Terungkap

319 6 2
                                    

Apa kabar readers?
Semoga baik-baik saja ya....
Yuk lanjut lagi bacanya. Hati- hati banyak tiponya😛😜😜😜

Plak.........
Tamparan keras menyapa wajah gue ketika gue membuka pintu dan mendapati wajah Seruni disana. Wajah marah terlihat jelas ditampangnya. Tapi kenapa? Kenapa lagi?

Reflek tangan gue mengelus pipi gue sendiri, terasa sakit. Sesakit gue yang mencoba untuk sabar.
" Kali ini alasan apa lo nampar gue?" Tanya gue dengan suara berat menahan emosi gue.

Jujur aja, dengan kondisi hati yang sakit, perlakuan Seruni ini membuat hati gue semakin sakit.

" Al pasti nginap disini kan? Lo sengaja kan ngerayu Al nginap disini? Apa tujuan lo hah? Dasar wanita murahan"

Kalimat Seruni tepat sasaran menghancurkan hati gue. Lagi lagi gue yang harus salah, lagi- lagi gue yang harus ditampar hanya karena Al.
Gue merasa seperti dipermainkan oleh mereka berdua.

Mereka pacaran, Al sepertinya dengan sengaja mengejar gue supaya gue seakan salah dimata Seruni dan dia punya alasan buat marah dan bahkan menampar gue.
What the hell????

Habis kesabaran gue, ini ga bisa dibiarin.

Plakkkkk..... plaaaakkkkk

Pipi Seruni gue tampar bolak- balik. Mata kami beradu tajam. Emosi gue benar- benar memuncak. Siapa mereka buat mainin hati gue coba?

" Yang pertama untuk yang kemarin dan yang kedua untuk balasan tamparanmu yang baru saja, lo kira lo siapa hah? Sesuka jidatmu aja namparin gue" Gue menarik kerah baju Seruni dan menghempaskannya bengis.

" Pergi lo dari sini atau gue hajar lo. Lo ga pernah ngeliat gue jadi gila kan? Jadi sebelum gue menggila lebih baik lo pergi dari sini" Ancam gue lagi
" Kamu ngancam saya?" Balas Seruni dengan suara bergetar

" Ya, gue ngamcam lo. Dan gue bisa membuktikan ancaman gue. Pergi lo...." teriak gue

Seruni pergi sambil menghentakkan kaki kesal.

Gue menghembuskan nafas gue dengan kasar. Sampai sesak rasa di dada gue menahan emosi.
Habis sudah kesabaran gue menghadapi mereka, mereka ga bisa dong seenaknya nyakitin hati orang. Mereka kira ini wahana sehingga bisa dimainin sesuka hati mereka.

Menghilangkan kekesalan hati gue, gue berjalan kearah danau. Ntah mengapa walau danau ini memberikan banyak kenangan menyakitkan, namun gue juga merasa sedikit tenang di danau ini.
Hm... perih rasa di hati, tapi gue bisa apa selain diam dan mencoba memahami.

Gue menatap sesosok tubuh yang sedang menikmati danau pagi ini, oh no...sepertinya gue mengenalnya. Dia Al. Tidak, gue ga mau bertemu dengannya. Gue berbalik tapi sepertinya terlambat, terdengar suara Al meneriakkan nama gue dan tak berapa lama Al menghadang gue.

" Kenapa kamu menghindariku Nad?" tanyanya langsung.
" Lo maunya apa sih? Gue muak tau ngeliat lo, tadi tunangan lo sekarang lo ihhhh" jawab gue ketus
" Kita harus bicara Nad"
" Al, ga da yang perlu kita bicarakan lagi. Plis Al jangan menghabiskan kesabaran gue. Gue bukanlah manusia yang memiliki kesabaran tak berbatas, sekarang aja gue udah pengen banget nabokin lo" jawab gue sinis
" Jadi kamu benar- benar ga bisa nunggu aku Nad?"

Pertanyaan Al ini bener- benar membosankan.
" Ga, jangankan untuk menunggu, melihatmu saja aku udah ga mau lagi. Sudahlah Al, kamu ga tau ya aku lelah Al. Tak apa, aku akan bisa menerima semua ini. Resiko dari mencintai tentu saja patah hati. Aku akan ikhlas, hanya saja jangan seperti ini Al, kamu pergi kamu datang sesuka hatimu aja. Aku percaya suatu hari cinta yang lain akan kumiliki lagi, memang terasa sakit sekarang tapi ntar juga pasti sembuh sendiri.
Jadi pergilah Al, menikahlah" kali ini semua kalimat itu meluncur tanpa ada airmata. Gue ga tau apa airmata gue udah habis, atau emang hati ini yang udah terlalu terluka, atau mungkin udah terbiasa.

Nada Untuk AlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang