond, pacar gue dan calon suami gue" mereka tercengang, bahkan Rey juga kaget waktu aku bilang calon suami
"Kalo udah gak ada yang mau di bicarain gue permisi" aku menarik atau menggenggam tangan Rey lebih tepatnya, berjalan meninggalkan mereka.
Aku mencari tempat di salah satu resto disana dan mulai duduk. Aku membiarkan Rey duduk disana, sementara aku pergi memesan air mineral dan makanan tidak lupa juga ku meminjam kotak p3k pada pegawai resto.
"Sini..." Aku duduk disamping Rey dan menarik kepalanya perlahan, dia masih terlihat marah
"Sudahlah Rey, jangan dipikirkan lagi si kera itu emang banyak ulahnya" aku membersihkan lukanya dengan air mineral dan kapas. Dia sedikit meringis
"Tadi pas berantem gak mikir sakit, sekarang aja meringis melulu" ejek ku. Maksud hatiku agar dia tidak marah lagi eh dia malah makin marah. Dia membuang muka dan memilih menatap keluar
"Hhh... Ya sudah, kamu makan dulu, nanti kamu sakit lagi kalo kamu gak makan. Aku keluar dulu, nih ponsel sama dompet kamu" aku mengeluarkan barang miliknya dari tasku dan meletakannya di meja. Aku berjalan keluar sekalian mengembalikan kotak p3k pada pegawai resto.
Niat mau senang-senang malah ketemu si monyet itu. Sekarang Rey malah marah juga. Aku duduk di salah satu kursi istirahat di dekat sebuah pohon
"Kenapa kamu marah begitu sama aku Rey? Aku kan gak tau kalo kita bakal ketemu dia" gumamku, dadaku sesak, sulit rasanya bernafas. Mataku mulai terasa panas, kurasakan air mataku mulai menetes, dan aku langsung menyekanya dengan jari-jariku.
......
KAMU SEDANG MEMBACA
The One And Only
Teen FictionKetika tinggi tubuh begitu kentara... Ketika perbedaan umur yang cukup terasa... Ketika tiba-tiba jarak juga ikut menyiksanya... Mampukah Rin menghadapinya dan mendapatkan sweet ending untuk cerita cintanya?