HAHAHA Fast update mulu yaa..... entah kenapa suasana hatiku lagi baik dan masih punya ide buat ngelanjutin isi cerita ini jadi ya daripada aku lupa lagi mendingan aku posting lagi yakan? Wkwkwk and now it's a long chap. Spesial untuk Harbara xxx.
Aku senggugukan di dalam kamarku setelah aku bertengkar dengan Niall hanya karena aku mengambil makanannya. Dia bisa saja begitu menjengkelkan hanya karena sebuah makanan yang bisa di dapatkan kapan saja.
"Edith buka pintunya. Ini Zayn." Zayn mengetuk pintu kamarku berulang-ulang namun aku tetap diam di tenpat tidurku sambil memainkan boneka beruang besar milikku sambil mentoel-toel pipinya.
"Kumohon jangan menangis. Niall sudah menyesali perbuatannya. Aku sudah menasehatinya."
Aku masih diam tidak mengubris perkataan kakak tertuaku itu dan aku lebih memilih diam sampai akhirnya suara Zayn menghilang dari luar sana. Ah! Mungkin dia sudah pergi. Jadi aku langsung berjalan ke arah pintu dan membukanya terlihat Harry baru saja melewatiku dan berjalan ingin turun kebawah. Aku berniat mengikutinya sampai di ruang tv. Hingga akhirnya dia menyadariku setelah dia menekan tombol power di remote.
"Edith, a-apa yang kau lakukan?" Dia terlihat gugup dan juga kesal.
"Boleh aku bergabung denganmu?" Ucapku memohon dan tanpa kusadari mataku masih membengkak karena menangis siang ini.
"Tidak. Kau tidak boleh." Ucapnya angkuh kemudian kembali menatap televisinya tetapi dia tidak mengusirku. Dia hanya berkata 'tidak boleh' tapi tetap membiarkanku disini. Well, ini aneh.
Disaat itu juga aku senggugukan karena isakan tangisku belum sepenuhnya berhenti hingga akhirnya Harry merasa terganggu dan mengecilkan volume tv nya.
"Ada apa denganmu?" Tanyanya dengan nada terganggu.
"Aku sedih karena aku berkelahi dengan Niall."
"Lalu aku harus bagaimana agar kau berhenti menangis?" Tanya nya lembut. Seketika aku tertegun sebentar melihat kedua mata hijaunya yang indah. Kemudian aku menggelengkan kepalaku pertanda tidak tahu.
"Hah... kau menyusahkanku saja. Ayo, ku temani kau di tempat tidurmu sampai kau tertidur." Ajaknya yang mana aku langsung ceria bukan main. Ini adalah salah satu sifat Harry yang langkah sekali kepadaku jadi aku harus benar-benar memanfaatkan waktu ini sebaik mungkin.
"Harry.." lirihku ketika dia sudah bangkit dari sofanya sementara aku belum.
"Apa? Tunggu apa lagi?" Ucapnya tidak sabaran.
"Gendong aku." Ucapku selugu mungkin sementara dia membelalak matanya lebar-lebar.
"Apa? Tidak. Jangan berlebihan. Aku tidak mau. Kau bukan adikku jadi jangan--"
"Tapi kita bisa menjadi teman setidaknya." Ucapku spontan sementara dia menggeliat tidak nyaman.
"Tidak. Itu ide yang sangat sangat buruk. Sudah cepat! Aku tidak memiliki banyak waktu untuk anak perempuan manja sepertimu." Aku mendengus sebal lalu mengikutinya berjalan ke kamarku sampai aku menaiki tempat tidurku dan dia duduk di sofa disebelah tempat tidurku.
"Harry?" Panggilku lembut dan dia masih menatap keluar jendela. Dia enggan melihatku.
"Hmm."
"Kau akan kemana setelah ini?" Tanyaku sedikit gugup. Karena aku takut jika dia kesal aku bertanya dan malah tidak tidur-tidur.
"Bermain futsal mungkin." Gumamnya masih terlihat secuek mungkin dariku.
