Hi diary!
Hari ini, Ara merasa sangaaatttt spesial karena someone memperlakukan Ara dengan spesial.
Ok, jadi...
***
Karena hari ini ada PR jadi pulang sekolah Aku harus merelakan waktu ke perpustakaan lebih dulu. Sebenarnya Aku ingin pulang cepat hari ini karena Ayah berjanji akan membelikan novel baru hari ini, namun Aku terpaksa jadi pulang terlambat.
Tiba-tiba, tanganku digenggam oleh seseorang yang refleks segera Aku tepis. Aku menoleh, "Ares?" Tanyaku, dan mendengus kasar.
Ares terkekeh. "Kamu ngapain sih, kan udah jam pulang." Yap, semenjak kejadian beberapa minggu lalu, sekarang Ares mulai membiasakan diri mengucap Aku-Kamu didepanku.
"Ngapain? Tadi kan ada tugas, dan sekarang Aku mau ngerjain tugas." Kataku sambil berjalan, ia mengekor dibelakangku.
"Dimana?" Tanya Ares padaku.
Aku berhenti sebentar. "Perpus, mau ikut? Sekalian ngerjain tugas kamu." Ajakku.
Ia tampak berpikir. "Boleh deh, yuk."
Akhirnya Aku dan Ares pun berjalan menuju perpustakaan dan mengerjakan tugas kita masing-masing. Setelah selesai, Ares bilang ia lapar dan mengajakku untuk makan terlebih dahulu, padahal Aku udah gak sabar ingin cepat-cepat pulang.
"Rai," panggil Ares.
Aku mengadahkan kepala. "Apa?"
"Gak mau makan?"
Aku menggeleng. "Minum aja cukup, makannya jangan lama-lama ya. Aku mau cepat-cepat pulang."
"Emang kenapa?" Tanya Ares.
"Soalnya, pulang kerja Ayah bilang mau beliin novel baru."
Dia terkekeh. "Ya ampun Rai, hidup kamu gak bisa jauh dari novel ya?"
Aku mengangguk.
"Rai," panggil Ares.
"Ya?"
"Cristal sama Retta masih suka ganggu kamu gak?" Tanya Ares.
"Gak. Dan aku bingung kenapa," Aku menatap Ares. "Kayak kemarin, Aku mau kekantin dan ngelewatin Cristal. Tapi Cristal cuman diem sambil ngelirik sinis gitu ke Aku. Kamu tau kenapa?"
Ares tersenyum. "Mereka gak akan berani bully kamu lagi," Aku menaikkan sebelah alis. "Udah aku kasih pelajaran."
"Kamu apain mereka? Kamu nakalin ya?"
"Gak kok Rai, Aku cuman laporin semua tindakan pembullyan mereka ke kepsek. Untungnya sekolah kita punya cctv diberbagai sudut, dan bodohnya mereka selalu ngebully kamu dibawah cctv." Ares menampilkan senyum miringnya.
"Terus?"
"Yaudah, mereka udah dapet surat panggilan dari kepsek. Kalo mereka masih berani ngebully kamu, resikonya ya D.O." Jelas Ares.
Aku membulatkan mata. "Tapi, kasihan mereka kalau sampai D.O," Aku menatap Ares. "Aku sedikit tau cerita orang tua Cristal, kalau sampai Cristal di drop out. Pasti Cristal langsung diusir dari rumahnya."
"Kamu tau dari mana soal itu?"
"Cristal pernah ngomong kok waktu SMP, pas kita lagi diruang BP gara-gara dia ngebuang semua buku aku ke selokan. Dan yaa, dia cerita kayak gitu didepan guru BP dan tentunya didepan aku."
"Ya makanya, kalau dia gak mau diusir dari rumah, dia gak boleh ngebully kamu lagi. Biar dia gak di drop out."
"Kenapa kamu ngebela aku?" Tanyaku, dia mengangkat sebelah alisnya. "Um... Maksudku, kamu gak perlu repot-repot ngelepas aku dari bullyan mereka. Aku udah biasa dibully, dan mungkin takdir selalu membawa aku untuk dibully."
Dia tersenyum. "Semua orang berhak punya hidup yang damai, termasuk kamu. Bukan takdir yang salah karena udah bikin kamu di bully. Tapi orang-orang yang terlalu munafik buat bilang kalau takdir kamu jauh lebih baik dari mereka." Dia menggenggam tanganku.
"Uhm ok, mending kita pulang. Ayah pasti udah nungguin aku." Aku bangkit dan berjalan lebih dulu menuju parkiran.
Apa benar takdirku lebih baik dari mereka? Pikirku.
***
Yap, kata Ares, mereka iri dengan takdir yang selalu berpihak kepadaku. Ara masih belum ngerti maksud pembicaraan Ares soal itu, mungkin akan Ara tanyakan pada Ares besok disekolah.
Bye!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nerd Girl
Teen FictionTOSG--Type(s) Of School Girl Dia, Araina, cewek cupu SMA Budi Tunggal. Dia, tidak pernah punya teman selain buku. Waktu istirahat Dia gunakan untuk membaca buku, entah di perpus atau dikelas. Dia, kesepian. Dia, sering dibully. Dia, Areska, teman se...