•Eve POV•
Suara yang sangat nyaring bersahutan di telingaku. Mataku tak dapat kubuka walaupun aku telah mengusahakannya. Dengan sekuat tenaga aku menggerakkan kakiku untuk melangkah menuruni sesuatu yang membawaku ke dalam sebuah ruangan yang sangat pengap.
Aku berhasil terduduk diatasnya dengan mataku yang masih terpejam. Aku mulai membuka mataku dan menyadari dimana diriku berada. Kurasa seperti berada dalam sebuah ruangan rumah sakit, namun tak ada orang disana.
Aneh rasanya jika terpikir sejenak, berbeda seperti tadi. Mataku sangat mudah kubuka kali ini. Kulihat lurus dari arah pintu kamar ini, sebuah cahaya bak matahari menyilaukan mataku dan memasuki ruangan ini. Bukan, itu bukan matahari. Ia seperti seseorang yang berjalan mendekatiku dan mengeluarkan cahaya yang silau dimataku. Aku semakin menyipitkan mataku hingga kini mataku tertutup rapat oleh kedua telapak tanganku.
"Buka matamu Eve sayang"
Tangan seseorang menggenggam jemariku agar terlepas dari mataku. Aku membuka mataku sembari seseorang itu menurunkan tanganku perlahan.
"Hai adik"
Mataku membelalak. Eugene berada di hadapanku dengan wajah yang lebih tampan dan sama sekali tidak menua. Tak ada lagi cahaya yang menyilaukan mataku. Bedanya hanya ruangan ini tidak lagi menjadi ruangan yang pengap, ruangan ini menjadi cerah dan tak semenakutkan tadi.
"Eu-Eugene.. K-Kau disini?"
"Tidak Eve. Kau yang disini"
Aku berkutat kebingungan oleh perkataan Eugene.
"Aku memang disini, tunggu. Rumah sakit yang aneh. Kau yang mengunjungiku atau aku yang berkunjung padamu?" tanyaku.
"Pertanyaan yang bagus. Jawabannya adalah.. Aku tidak berkunjung dan kau juga tidak berkunjung"
"Lalu maksudmu? Oh ayolah Eugene" ujarku tergesa.
"Kau masih tidak menyadarinya ya eh? Kau tinggal disini Eve. Kau tidak sedang berkunjung, kau-tinggal-bersamaku"
Aku terkejut akibat menelaah perkataan Eugene kepadaku.
"A-aku? Apa aku sudah meninggal? Maksudmu aku sudah mati?"
Eugene tidak menjawab. Ia hanya menganggukkan kepalanya dengan sebuah senyum pada bibirnya. Senyum yang sangat kurindukan yang menampakkan betapa indah lekuk pada bibirnya yang tersungging oleh senyum.
"Lihat dirimu Eve" ujar Eugene.
"Aku? Kenapa?"
"Bukan dirimu yang ini. Dirimu yang terbaring disana" ujar Eugene sembari menunjuk sesuatu dibalik punggungku.
Kepalaku mengikuti tunjuk tangan Eugene. Ku dapati seorang wanita tertidur diatas sebuah tempat tidur rumah sakit dengan tubuhnya yang bersimbah darah. Dokter dan perawat sedang berusaha meraih sesuatu dari dalam tubuhnya.
Dan wanita itu adalah aku.
Aku merabai tempat-tempat yang sedang dioperasi oleh dokter dan beberapa perawat dihadapanku. Tubuhku digunting, mereka seperti menyumpit sesuatu dari pundakku, dadaku, dan kakiku. Anehnya, aku tak merasakan sakit sama sekali disini.
"D-dia itu..."
"Aku melihat kejadian disana Eve.. Aku disana waktu itu bersamamu, bersama Niall, bersama Harry, bersama Kendall. Aku membantu kalian semampuku. Dan aku sangat mengutuk diriku sendiri karena aku tak dapat berbuat apapun selain menangis menatapmu terluka. Aku berupaya menutupi tubuhmu. Namun aku sangat bodoh, jangankan menutupi atau melindungi untuk disentuh saja tubuhku ini bisa ditembus. Dan apa kau ingat saat kau menembak kepala orang itu? Aku berada tepat di belakangmu, tanganku berada persis diluar tanganmu. Aku mengarahkanmu pada target yang benar sehingga kau bisa menembaknya tepat pada dahinya. Sungguh.. Aku tak tau harus menangis atau bahagia berhasil membuatmu menembaknya dengan kau sendiri tertembak"
KAMU SEDANG MEMBACA
E.I.F.F.E.L (Republish)
Fanfiction-Story Detail Has Changed- Seorang gadis pedesaan yang telah menjelma menjadi wanita ibu kota yang hidupnya dipenuhi cinta, cahaya, kekuatan, bahaya, dan misteri. Keluarga yang harmonis, diselingi dengan persahabatan yang gila, kisah cinta yang sede...