Aku segera berjalan menuju ruangan tempat semua orang berkumpul. Ku lihat penampilanku sejenak dan membuka pintu putih besar didepanku
'Kamisama...' Mataku terbuka lebar dan jantungku berdegup sangat kencang ketika melihat kekasihku berdiri diantara kedua kakakku dan juga sepupuku. Dapat kurasakan pipiku memanas, ingin segera mengalihkan pandanganku tapi otakku berkhianat padaku dengan terus menatapnya yang terlihat begitu sempurna. Rambut mohawk hitamnya yang begitu menantang gravitasi 'aku harus berterimakasih pada mom karna menurunkan warna rambutnya pada Rey' pikirku. bagaimana tidak berterimakasih, warna rambut hitam itu terlalu kontras dengan warna kulit Rey yang putih bersih tanpa cacat, kecuali sebuah codet hadiah dari kak Shella tadi.
Selain wajahnya, tubuhnya juga ikut menunjang penampilannya, tubuh yang begitu tinggi dan kekar itu terlihat begitu sempurna dibalut dengan kemeja navy dan celana jeans hitam panjang membuat kakinya terlihat begitu jenjang. Benar-benar mahakarya sempurna dari Tuhan
"Kyaa..." Aku berteriak ketika seseorang tiba-tiba menarikku kedalam pelukannya.
'Wangi ini...' aku kenal baik dengan wangi ini, wangi maskulin yang memasuki indra penciumanku setiap kali aku bersama pemiliknya. Aku membalas pelukan itu dengan senang hati
"Jangan pasang muka kayak gitu lagi, atau aku bakal nikahin kamu besok dan kamu gak bisa lanjutin sekolah lagi" bisik Rey padaku, aku hanya mengernyitkan dahi heran
"Muka kayak gimana maksud kamu?" Tanyaku singkat
Rey melepaskan pelukannya dan menatapku "Pokoknya muka yang kayak tadi pas kamu ngeliatin aku" pipiku kembali memanas ditatap dengan kedua mata secerah langit itu
"Nah tuh, muka yang kayak gitu, jangan kasih liat kesiapapun atau..." Dia menggantungkan kalimatnya dan berbalik hendak meninggalkanku
"Atau apa?" Aku penasaran
"Atau aku akan nikahin kamu sekarang juga..." Dia berucap cukup keras dan membuat seluruh orang di ruangan itu tertawa kencang
"REYMOND...!" Teriakku dengan wajah semerah apel, buah kesukaannya. Aku mengejarnya dan dia justru berhenti berjalan dan berbalik. Karna posisiku sedang berlari menggunakan heels tentu aja aku tidak bisa mengerem
'Brukk' "aw..." Ringis Rey, saat aku menabraknya dan membuat ia harus menahan tubuh kami berdua atau kami akan terjatuh dan jadi bahan tertawaan seisi ruangan ini
"Sorry, lagian ngapain kamu berhenti?!" gerutuku pada Rey setelah bisa berdiri dengan benar
"Kan kamu manggil..." Ucapnya dengan watados tapi bener juga sih tapi
"Ya tapi jangan berhenti mendadak juga kali!" omelku sambil mencubit pipinya pelan tapi membuat dia meringis
"Upss, sorry aku lupa kalo pipi yang itu luka" aku mengelus pipi kirinya "nih aku ulangin cubitnya" cubitku di pipi kanannya dan aku segera berlari meninggalkannya
"RIN..." Teriaknya sedang aku tertawa senang, sambil berbalik dan tanpa sengaja aku terserimpet oleh kakiku sendiri
"Karin..." bisa ku dengar mama, mom, aneki dan kak Jeannette berteriak memanggilku. Sepertinya aku akan jatuh dengan kerasnya mencium tanah, aku menutup rapat kedua mataku
'Grrep' seseorang menangkapku dengan tangan kekarnya dan dari wanginya saja aku sudah tau siapa yang menangkapku
"Kamu mau bikin aku mati sebelum married yah?!" Bentaknya ketika aku membuka kedua mataku. Raut wajah Rey begitu khawatir dan begitu juga sorot matanya
"Sorry..." Cicitku. Dan ia menarikku dalam pelukannya
"Jangan buat aku takut gimana? Coba kalo tadi aku gak sempet nangkep kamu terus kamu jatuh terus kepala kamu terbentur kaca terus kamu..." 'Cup' karna tidak sanggup mendengar ketakutan dan kekalutan Rey maka aku mencium singkat bibirnya
"Aku gak apa-apa, sungguh, makasih udah tangkep aku" kataku dan aku lihat dia masih membulatkan matanya kaget karna aku menciumnya
Memang aku tidak pernah mencium bibirnya dia juga tidak pernah melakukannya padaku, katanya 'biar nanti aja aku curi first kiss mu waktu kita nikah, karna itu jaga first kiss kamu buat aku, okey?' Gitu kata dia dan hari ini aku sudah memberikan first kiss itu padanya
"Sudah-sudah ayo cepat mulai acaranya sebelum putraku berubah pikiran jadi ingin menikahi Karin saat ini juga" sela daddy membuat aku dan Rey memisahkan diri tetapi, Rey tetap menggenggam tanganku
Ia menarikku dan berdiri di dekat kedua orang tuaku dan orang tuanya
"Rin" dia memanggilku dan berlutut di hadapanku. Kulihat ia menarik dan menghembuskan nafas beberapa kali lalu "will you marry me?"
"Hah?"
"I mean not now but will you marry me after you finished your study?" Aku menatapnya dengan mata berkaca-kaca, aku senang sekali
"I... I do, I do Rey" aku menjawab dengan yakin dan dia segera memakaikan cincin di jari manisku lalu menggendongku keudara
"Thank you Rin aku janji akan buat kamu bahagia dan akan melindungi kamu" aku mengangguk
Aku melirik orang tua kami yang tampak senang juga dengan keputusan kami. Acara malam itu selesai pukul 12 tengah malam karna Hiruma-jisan sudah K.O. setelah beradu minum sake dengan papa sedangkan daddy sudah setengah mabuk. Kai-nii mengantar calon mertua dan calon istrinya pulang. Rey juga pamit pulang dan menitipkan land cruiser miliknya dirumah kami karna ia harus menjadi supir bagi kedua orang tuanya
Aku segera memasuki kamarku dan mengganti pakaianku dengan baju tidur dan menyisir rambutku lalu segera pergi tidur
KAMU SEDANG MEMBACA
The One And Only
Teen FictionKetika tinggi tubuh begitu kentara... Ketika perbedaan umur yang cukup terasa... Ketika tiba-tiba jarak juga ikut menyiksanya... Mampukah Rin menghadapinya dan mendapatkan sweet ending untuk cerita cintanya?