Author POV
Saat ini Rin duduk di kursi penumpang di mobil Rey. Sementara pemilik mobil meninggalkannya dan entah pergi kemana
"Emang gak cape lo ngikutin maunya abg jaman sekarang?" Kata-kata dari Shella terus berputar di kepala Rin seperti radio rusak
"Apa bener aku ngerepotin Rey? Gimana kalo Rey mulai lelah dengan semua tingkah laku aku? Gak..gak.." Rin trus berpikir dan bergumam sendiri seperti orang gila. Ia bahkan tidak sadar kalau Rey kekasihnya sudah kembali dan kini ikut duduk di kursi penumpang tepat di sebelahnya
Alis Rey saling bertautan berusaha mendengarkan apa yang digumamkan oleh kekasihnya itu
"Gimana kalau dia akan menjauhi aku? nggak... nggak Rey gak mungkin begitu, tapi gimana kalo iya?" Rey langsung mencelos ketika ia berhasil mendengar apa yang digumamkan oleh kekasihnya. Tanpa berpikir panjang kedua tangan kekar Rey terulur dan memeluk kekasihnya itu, ia memeluknya dengan penuh kelembutan seolah Rin akan hancur jika ia tidak memeluknya dengan lembut
"Ah..." Rin melonjak kaget ketika lengan Rey memeluknya
"Jangan, aku mohon Rin, jangan pernah berpikiran seperti itu" suara Rey terdengar sangat lirih di telinga Rin
"Rey..."
"Please, aku bakal lakuin apa aja, tapi aku mohon jangan pernah kamu berpikiran seperti itu. Aku gak lelah dengan semua tingkah kamu dan gak akan pernah lelah" Rey mulai frustasi hanya dengan melihat gadisnya, kekasihnya begitu memikirkan perkataan bodoh dari wanita yang hanya bisa mencela orang lain sepanjang hidupnya a.k.a Shella
"Rey..."
"Sumpah Rin, apapun yang kamu lakukan baik sifat childish kamu, sifatmu yang moody, sifat kamu yang kelewat baik dan care sama orang lain, aku suka semua itu. Semua sifat itulah yang membuat aku menyayangimu bahkan aku jatuh cinta, semua karna sifat childish mu itu. Jangan pernah kamu berpikir aku akan meninggalkan kamu, karna itu gak akan pernah terjadi" Rey mencium puncak kepala kekasihnya menyesap wangi lavender yang menguar dari kekasihnya. Wangi yang sangat ia sukai
Tangan Rin tergerak untuk mengelus rambut mohawk kekasihnya, ia tau saat ini kekasihnya tengah menangis dan itu semua disebabkan olehnya
"Sorry..." Rin ikut menangis di pelukan kekasihnya, mencurahkan segala hal yang mengganjal di hatinya. Pemikirannya tentang kemungkinan Rey meninggalkannya ia buang jauh-jauh. Ia percaya pada Rey, percaya pada setiap cinta yang diberikan oleh kekasihnya itu
Rin mengendurkan pelukannya, berusaha melepaskan diri dari pelukan Rey. Ia menangkupkan kedua telapak tangannya di pipi kekasihnya, menghapus setiap airmata yang ada di pipi kekasihnya itu. Kedua mata itu saling bertemu, mata hazel milik Rin dengan mata sebiru langit milik Rey. Hati Rin begitu terluka melihat sorot kesedihan dari mata kekasihnya, warna biru yang selalu Rin suka dari mata itu kini tengah meredup. Dipandangnya pula segaris luka dipipi kekasihnya hasil dari melindunginya
Sejenak Rin tersadar betapa bodohnya ia meragukan kekasihnya. Kekasihnya yang selalu melindunginya dan melakukan apapun hanya agar dia tertawa. Kekasihnya yang rela memiliki luka diwajahnya. Rin mengambil kesimpulan Rey tidak akan merelakan wajah tampannya untuk terluka jika Rey tidak mencintainya
"Maaf Rey, maaf karna aku sudah begitu bodohnya termakan oleh ucapannya" Rin mengusap kedua pipi Rey
"Harusnya aku tau kalau Rey tidak akan meninggalkanku, tak peduli berapapun perbedaan umur kita dan harusnya aku sadar jika kamu tidak benar benar mencintaiku kamu pasti sudah pergi seperti lelaki itu" Rin mencium pipi kanan Rey
"Maaf aku sudah meragukanmu dan membuat Rey kecewa" Rin mencium pipi kiri Rey yang memiliki segaris luka. Rey sempat meringis ketika Rin tanpa sengaja menyentuh luka itu
KAMU SEDANG MEMBACA
The One And Only
Teen FictionKetika tinggi tubuh begitu kentara... Ketika perbedaan umur yang cukup terasa... Ketika tiba-tiba jarak juga ikut menyiksanya... Mampukah Rin menghadapinya dan mendapatkan sweet ending untuk cerita cintanya?