Author POV
Tiga tahun sudah berlalu, Karin yang dulu masih SMA kini sudah menyelesaikan studynya sampai tingkat sarjana. Bukan hanya sekolahnya, tetapi juga pertahanannya saat ini Karin sudah memegang sabuk hitam judo, karate dan tae kwon do belum lagi dia yang bergabung dengan klub olahraga tembak. Kini Karin sudah bukan lagi gadis manja yang selalu dilindungi oleh keluarganya, Karin sudah berubah
"Good morning, world..." Karin menyapa dunia sambil meregangkan otot-ototnya yang kaku
Sekilas Karin melihat ke arah laptopnya membaca pergerakan saham. Dia tersenyum simpul saat melihat pergerakan menanjak dari saham yang ia mainkan
"Lumayan, gak ngerugiin banget" ya, Karin mulai menggeluti permainan kecil itu sejak ia baru duduk di bangku kuliah, berbekal ilmu dari Vanessa Adelia Naxell bosnya, ia mencoba membeli saham suatu perusahaan. Bukan hanya itu kini Karin juga sudah di daulat menjadi manager di cafe milik Vanessa, juga menjadi pegawai lepas bagi perusahaan Nextlious, gaji bulanan Karin lumayan besar untuk mencukupi kehidupannya belum lagi hasil pembagian keuntungan dari saham yang dipegangnya
Karin mematikan laptopnya dan berjalan menuju kamar mandi. Kini Karin tidak lagi tinggal di apartement Vanessa, Karin memutuskan untuk membeli sebuah penthouse hasil usahanya, dan juga membeli sebuah mobil walau hanya mobil bekas. Karin sendiri tidak menyangka kehidupannya bisa begitu berubah sejak ia lulus SMA
Karin merapikan dirinya di depan cermin besar, hari ini Karin memilih memakai kemeja hitam lengan panjang dan skinny jeans berwarna hitam juga sebuah boots dengan heels setinggi 10 cm, dia juga menggerai rambut coklatnya yang kini sudah sebatas bahu. Rambut yang dulu ia potong, kini ia biarkan memanjang dan tergerai. Karin mematikan laptopnya lalu memasukan laptop itu kedalam tasnya beserta dengan dompet dan ponselnya, lalu dia mengambil coat hitam miliknya dan berjalan keluar dari penthousenya
Karin memasuki mulai menjalankan mobil itu menuju tempatnya bekerja
"Good morning all..." Sapa Karin pada anak buahnya
"Good morning miss. Maven" ucap seluruh anak buahnya dengan senyuman mereka. Mereka menyukai Karin karna dia selalu membantu pekerjaan di cafe dan juga melindungi mereka disaat mendesak, maklum saja, cafe ini seluruh pegawainya adalah wanita
"Mrs. Naxell?" tanya Karin pada pegawainya
"Mrs. Naxell is in her room, miss Maven. She was came a few minutes ago" pertanyaan ambigu Karin di jawab sempurna oleh salah seorang pegawai disana
"Okey then, thanks Sarah" Karin segera beranjak menuju ruangan Vanessa
"Mrs. Naxell, may i come in?" Tanya Karin sopan
"Ngapain kamu panggil saya mrs. Naxell?" Vanessa membuka pintu dengan wajah sedikit kesal
"Aku kan cuma bersikap sopan kak, karna biar gimana pun kakak itu atasan aku" Karin menjelaskan pada Vanessa, sesaat setelah Vanessa mempersilahkan dia masuk dan mengunci pintu kantornya
"Okey, stop bahas itu, kamu kenapa dateng pagi-pagi kesini?"
"Karin mau minta tolong sesuatu, tapi kakak janji jangan marah ya?"
"Apa?"
"Janji dulu kak Nessa gak akan marah"
"Iya aku janji, kamu mau minta apa?"
"Aku mau pulang kerumahku kak, kayaknya aku udah cukup lama di sini. Kalo kak Nessa gak keberatan, aku mau resign dari Vendelsan dan Nextlious"
"Hah? kok mendadak banget Rissa?"
"Aku gak pergi sekarang kok, mungkin awal bulan depan aku baru pulang cuma aku mau kasih surat resign dulu, biar kakak cari orang baru dulu buat gantiin aku"
Dengan berat hati Vanessa mengizinkan Karin untuk berhenti. Sementara itu di tempat lain, atau di sebuah restaurant lebih tepatnya pemilik perusahaan Nextlious sedang berdiskusi dengan pemilik perusahaan Johnstern
"Jadi, lo mangkas delapan orang sekaligus karna mereka ketahuan korupsi?" Tanya pemilik perusahaan Johnstern yang tak lain adalah Renaldy Katajima a.k.a Aldy
"Iya lah, orang tuh tikus udah bikin keuntungan gue berkurang banyak" jawab Marvello Robert Naxell
"Jadi, pegawai lo itu lumayan juga, bisa membongkar semua korupsi di Nextlious dalam dua hari. Lo juga keren bisa percaya sama tuh anak, gila banget lo"
"Biar aja"
"Gak takut ditipu lo sama dia?"
"Nope, i don't afraid"
"Why?"
"Because, she is my wife friend, she help my wife even at that time she didn't know who my wife is..."
"Oh, well, who's that girl?"
"Clarissa Maven, a simple girl"
Aldy hanya mengangkat bahu dan melanjutkan sarapannya. Getaran pada ponsel Aldy membuat sang empunya ponsel buru-buru meminum air dan mengangkat panggilan di ponselnya
"Halo... Hah? Lo udah di bandara? Oke-oke gue jemput lo sekarang" Aldy mengakhiri panggilan dan buru-buru mengeluarkan beberapa lembar pound sterling dan memasukan ponselnya kedalam saku coatnya
"Sorry bro, panggilan mendadak dari my future brother in law. Lo gue tinggal ya?"
"Ok, no prob, hati-hati lo"
Meninggalkan Marvello Robert Naxell dan beralih pada Aldy yang kini memacu mobilnya menuju airport. Reymond Van Doughlash adalah orang menelponya tadi, entah terkena angin apa sampai teman sekaligus tunangan adiknya itu tiba-tiba datang ke negera kelahiran ibunya
"Lo lama..." gerutu Rey, sesaat setelah Aldy sampai di hadapannya
"Masih bagus gue jemput lo, cepetan masuk" Aldy membukakan pintu bagasi untuk Rey
Setelah memasukan kopernya kedalam bagasi Rey masuk kedalam mobil milik sahabatnya itu. Aldy mulai menjalankan mobilnya meninggalkan bandara
"Gimana? Lo udah nemuin Rin?" Rey membuka percakapan
"Belum, adik gue itu macem ditelan bumi, hilang gitu aja"
"Coba lo denger nih" Rey mengeluarkan ponselnya dan menyalakan sebuah lantunan lagu. Sekilas tidak ada yang aneh memang tapi begitu sang penyanyi mulai bernyanyi, Aldy langsung menolehkan kepalanya ke arah Rey. Untung saja jalannan sedang sepi jadi mobil mereka bisa dengan mudah menepi ke pinggir tanpa terkena sumpah serapah dari orang lain
"Itu suara Karin kan? lo dapet dari mana tuh?"
"Di Jakarta ini video lagi rame sayang aja gak ada gambar penyanyinya, karna kebijakan dari tempat kerja orang ini katanya. Ini aja pengunjungnya ambil diem-diem"
"Dimana tuh?"
"Sebuah tempat disini, Vandelsan nama tempatnya"
"Jadi karna itu lo kesini? What? Vandelsan???" Aldy membulatkan matanya
"Iya, kenapa lo tau?"
"Just for information, Vandelsan owner's husband is my friend" kali ini gantian Rey yang membulatkan matanya
"Bisa undang mereka makan malem?"
"Bisa aja sih, lo emangnya mau ngapain?"
"Gue mau mastiin aja"
"Mastiin?"
"Iya, gue hanya memastikan orang itu tunangan gue atau bukan..."
KAMU SEDANG MEMBACA
The One And Only
Teen FictionKetika tinggi tubuh begitu kentara... Ketika perbedaan umur yang cukup terasa... Ketika tiba-tiba jarak juga ikut menyiksanya... Mampukah Rin menghadapinya dan mendapatkan sweet ending untuk cerita cintanya?