#24 - End of The Day

66 1 0
                                    

•Eve POV•

Seseorang memanggil namaku di tengah ketidak sadaranku. Aku merasakan seseorang membutuhkanku untuk tetap hidup. Aku mulai merasakan dimana diriku berada dan mulai membuka mataku perlahan.

Membaringkan tubuhku, aku merasa pundakku begitu terasa sakit jika ku gerakkan. Aku masih berusaha menyadarkan diriku dimana aku berada. Aku bangkit dan ku lihat Niall berlutut di kejauhan sana.

Wajahnya merintih menahan sakit ketika kurasa pundaknya mengeluarkan darah dibalik ikat pinggang dan bajunya. Aku harus mendatanginya, ia terluka disana. Niallku terluka.

"A!"

Tepat sebelum aku melangkahkan kakiku, tiba-tiba jantungku terasa sakit. Terasa sesuatu yang panas dan menggores dagingku di dalam organ tubuhku. Niall bangkit berdiri ke arahku. Nafasku kini terbatas. Sepertinya sebuah peluru telah tepat mengenai jantungku.

'Siapa yang melakukan ini? Siapa yang ingin membunuhku?'

Aku menatapnya jatuh bangun di hadapanku. Perjuangannya mencapaiku benar-benar terlihat tak mudah dari sini. Kaki kanannya tertembak. Seseorang di atas gedung itu menembak kaki kanan kekasihku dan membuatnya tersungkur tak jauh dariku.

'Niall. Bertahan sayang, peluk aku kita akan baik-baik saja. Niall apa kau mendengarku?'

Aku merasa bahwa aku sudah berteriak sekencang mungkin namun entahlah rasanya mulutku sama sekali tak terbuka. Air mataku menetes begitu saja menatap wajah kekasihku yang menahan sakit kembali disana. Dia disini untukku. Dia masih mencintaiku, dan dia disini untukku.

Aku berusaha menggapaikan tanganku padanya. Aku masih tak bergerak dari posisi berlututku ketika sesuatu berhasil menerobos masuk tulang dan daging di punggungku. Rasanya dua kali lebih sakit. Dagingku seolah dibakar, aku seolah akan dibunuh hidup-hidup. Badanku mulai gontai ketika Niall berlari ke arahku. Ia menyadari bahwa sebuah peluru bersarang dalam tubuhku lagi. Sekuat tenaga aku menahan tubuhku agar aku dapat ambruk tepat padanya.

Ia berhasil memelukku tepat waktu. Ia datang menangkap tubuhku yang terjatuh akibat tak kuasa menahan dua peluru bersarang di tulang rusukku.

"Eve.. Eve.. Sayang.. Aku disini Eve.."

"Ni-Niall.."

"Sshh.. Shh.. Jangan berkata apapun sayang. Buka matamu dan aturlah nafasmu ku mohon sayang"

"Nee.. A-Aku hanya.. Ingin.. Meminta.. Maafmu.. Kau.. Tidak seharusnya terluka kembali karenaku.. Kau.."

"No.. No.. Eve.. No"

"Sungguh Nee, kau.. Selalu bersedia.. Menjadi.. Penopangku saat aku terjatuh.. Aku melihat pengorbananmu.. Bagiku sudah cukup.. Kau sudah pasti menyesal sudah tidak mempercayaiku, aku merasakannya sayang. Tapi.. Seharusnya kau mempercayaiku, aku sangat sangat mencintaimu.. Dan.. A-aku tidak akan pernah mengkhianatimu sayang,"

"Ya.. Ya.." Niall mengangguk.

"Ya. Aku menyesal. Aku melukaimu sayang, aku selalu melukaimu sayang. Aku terlalu mencintaimu, aku seharusnya percaya padamu Eve namun entahlah otakku terasa beku saat..." ujar Niall.

"Nee.. Aku mendengarmu memanggilku tadi.. Aku terbangun.. Aku seperti.. Kau memanggilku. Kau.. Alasanku tersadar Nee" ujarku.

"Ya.. Ya.. Aku tau.. Dan itulah sebabnya kau berdiri dan kau.."

"Sayang, percayalah.. Kita akan selalu baik-baik saja.. Aku bisa menahan ini lebih lama, kau sudah disini denganku aku tidak takut lagi. Kita akan
selamat. Pundak dan kakimu tertembak. Kau baik-baik saja?"

"Guys!! I'm sorry i'm late" ujar Justin yang baru saja tiba.

Satu mobil menutupiku dan Niall dari kanan dan kulihat satu mobil lainnya yang di kemudikan Gigi menutupiku di kiri. Mereka membuat perlindungan dari peluru yang menyasar ke segala arah.

E.I.F.F.E.L (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang