12. Last Holiday

2.8K 151 2
                                    

Harry?




"Ha--Harry? Kau disini?" Ucapku kalap.


Dia menyisir rambut atasnya sembari terpaan angin yang berdatangan. Membuatnya semakin panas. "Ya--maksudku tidak juga. Aku baru ingat kalau disini adalah tempat orang berbelanja karena disini pasar ramai. Jadi aku berinisiatif untuk mencarimu. Ada yang kau butuhkan lagi?"



Aku tersenyum padanya. "Tidak. Apa kau memiliki ide yang lebih baik?"



Dia menyeringai. Ah mungkin dia mengajakku ke Vondelpark atau mengajakku melihat pameran atau yang lainnya. "Kita akan pulang." Apa?




Mengapa justru pulang? Aku mengecurutkan bibirku pertanda kecewa. "Mengapa pulang? Masih tersisa 2 jam lagi untuk kita di alun-alun kota Amsterdam. Paling tidak kita bisa menonton atau apalah."



Dia menggeleng. "Tidak. Kau terlihat lelah, Edith. Begitupun aku. Kau dan aku akan membutuhkan istirahat. Lagi, besok kan masih bisa walau sampai tengah hari."



"Tapi--"


"Ssshhh." Dia meletakan jari telunjuknya ke bibirku. "Aku tidak suka penolakkan. Atau kau ingin aku meledak-ledak disini. Kau tentu tidak ingin."


Mau tidak mau ya aku harus menuruti perintahnya. "Baiklah." Ucapku memelas sementara dia menyungging senyuman. Senyuman yang jarang ia perlihatkan.





***


Aku sedang menonton televisi bersama Harry di ruang tengah. Sesekali aku memainkan rambutnya di sela-sela jari-jari ku. Aku rasa ini menggelikan tapi aku begitu teropsesi pada rambutnya.


"Apa kau tidak ingin memotong rambutmu?" Ucapku asal.


"Tidak."


"Ini sudah terlihat lebat dan memanjang."



Dia menggeliat gelisah. "Ya aku tahu." Aku mendengus dan terfokus pada acara di TV. "Tapi jika kau yang meminta maka aku akan memangkas rambutku."


Eh? "Tidak. Kau tidak perlu memaksakan diri. Aku hanya bilang tadi."


"Tidak, Ed. Jika kau yang meminta maka--"


"Aku hanya bercanda tadi. Sudah jangan diperpanjang." Aku mendesah. Hanya masalah sepele selalu saja dibesar-besarkan.


"Kau berkirim pesan dengan siapa saat aku memergokkimu?" Gumamnya masih fokus pada layar TV. Aku terpenjat kaget.



Ternyata ia tahu. "Dengan kakaknya Emmy. D-dia menanyakan kabarku." Dustaku.



"Kalian kan satu sekolah mengapa harus menanyakan kabar? Setiap sekolah kalian selalu bertemu. Apa dia buta?" Harry memekik. Demi tuhan dia pasti akan marah.


"Harry, bukan begitu. Dia hanya mencoba bersikap ramah terhadapku. Aku temannya Emmy jadi tidak masalah jika aku juga bersikap ramah dengan kakaknya."



"Aku berpresepsi jika ia ada maunya, Ed. Ia mencoba mendekatimu." Katanya parau. Oh sekarang Harry berlagak sok tahu? Atau hanya ingin memancing emosiku dengan cemburu butanya?



"Terserah kau saja, Harry. Kau tahu kau selalu benar dan aku tidak bisa berbuat apa-apa selain meng-iyakan ucapanmu. Aku mau pergi tidur." Ucapku sebal sembari bangkit dari sofa dan berjalan kearah kamarku. Sementara Harry ah entahlah aku tidak tahu ia sedang apa saat ini yang jelas aku sudah berjalan kekamarku dan sekarang aku tinggal menutup pintu kamarku.










My Charming BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang