Dad dan Mom tiba dirumah tepat saat matahari sudah terbenam dan Inggris sudah menampakkan langit malamnya. Ada sebuah kehangatan ketika mereka pulang, akan tetapi ada sebuah kerisauan di dalam diriku. Ah! Aku ini kenapa?
Melirik ke samping aku menangkap ekspresi Harry yang tidak bisa kutafsirkan. Dia seperti... cemas dan juga tidak menunjukan kenyamanan pada dirinya, sama sepertiku. Oh ayolah seharusnya aku tidak boleh seperti ini. Kau harus menyambut mereka, Edith. Aku mendesah berulang kali hingga akhirnya Dad dan Mom berdiri tepat dihadapanku.
"Kau baik-baik saja, Edith sayang?" Ucap Mom kemudian membawa tangannya ke pipiku.
Aku mengambil tangannya di pipiku kemudian menggengggamnya. "Tentu saja Mom, dan aku sangat merindukan kalian."
Dad beralih ke Harry yang menunduk. Sementara Zayn dan Niall sudah selesai ditanya-tanya oleh Dad dan Mom jadi mereka langsung membantu mereka membawa barang Dad dan Mom. "Bagaimana denganmu, Harry? Kau bisa menjaga etikamu? Atau kau masih sering melontarkan kata-kata kasar terhadap adikmu?"
"Dad--"
"Tidak Dad. Harry sudah menjadi lebih baik sekarang ini. Dia..." aku melirik kearahnya yang sedikit menggeram sambil masih tetap menundukan pandangannya. ".....sudah menjadi Kakak yang baik untukku." Aku menelan ludahku gugup sedangkan Harry lagi-lagi mendengus ketika aku menyebutnya Kakak.
Dad dan Mom langsung merasa puas akan jawabanku kemudian mereka pun mengajak kami untuk kembali ke ruangan kami masing-masing sementara Dad dan Mom mungkin saja mereka beristirahat di kamar mereka. Dan aku langsung berbelok saat sudah menemukan pintu kamarku dan langsung saja aku menyentuh gagang pintu tapi kemudian sesuatu yang hangat langsung menggenggam pergelangan tanganku. Aku berbalik dan ternyata Harry.
"Harry? Apa yang--"
"Ayo masuk." Dia menarikku ke dalam kamarku sendiri kemudian dia langsung menutupnya dan menguncinya agar siapapun tidak ada yang langsung masuk ke dalam kamarku, misalnya Mom.
"Ada apa?"
"Mengapa kau berkata seperti itu pada Dad?" Harry mengeraskan rahangnya. Dan itu membuatku takut.
"Berkata seperti apa?"
"Berkata tentang kalimat yang tidak ingin aku dengar."
Oh yang itu. "Lalu aku harus mengatakan apa? Kebenaran yang ada? Kau ingin aku mengatakan semuanya kepada mereka? Kau gila saja, Harry." Aku menggerutu kesal dan memilih untuk duduk di tepian kasurku tanpa melirik kearahnya.
"Jadilah kekasihku." Ucapnyaatau lebih tepat gumamnya disaat aku sendiri menjauh dari dirinya.
Aku menoleh kearahnya dan terkekeh. "Kekasih? Kau ingin kita berpacaran?"
Dia mendekatiku, kemudian meremas tanganku. "Kita sudah sepakat bukan? Jika kau mencintaiku maka kau juga harus mau menjadi kekasihku dan kita--"
"Harry? Tidakkah kau memikirkan bagaimana kedepannya? Dad dan Mom sudah pulang. Jika kita melakukan hal seperti itu yang ada kita malah membesarkan masalah yang kita alami sendiri. Aku tidak ingin keadaan kita semakin memburuk. Tolonglah..." aku mendesah lirih padanya yang masih tidak terima akan perkataanku. Oh ayolah Harry.. aku mencintaimu. Aku hanya takut menghadapi konsekuensinya. Biarlah seperti ini dulu....
"Kau benar-benar takut jika mereka semua tahu bukan?" Ucap Harry kemudian meraih tanganku dan membawanya ke pipinya.
Aku mengangguk lemah. "Dan aku juga takut jika mereka marah padamu Harry. Kau keluarga kandung mereka. Aku tidak ingin mereka menyingkirkanmu hanya karenaku. Aku melakukan ini juga untukmu, Harry."
Dia mencium buku-buku jariku, dan aku mendesah. "Maaf sudah memaksamu. Aku tidak akan melakukannya lagi." Kemudian dia memelukku hangat dan singkat. "Tapi aku tetap tidak memperbolehkanmu untuk dekat-dekat dengan pria manapun. Jika kau melakukan itu maka aku akan menarik kesinpulan bahwa kau berselingkuh dariku." Ucapnya dan terkekeh kecil membuatku sedikit terhibur akan situasi sekarang ini.
"Kau ini berkata apa sih?" Aku meninju lengannya berkali-kali sambil terkekeh bersamaan dengannya.
Tak lama kemudian dia menangkap tanganku dan menahan kedua tanganku. Tatapannya berubah menjadi serius. Aku tidak yakin dengan isi pikiranku tetapi sekarang Harry memajukan wajahnya kearahku, dengan refleks aku memejamkan kedua mataku hingga......
"Edith? Kau sudah tidur?" Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarku.
Aku membuka kedua mataku, kulihat Harry memundurkan wajahnya dan mendengus kesal. Aku langsung mengembalikan diriku ke dunia nyata dan terkejut karena seseorang memanggilku dari luar sementara Harry masih berada di kamarku. Astaga!
"Edith, Niall memanggilmu." Bisik Harry.
"Ada apa Niall?" Ucapku setengah berteriak menyahut Niall yang berada di balik pintu.
"Kau melihat Harry? Aku tidak menemukannya di kamarnya." Seketika aku langsung melihat Harry dan Harry langsung meletakkan telunjuknya di depan bibirnya.
"Uh tidak. Aku tidak melihatnya. Uh mungkin saja dia sedang pergi keluar."
"Oh begitu. Bisakah kau buka pintunya? Sedari tadi kau mengobrol denganku seperti ini." Aku langsung gugup secara spontan dan kemudian aku mulai mencari-cari alasan supaya obrolanku dan Niall bisa selesai sekarang juga.
"M-maafkan aku Niall. Aku b-baru saja selesai mandi. Aku sedang berpakaian sekarang ini." Dustaku dan Harry terkekeh pelan. Aku langsung meninju lengannya lagi dan dia langsung kesakitan yang dibuat-buat.
"Oh ya sudah kalau begitu. Aku akan pergi ke kamarku atau mungkin ke dapur." Dan begitu akhirnya Niall pun pergi. Tapi sebenarnya ini aneh. Mengapa Niall dengan tumben-tumbennya ingin masuk ke kamarku? Biasanya dia jarang sekali memasuki kamarku. Tidak seperti Zayn yang sering sekali menghampiriku disini atau mungkin sekarang adalah Harry. Zayn disibukkan dengan ujiannya maka dari itu dia lebih sering belajar di kamarnya daripada menghabiskan waktu bersamaku seperti dulu. Tapi tidak apa-apa toh ada Harry yang selalu disisiku.
"Hey, mengapa kau berbohong pada Niall? Itu tidak baik." Ucap Harry.
"Lalu aku harus bagaimana? Sudah untung aku mau menolongmu huh." Aku berpura-pura kesal padanya. Lalu mengecurutkan bibirku dan melipat kedua tanganku di dada.
Harry terkekeh lagi. "Jangan pasang wajah cemberutmu itu. Kau membuatku ingin melakukan sesuatu."
"Sesuatu seperti apa?" Aku bertanya dengan nada menantang.
"Seperti ini." Dia langsung mencium bibirku cepat disaat itu pula aku terkejut bukan main. Aku langsung memejamkan kedua mataku dan merasakan cinta yang ada diantara kami. Apa ini yang dinamakan cinta? Aku rasa iya. Meski aku baru pertama kali merasakannya, aku merasa sudah menemukan kebahagiaan kecilku. Dan aku merasakan itu untuk yang pertama kali bersama Harry.
Aku jatuh cinta pada Kakak angkatku sendiri.
TO BE CONTINUED!