My Decision

1K 58 0
                                    

Aku berdiam diri di kamarku, duduk di pinggir beranda kamar membiarkan angin malam menerpaku. Sejak kami pulang sekutar pukul 4 sore sampai sekarang, dokter Liani masih terus mengobati mereka di ruang keluarga sana

"Karin, tante boleh masuk gak?" Panggilan seseorang terdengar dari baik pintu kamarku, tak perlu repot-repot buka pintu untuk tahu siapa gerangan orang tersebut karna aku sudah tau kalau itu suara dokter Liani

Aku mengambil remote control dan menekan tombol unlock "masuk aja tan, udah aku buka kuncinya" kamarku dan seluruh ruangan disini dapat dikunci secara manual ataupun menggunakan remote, begitu pula dengan lampu dan lainnya

"Kamu kenapa gak turun? Papa sama mama kamu nyariin kamu loh" ucarnya, dapat aku rasakan saat ini dia duduk di sebelahku

"Gak apa-apa tante, aku cuma pengen duduk disini aja" aku masih memandang kosong halaman belakang rumah yang gelap

"Tante udah denger dari mereka"

"Oh..."

"Tapi tante mau dengar dari kamu, kamu mau gak cerita ke tante?" Tante Liani memandang aku dan tangannya menarik kepalaku agar menghadapnya

"Hhh..."aku menghela nafasku "Karin sudah inget semuanya" aku berkata singkat

"Inget?" Tante Liani bertanya padaku, dia berpura-pura aku jelas tahu kalau semua orang terdekatku tahu kejadian itu

"Iya, inget" aku mengangguk "aku inget kejadian 13 tahun lalu"

"Kejadian apa?"

"Tante gak usah pura-pura bingung, Karin tau kok kalo tante itu sudah lebih dulu tau dari Karin. Kejadian 13 tahun lalu, kejadian waktu aku masih umur 5 tahun, kejadian yang pernah terjadi di Jepang yang membuat papa menarik aku dan mama pindah ke sini. Ke Jakarta." Akhirnya aku menjelaskan semuanya

Aku melihat tante Liani membulatkan matanya

"Karin gak takut?" Tanyanya lagi

"Takut? Kalo Karin bilang gak takut berarti Karin bohong, tapi takut disaat seperti tadi juga gak ada gunanya" akhirnya aku berdiri dan hendak masuk ke kamarku

"Mau kemana?" Tante Liani memegang tanganku

"Mau ke dapur tante, aku mau ambil minuman, tante mau gak?" Tawarku pada tante

"Boleh, kalo kamu gak keberatan, tante minta teh anget aja" aku mengangguk dan berjalan meninggalkan tante Liani di beranda

Aku agak penasaran sebenarnya, jadi aku berjalan ke ruang tamu dan sedikit menguping dari pintu

"Jadi sekarang gimana pa?" Suara kak Ren yang pertama aku dengar

"Entah, ini terlalu cepat bahkan papa belum kepikiran mau menyembunyikan Karin dimana" aku menutup mulutku saat aku mendengar perkataan papa

Aku segera berbalik dan berlari menuju dapur 'papa mau nyembunyiin aku? Apa itu artinya papa mau agar aku keluar dari rumah ini?' Pikiranku melayang entah kemana. Aku menggelengkan kepalaku mengumpulkan kembali pikiranku yang tadi melayang dan mulai membuat teh untuk tante Liani

"Nona sedang apa?" Dia menepuk pundakku

'Pranggg' "ittai..." Aku menjatuhkan teko air panas yang baru aku angkat dari kompor dan alhasil teko itu jatuh menimpa cangkir dan airnya menyiprat ke tanganku

"Aduh maaf non, bi inah gak sengaja" bi Inah orang menepuk bahuku meminta maaf padaku

Tak lama dapur di penuhi oleh orang-orang dari ruang tamu bahkan tante Liani. Aku yang sedang membantu bi Inah memungut pecahan cangkir tiba-tiba di tarik oleh papa menjauhi pecahan cangkir

The One And OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang