#3 - Past's Scars

113 5 0
                                    

•Eve POV•

🎵Alan Walker - Faded🎵

Kakiku berjalan gontai memasuki kampus pagi ini. Seperti biasa, Eugene mengantarku namun kali ini dia menurunkanku lebih hati-hati.

Aku bungkam pada siapapun mengenai aku dan Harry dan memutuskan untuk menganggapnya tak pernah terjadi.

"Heh jalang siapa kau bisa-bisanya menyentuh Niall" beberapa orang wanita menabrakku hingga jatuh dan meneriakiku. Emosiku terpancing seketika.

Aku berdiri dan menghajarnya dengan tangan kiriku. Wanita itu terjatuh jauh di depanku. Temannya menatapku aneh lalu berlari menolong temannya yang diperlakukan seperti boss.

"Jika kau berani memanggilku jalang lagi, akan kubuat pipi kirimu sama dengan pipi kananmu! Jauhi aku!" aku baru sadar yang kuhajar tadi adalah Sabreena. Ayam kampus di Italè University, dan sepertinya dia Nialler. Aku berjalan memasuki kampus menuju kelasku. Setelah selesai menaruh barang-barangku di loker, aku mendengar suara dari speaker kampus.

'Panggilan untuk Eve Laura Vandycke. Eve Vandycke segera menuju Ruang Rektor'

Aku membenci ketika seseorang memanggilku Vandycke. Karena membuat semua orang tau bahwa aku adalah adik Eugene Vandycke si atlet Basket yang tinggi sedangkan badanku hanya sependek ini. Aku mempercepat langkahku menuju ruangan rektor Universitasku.

Banyak yang menatapku aneh sepanjang perjalananku menuju Ruang Rektor. Aku baru saja menghajar Sabrina dan berita ini langsung terdengar oleh Rektor. Sialan, jika iya aku pasti terkena skors. Bodohnya aku astaga. Aku berjalan dengan menunduk menatap langkah kakiku, aku malu dilihat begitu banyak teman kampusku siang ini.

🎵One Direction - More Than This🎵

Saat aku memasuki ruangan itu, aku langsung disapa oleh Mr. Cotwell.

"Ahh itu dia. Mrs. Vandycke, Mr. Styles mencarimu dia ingin membawamu. Pergilah" ujar Mr. Cotwell. Mataku menajam menatap wajah Harry yang mengunci mulutnya dan melihat ke arah meja dibawahnya tanpa menatapku. Aku berlari keluar ruangan, merasa sangat benci dan sakit ketika harus satu ruangan dengan Harry namun aku kalah cepat dengan Harry yang meraihku segera.

"Pakai topi dan jaket ini" Ucap Harry memberikan topi padaku.

"Aku tidak mau pergi denganmu Haz" air mata berkumpul di pelupukku.

"Eve.. kumohon. Dengarkan aku, aku meminta maaf" ucap Harry terdengar tulus sambil melonggarkan kaitan tangannya padaku. Dan saat itulah aku memutar knop pintu ini dan berlari keluar menjauh dari Harry. Sialnya dia ikut mengejarku di sepanjang koridor kampus. Kubiarkan papparazi mengambil foto kami yang berkejaran.

Aku berlari sambil mengusap air mataku. 'Aku ingin menjauh dari Harry. Aku tidak mau melihat wajahnya lagi seumur hidupku. Aku harus berlari. Harus'

Harry menangkapku dengan cepat dan menggendongku menuju mobilnya. Percuma juga sekuat tenaga berontak, aku akan tetap kalah. Jadi aku memilih menyandarkan kepalaku pada bahu Harry dan menutup wajahku yang sedang menangis dengan kedua telapak tanganku.

Sial! Aku tidak pernah tau bahwa rasanya akan sesakit ini bertemu dengannya lagi.

Aku masih menangis di sepanjang perjalanan. Aku merasa sangat sakit bisa sedekat ini dengan Harry. Berbeda saat pertama aku bertemu dengannya di Mess. Aku merasa sangat merindukannya, hingga aku tak berhenti menatap mata hijaunya. Namun dia memulainya lagi. Dia membuka luka lama yang telah ku kubur hidup hidup bersama dengan cintanya yang dulu bersamaku. Aku melirik sedikit. Harry juga menangis. Air mata itu mengalir melewati hidung mancung berwarna merah milik Harry begitu saja. Aku terdiam.

E.I.F.F.E.L (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang