2. Damn it

4.1K 238 2
                                    

Aku beserta seluruh keluargaku sedang makan malam di meja makan. Penuh kebahagiaan kecuali Harry tentu saja.

"Harry, bagaimana sekolah pertamamu?" Ucap Dad membuka obrolan

"Seperti biasa Dad" ucap Harry sambil fokus makan.

Kulihat Dad membuat bibirnya berbentuk huruf 'o'

"Well, dan kau Edith?" Kali ini Dad bertanya padaku. Dan aku memberhentikan aktivitasku.

"Menyenangkan Dad. Aku sudah cepat menemukan seorang teman baik dan aku juga berada di satu kelas dengan Harry"

"Benarkah? Itu bagus. Jadi kapan kapan kalian bisa mengerjakan pr bersama-sama" tukas Mom

Sejurus kemudian Harry tergelak "Mom bercanda. Aku tidak akan melakukan itu. Bahkan aku menganggapnya tidak ada di kelas"

"Harry! Apa apaan kau?! Bicaramu seperti kau tidak punya etika!" Bentak Dad dan sekarang hatiku sangat sakit mendengar kakakku sendiri berbicara seperti itu tentang adiknya.

"Tidak Dad. Harry benar. Aku tidak layak hadir di dalam keluarga ini" dengan begitu aku langsung pergi meninggalkan meja makan dan berlari ke kamarku dilantai atas.

"Meredith!" Teriak Mom.

Aku langsung mengurung diriku di kamar dan tidak mau diganggu. Aku sudah cukup sabar mendengar omongan Harry dan kini ia membuatku sangat sakit hati. Aku masih tidak mengerti mengapa dia begitu membenciku. Kendati aku menyalakan mp3 di iPod dan sejenak berbaring dan kemudian tertidur tanpa disadari.



***

Saat aku bangun dari tidurku, hujan sudah mengguyur kota London. Aku langsung bangkit dari kasurku dan keluar dari kamar. Kulihat Harry sedang melewatiku dan turun kebawah. Aku berjalan mengikutinya dan kulihat jam sudah menunjukkan pukul 1 a.m. Astaga sudah larut. Mengapa Harry masih belum tidur? Dan aku? Mengapa aku terbangun?

Kemudian Harry berjalan kearah ruang TV dan mulai menyalakan TV sembari memakan cemila dan bersandar pada sofa panjang. Aku masih mengekor Harry dari belakang dan kurasa dia tidak menyadari keberadaanku dibelakangnya.

"Kau belum tidur?" Ucapku kemudian Harry langsung berbalik dan melihatku. Mimik wajahnya berubah menjadi tidak senang.

"Sedang apa kau disini? Pergilah tidur" Ucap Harry dan kemudian berbalik dan menikmati TV nya lagi. Aku beringsut untuk bergabung bersamanya.

"Hey, hey, hey Edith. Kau mau apa?" Ucapnya.

"Diamlah. Anggap saja aku tidak ada, oke? Aku ingin menonton." Lontarku dengan cepat dengan begitu dia diam mengamatiku.

"Aku keberatan." Ucap Harry nyaris bergumam tetapi dia tetap melihat kearah TV

"Ya dan aku tidak" Ucapku kemudian menonton acaranya.

Aku sengaja seperti ini agar Harry bisa lebih banyak mempunyai moment bersamaku dan supaya dia sadar bahwa aku tidak buruk baginya ataupun keluarga. Kemudian Harry menyetel saluran TV komedi yang mana tiba tiba saja ia tertawa. Aku berusaha menahan tawa agar ia tampak nyaman seakan menganggapku tidak ada disini. Jadi aku tidak ingin mengganggunya. Tapi tiba tiba saja adegan di TV menjadi sangat lucu dengan begitu tawaku langsung membludak bersamaan dengan Harry.

"Ya tuhan kau lihat itu? Dia sampai memakan sandwich yang berisi Cabe rawit. Dan kau lihat reaksinya?" Ucap Harry

"Ya ya aku lihat betapa lucunya ketika ia baru menyadari itu!" Seketika tawa kami semakin menjadi-jadi. Tak lama kemudian kami langsung sadar dan berhenti berbicara. Astaga apa tadi Harry sedang berbicara begitu asik kepadaku? Apa dia tidak menyadari itu? Aku bahkan tidak sadar. Maksudku itu refleks.

"A-aku akan ke kamar" Ucapku sementara ia diam mematung menghadap ke TV.



***

Aku sedang membereskan Buku-bukuku dan sekarang sudah bel pulang sekolah. Ah rasanya tidak terasa bersekolah hari ini, terlihat menyenangkan. Saat tadi Guru yang mengajar kami adalah guru yang jenaka. Dan itu mengingatkanku pada tadi malam bersama Harry. Lalu Emmy yang bersih keras untuk menyuruhku memperkenalkannya di depan Niall sebagai sahabatku yang baik--maksudku Emmy tentu saja baik dan kurasa ia tertarik dengan kakakku Niall. Dan Zayn. Saat aku ke perpustakaan aku melihatnya sedang bersama seorang wanita dan kemudian Zayn mengenalkanku pada wanita itu yang ternyata adalah kekasih barunya. Dia cantik, berambut gelap, dan sangat ramah namanya Hellen dan dia sekelas dengan Zayn. Kemudian saat ini, aku melihat Harry. Ya dia sedang berkumpul dengan teman-temannya Pria maupun Wanita. Kemudian aku melihatnya sedang merangkul seorang wanita sambil mengobrol bersama teman prianya dan kuyakini itu yang namanya Kendall sekelas Niall. Dia cantik, tinggi, berambut hitam seperti Zayn tapi dia lebih tua dari Harry. Aku tidak yakin kalau mereka akan menjalin hubungan dengan waktu yang lama. Menurut perkiraanku saja tapi.

"Hey manis" Dua orang pria tiba tiba saja menghampiriku dengan tatapan dan senyuman cabulnya sementara Emmy sudah pulang daritadi dan kini aku sudah berdiri di dekat lorong.

"Maaf kak, aku harus lewat" Ucapku kemudian mereka menghalangiku. Apa apaan mereka? Dan mungkin mereka tidak tahu bahwa aku anak pemilik sekolah ini. Oh oke akan aku lihat sejauh mana mereka beraksi.

"Kau sangat cantik. Mau kami antar pulang?"

"Tidak. Menyingkirlah. Aku bisa pulang sendiri." Tukasku mempererat tasku

"Wow kau terlihat jutek sekali. Dan aku suka tingkahmu" ucap salah satunya.

"Jadi manis, kau butuh menjernihkan pikiranmu dulu. Ayo kita pergi ke sebuah bar di sekitar sini" Ucap yang satunya sambil merangkulku dan aku meronta. Hey, mengapa tidak ada yang membantuku disini. Apa mereka tidak bisa melihatku di goda oleh pria-pria jahat disini?

"Lepaskan tanganmu darinya" tiba tiba saja Harry muncul dari belakang pria yang merangkulku.

"Hey, Harry right?"

"Hey, bung. Kau adik Niall kan? Dimana Niall?" Ucap salah satu pria yang menepuk pundak Harry. Aku bisa lihat Harry menggeram serta urat urat dilehernya menonjol.

"Aku bilang lepaskan dia"

"Oke oke santai saja. Kau ingin membawanya? Dia bisa jadi wanita mu selanjutnya" Apa? Sialan dengan pria ini. Sebelum aku berusaha menendang bolanya, Harry sudah mencengkram kera bajunya.

"Hey, Harry ada apa denganmu? Santailah bung"

"Pergi dari sini" Gumam Harry

"Oke oke. Jadi siapa wanita ini? Kau mengenalnya?"

Harry menatapku dengan cukup lama "Tidak. Aku tidak mengenalnya. Dan aku harap kalian jangan berani macam macam dengan gadis polos di sekolahku, mengerti? Ayo" Kemudian Harry menggeretku pergi dari 3 pria tersebut.





...

"Kau baik-baik saja" Ucapnya seperti bertanya namun dia juga bisa menjawabnya.

"Mengapa kau berkata bahwa kau tidak mengenalku?" Tanyaku

"Jawaban itu tidak penting bagi mereka jadi kusarankan kau--"

"Kau juga tidak mau mereka tahu bahwa aku adikmu?" Potongku kemudian Harry langsung menggeram sambil membawa tangannya kerambutnya secara frustasi.

"Kau memang bukan adikku. Kau hanya seorang gadis yang tinggal dirumahku dan dianggap sebagai anggota dari keluarga"

"Cukup. Aku mengerti. Aku mau pulang" Sudahlah. Aku tidak mau melanjutkan percakapan dengan Harry. Yang ada malah aku yang merasakan sakit. Jadi aku lebih memilih untuk pergi sambil menahan tangisanku.

"Edith" Harry memanggilku. Dan aku langsung menoleh cepat kearahnya.

"Katakan pada Mom aku pergi bersama temanku hingga larut. Dan bilang jangan mengkhawatirkanku" sialan. Aku kira ia ingin berbicara apa tadi.

Aku langsung membuang muka darinya tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Saat aku akan mencegat taksi. Aku melihat kearah Harry dan dia sudah berjalan cukup jauh dariku. Oke, dia benar benar sialan. Dan sekarang aku lebih naas. Niall meninggalkanku. Padahal Zayn sudah berkata pada Niall bahwa dia harus menungguku di area parkir sementara Zayn ada Eskul di sekolah. Sial. Aku kira ini akan menyenangkan. Tahu tahu seperti ini. Fiuhh.

TO BE A CONTINUED!

My Charming BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang