Ara sedang menyiapkan sarapan di dapur, rambut panjangnya diikat membentuk buntut kuda. Ares yang baru bangun melihat sang istri sibuk di dapur membuatnya tersenyum lebar. Dengan langkah perlahan ia menghampiri Ara, dan ketika ia berada di belakang Ara tangannya langsung melingkar di pinggang Ara. Membuat Ara terkejut sebentar sebelum tersenyum. "Selamat pagi."
Ares tersenyum, "Selamat pagi juga, istriku." Bibirnya mencium-cium pundak Ara, membuat Ara merinding.
"Ares," Ara mengingatkan Ares untuk berhenti namun Ares tetap melanjutkan aksinya.
"Good morning Mommy, Daddy," Suara cempreng anak pertama mereka membuat Ares mengeram dan melepaskan pelukannya. "Oh my god, bad habit Daddy."
Ares menyengir dan mencium pipi perempuan berusia lima tahun itu. Aira Aisha Aijaz, anak pertama Ara dan Ares. Usianya menginjak enam tahun, tahun ini. Ia lahir di LA, namun sejak usia satu tahun, ia pindah ke Indonesia. Namun logat inggrisnya tidak bisa dihilangkan, Ara dan Ares memang selalu menggunakan bahasa Indonesia kepada anak-anaknya. Namun ayah Ara, tidak bisa lepas dari bahasa Inggris.
"Ouch!" Teriakan seorang anak laki-laki membuat Ara, Ares, dan Aira menoleh. Airi Alfadh Aijaz, anak kedua mereka, berjarak dua tahun dari Aira. Memiliki kebiasaan berlari-lari kemudian terjatuh, meninggalkan banyak luka di kaki dan tangannya.
"Ya ampun, kan Mom udah bilang jangan lari-lari." Ara menggelengkan kepala dan membantu anaknya bangkit.
Airi menyengir lucu. "Aku baik-baik aja kok." Berbeda dengan Aira, Airi lebih fasih berbahasa Indonesia meskipun sedikit baku.
"Mommy, when we visit Grandma and Grandpa?"
"Aira, kamu tinggal di Indonesia, pakai bahasa Indonesia. Bukan Inggris."
"Uhm... but, why?"
Ara menghela napasnya dan berjongkok di depan Aira. "Karena gak semua orang mengerti bahasa kamu."
"Tapi, i can't say bahasa."
"Bisa, asal kamu mau belajar."
"So, aku... t-tidak bol-eh bicara in English?"
Ara tersenyum mendengar anak pertamanya kesusahan berbahasa Indonesia. "Boleh, tapi kalau kamu lagi di Inggris. Kalau kamu lagi di Indonesia, gunakan bahasa Indonesia, ya? Nanti Mom ajarkan."
Aira mengangguk dan tersenyum pada Ara. Maka pagi itu, sarapan diisi dengan suara cempreng berlogat Inggris Aira, juga suara cempreng dengan Indonesia baku Airi.
***
Ara menghela napas setelah ia selesai memeriksa pasien-pasiennya. Ia keluar membawa tas berisi data pasien yang harus dipelajari, tersenyum ramah pada setiap pasien atau suster yang menyapanya di sepanjang koridor. Ara merogoh ponsel yang ada di saku jasnya, mengirim pesan pada guru Aira dan Airi, memberitahu bahwa ia akan segera datang menjemput kedua anaknya.
Ara melihat sosok familiar di parkiran rumah sakit tempatnya bekerja. Penasaran, maka Ara menghampiri orang tersebut. "Cristal?"
Cristal menoleh dan menaikkan sebelah alisnya. Ara tersenyum dan mengulurkan tangannya, "Aku Ara, masa kamu lupa."
"A-Ara?" Ara mengangguk. Cristal langsung menerjang Ara dengan pelukan, ia menangis disela adegan romantis ini. Cristal melepas pelukannya, "Gue mau minta maaf, gue dulu jahat banget sama lo. Ternyata sekarang lo jadi dokter."
Ara menampilkan deretan giginya yang rapih. "Aku udah lupain semuanya," sahut Ara. "Kamu ngapain kesini? Siapa yang sakit?" Gak lama, Billy keluar dari dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nerd Girl
Teen FictionTOSG--Type(s) Of School Girl Dia, Araina, cewek cupu SMA Budi Tunggal. Dia, tidak pernah punya teman selain buku. Waktu istirahat Dia gunakan untuk membaca buku, entah di perpus atau dikelas. Dia, kesepian. Dia, sering dibully. Dia, Areska, teman se...