Happily Ever After

2.6K 72 0
                                    

"Daddy... Ken-nii nacal..." Seorang anak perempuan melompat memeluk kaki sang ayah

Sang ayah menggendong anak itu dan membuat kedua pasang aquamarine itu bertemu "siapa yang nakal?" Tanyanya pada anak itu, di kecupnya sayang pipi gembul anak itu

"Ken-nii..." Anak itu menunjuk anak laki-laki yang seumuran dengannya

"Ken... Rika... ayo kita makan..." Sang ibu keluar dari ruang makan masih dengan memakai celemek "eh kamu sudah pulang, okaeri..." Sang istri menyambut suaminya

Sang suami menurunkan putrinya dari gendongannya dan memeluk sang istri lalu mengecup singkat pipi sang istri

"Rey, jangan cium sembarangan, ada anak-anak" gerutu sang istri

Sang suami -Rey- tersenyum lembut dan meletakkan kepalanya di perpotongan leher dan bahu istrinya "aku kan cuma cium pipi Rin, anak-anak juga sering dicium di pipi" Rey menyesap wangi yang menguar dari tubuh istrinya

"Mom, nom-nom..." Anak perempuan a.k.a Erika Katajima Van Doughlash itu menarik rok ibunya

"Mom, matan... Lapal..." Ucap si anak laki-laki a.k.a Kenzu Katajima Van Doughlash akhirnya ikut merengek

"Hm...? Prince dan princess daddy sudah lapar ya?" Tanya Rey pada kedua anaknya

Mereka berdua mengangguk mantap "hm..." Jawab putranya
"Lapal..." Jawab sang putri

Rey dan Karin hanya tersenyum, Rey menggendong kedua anaknya dan berjalan menuju dapur. Sementara Karin memeperhatikan mereka dari belakang sejenak, lalu menyusul mereka

"Celamat matan..." Kedua anak itu berucap

"Selamat makan..." Kali ini sang suami dan istrinya

Makan malam mereka dihiasi oleh tawa ringan dan penuh dengan kehangatan

"Rey...!" Karin memekik ketika suaminya memeluknya dari belakang secara tiba-tiba

"Hm..." Rey menyahut singkat dan membenamkan kepalanya di bahu sang istri

"Nanti si kembar bangun..." Karin berusaha melepaskan genggaman suaminya

"Gak akan, mereka udah pulas tadi..." Rey berkilah

"Tapi aku mau gantu baju tau..." Karin mengatakan yang sejujurnya karna dia memang hendak menukar kemeja yang ia pakai dengan piyama tidur

Rey melepaskannya dan ketika karin membuka kancing kemejanya, Rey kembali memeluknya

"Rey...!" Bentak Karin setengah berbisik dan tentu saja diabaikan oleh Rey. Rey membalikan tubuh istrinya yang tiga kancing bagian bawah kemejanya sudah terlepas

Rey berlutut di depan sang istri  "Sorry..." Rey berucap lirih ketika ia melihat segaris bekas luka di kulit istrinya yang putih

"Hei... jangan begitu..." Karin berucap

"Kalo hari itu kamu gak lindungin aku, kamu gak akan kayak gini..." Rey menunduk, jemarinya sesekali mengusap bekas luka itu perlahan dan sangat hati-hati seolah bekas luka itu bisa berdarah kembali

Karin melepaskan tangan suaminya dari bagian atas perutnya dan ikut berlutut di depan suaminya

"Rey..." Karin mengangkat wajah suaminya dan menangkupkan kedua tangannya di pipi sang suami

"Bukan salah kamu, aku yang mau menghampiri kamu. Aku gak pernah nyalahin kamu, dan aku tahu kalau aku berada dalam bahaya kamu juga akan melakukan hal yang sama" Karin berucap pelan

"Rin..." Rey memanggil istrinya lirih

"Ini sudah empat tahun yang lalu Rey, jangan diingat lagi. Aku gak mau lihat kamu tiap hari seperti ini. Kamu terus menyalahkan diri kamu sendiri, aku gak mau Rey" Karin mengusap pipi suaminya lembut sekaligus mengusap bulir air mata suaminya yang sudah membasahi pipi sang suami

The One And OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang