#19 - Let's Laugh

172 2 0
                                    

•Louis POV•

Sangat romantis. Niall dan Eve membuatku ikut bahagia merasakan penderitaan mereka berakhir.

"Lou.. Bagaimana jika kita water war?"

"Jangan sekarang. Aku masih ingin makan kue lezat itu"

"Tidak disini bodoh. Nanti jika waktunya dansa diluar aku akan menghidupkan kran di taman. Tapi urus semuanya agar mereka berada di tengah semua. Bagaimana?"

"Setuju!"

Beberapa pramusaji kini memenuhi meja kami dengan hidangan yang tersedia. Burgerpizza, Macaron, Cheesemacaron, Pizza meatlovers.

"Hidangan ini sama seperti hidangan biasa kita" ujar Danielle.

"Kau tau Eve sayang? Dia bilang dia ingin sederhana. Dan dia memilih makanan yang dia yakin lidah kita suka dan para fans suka. Inilah. Junk food. Kau tidak sedang diet kan sayang? Jika diet sini buatku" ujarku berusaha meraih buegercheese jatah kekasihku.

"Ih" ujar Danielle memukul tanganku.

"Kau tidak akan habis dua burgercheese. Kau tidak lihat ukurannya huh?" ujar Danielle.

"Baik-baik"

'Ting..Ting..Ting..'

Terdengar seseorang kembali memukul gelasnya meminta perhatian.

"Bolehkah kita berdoa sebelum kita cicipi hidangannya? Ayah? Bisa kau pimpin doanya?"

Eve memanggil ayahnya untuk memimpin doa sebelum makan. Mr. Vandycke naik membacakan doa dan akhirnya aku mulai meluncurkan beberapa hidangan dalam mulutku.

"Time to dance.." ujar Liam disampingku.

"Oiioii"

Kebiasaanku dan Liam handfive membuat Dani dan Cheryl memahami akan ada keisengan yang terjadi.

"Xoxo" ujar Liam sebelum mencium bibir kekasihnya sebentar dan pergi ke halaman.

"Kalian sedang apa tadi?" tanya Dani.

"Kami? Handfive?"

Dani mencium pipiku karena mengetahui hal bodoh yang ku sembunyikan. Aku melarikan lenganku pada pinggangnya dan membawanya ke halaman bergabung dengan yang lainnya.

•Eve POV•

Aku memandang dari kejauhan kekasihku yang sedang berkumpul di sudut taman dengan beberapa fansnya. Sama halnya dengan Harry, Louis, Liam, dan Zayn.

"Eve.. Boleh kami meminta foto?" seorang laki-laki remaja berusia kurang lebih 15 tahun mengajakku berfoto.

Aku terdiam menatap wajahnya. Wajahnya sangat mirip dengan Eugene ketika masih berusia masih remaja.

Air mataku memenuhi kelopak mataku begitu saja. Aku ingin menyentuh wajahnya dan merasa lekuk wajahnya, merasakan bagaimana kulitnya. Aku membelai rambutnya merasakan bagaimana dia saat dulu aku tak dapat menjangkau rambutnya.

"Nona Eve? Boleh aku meminta foto?" anak kecil tersebut mengulangi perkataannya.

"Oh? Oh ya tentu. Maafkan aku lancang"

"Tidak apa-apa nona Eve"

Ia menghampiriku dan berdiri disebelahku. Aku membungkuk dan mencium pipinya ketika flash kamera menangkap fotoku dengannya.

"Kau sungguh manis nona Eve. Eugene pasti bahagia disana" ujar anak kecil itu.

"Mungkin kau benar. Hei, siapa namamu?" tanyaku mengulurkan tangan.

E.I.F.F.E.L (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang