TNG :: 14.2

1.8K 108 0
                                    

Part 2.

***

Mira mengetikkan nomor seseorang lalu menghubunginya, setelah terdengar nada bahwa teleponnya diangkat dia berucap. "Halo?"

"Oh hi, Mir. Wuss up?" Sahut orang tersebut.

Mira menghela napas beratnya. "Rega, what if kita punya baby diumur 23?" Tanya Mira.

Rega yang sepertinya baru bangun dari tidurnya hanya bisa terkekeh. "Aku sangat ingin, how 'bout you?" Rega bertanya kepada Mira kembali.

Mira menggigit bibir bawahnya. "In fact, aku...," ia menggantungkan kalimatnya membuat Rega bingung.

"What, Mir?" Desak Rega.

"Uhm, i'm ... Pregnant." Suara Mira mengecil di akhir kalimat, namun Rega masih bisa mendengarnya.

Rega diujung sana sangat kaget, namun juga bahagia. "Seriously, babe?" Senyum Rega disana sangatlah lebar, ia memandang jajaran gedung yang ada di depannya.

Mira mengangguk. "Tapi, aku ingin menikah."

"No worries, babe. Hari ini, aku akan kerumah kamu dan aku akan lamar kamu di depan Ayah dan Ibumu."

"Kamu serius? Aku pikir kamu bukan orang yang mau nikah diusia muda." Cetus Mira.

Rega tertawa. "Sebenernya sih aku gak ada target untuk menikah diusia berapapun. Dan beberapa bulan lalu kan aku udah bicarakan soal pernikahan, dan anak."

"Masa? Kapan?" Mira berusaha mengingat namun tidak terbesit selintas pun bayangan saat Rega mengucapkan kata nikah dan anak.

"Aku lupa waktu itu kamu hangover, jadi mungkin kamu gak inget. Tapi aku serius aku pernah ngomong kayak gitu." Sahut Rega.

Mira mengusap perut ratanya. "Kapan kamu kesini?" Tanya Mira. "Baby gak sabar ketemu daddy." Lanjutnya.

Rega terkekeh. "Tunggu sampai aku selesai mandi, aku mandi dulu ya. Bye."

"Bye." Sambungan terputus, Mira merasa sangat lega mendengar respon dari Rega. Ia pikir Rega akan marah saat mengetahui kabar kehamilannya, namun diluar dugaan Rega malah senang karena sebentar lagi mempunyai baby.

***

Sementara dikamar sebelah, Ara sedang video call bersama Ares.

"Yuhuu." Sapa Ares.

"Wa'alaikumsalam." Sahut Ara.

Ares menepuk jidatnya dan terkekeh. "Kebiasaan." Cetus Ara.

"How's LA?" Tanya Ares.

"LA doing well." Sahut Ara.

"Sekolah?"

"Same answer," Ara tersenyum. "But, i think, there's something you should know."

"Apa?"

"Kak Mira," Ara menggantungkan kalimatnya membuat Ares menaikkan sebelah alisnya. "She's pregnant."

Mulut Ares terbuka, matanya berkedip-kedip lucu membuat Ara tertawa. "Ekspresinya minta di tabok." Celetuk Ara.

"Minta di cium kali..." Goda Ares membuat pipi Ara bersemu merah.

"Apa sih."

"Uhm, terus gimana selanjutnya?" Tanya Ares.

"Ya, dia lagi mencoba menghubungi kak Rega untuk pertanggung jawaban."

"Rega ayahnya?"

Ara mengangguk. Sejenak hanya terjadi hening sampai Ara mendengar suara bel berbunyi nyaring disekeliling rumah. Ara membawa ponselnya keluar kamar untuk mengintip kejadian dibawah. "What happen?" Tanya Ares, membangunkan Ara bahwa masih ada Ares digenggamannya.

"Kayaknya ada tamu." Sahut Ara.

"Siapa?"

"It look like kak Rega, udah dulu ya Res, nanti sambung lagi." Cetus Ara.

"Ok." Putus Ares mau-tidak-mau.

***

Rega yang didampingi Mira duduk berhadapan dengan Eric, dan Raya. Ara hanya bisa melihat dari dapur, Raya tidak mengizinkan dirinya untuk ikut mengobrol di ruang tamu alih-alih obrolan orang dewasa padahal dari tadi Ara tidak melihat mereka berbicara, mereka hanya diam saling menatap. Dan sambil menunggu percakapan orang dewasa dimulai, mulut Ara tak henti-hentinya mengunyah. Semua makanan yang ada di kulkas ia keluarkan untuk menguping obrolan orang dewasa.

Tangannya juga tidak bisa berhenti mengetik pesan balasan untuk Ares. Sepertinya Ares sangat penasaran dengan kelanjutan hubungan Rega dan Mira.

Eric terlihat menghela napasnya kasar. "Jadi?" Cetus Eric.

Mira dan Rega saling melihat. "Uhm, saya tau saya salah karena udah mengambil mahkota berharga anak om dan tante."

"Bagus." Ketus Eric. Raya mengelus lengan Eric, agar Eric bisa mengontrol sedikit emosinya.

"Tapi saya berjanji saya akan menikahkan anak om dan tante." Sahut Rega.

"Kapan?" Tanya Eric masih dengan nada ketus.

Rega menoleh kearah Mira. "Saya terserah Mira, maksud saya, terserah Mira menginginkan pernikahan sebelum atau sesudah melahirkan."

Kini Eric sudah menatap Mira meminta jawaban. "Uhm, kalau sebelum melahirkan, acara baru akan rampung setidaknya tiga sampai empat bulan lagi. Dan itu artinya perut aku sudah membesar, dan aku gak mau menikah dengan keadaan perut yang besar."

"Lalu?" Giliran Raya yang bertanya kepada Mira.

"Boleh kan kalau acaranya setelah aku melahirkan, Yah, Bu?" Suara Mira terdengar takut ketika menanyakan hal itu.

"Untung kamu tinggal di LA, setidaknya hamil sebelum menikah sudah menjadi budaya disini. Coba kalau kamu tinggal di Indonesia, semua tetangga akan berbisik-bisik soal kehamilan kamu." Kata Eric. Mira hanya menunduk malu sambil mengapit tangan Rega.

Raya menghela napas jengahnya. "Yasudah gak apa-apa, kalian menikah sehabis Mira melahirkan. Tapi kamu serius sama omongan kamu kan, Re?" Tanya Raya.

Rega menganggukan kepalanya dengan cepat. "Pasti, tante."

***

Yah sudah selesai bagian gue ngasih narasinya :(((

By the way, perlu kalian ketahui bahwa part ini perlu tiga kali gue revisi karena gue bingung antara mematikan karakter Mira-Rega atau tidak. But, i choose them still alive.

Info gak penting sih, tbh.

Novi.

The Nerd GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang